Satu jam. Dua jam. Langit sudah sepenuhnya gelap, udara dingin menusuk, dan hujan turun dengan sangat deras. Berteduh di pinggiran atap gedung tersebut, lelaki itu hanya bisa mencoba menghalau rasa dingin yang menerpa kulitnya dan menatap semua hal yang sudah disiapkannya hancur berantakan diguyur hujan. Lelaki itu Regan, dan ia masih menunggu. *** Gusar. Aurora tidak bisa berhenti memainkan jemarinya dengan gelisah. Ia menatap keluar jendela mobil, memerhatikan tetesan-tetesan air hujan yang masih membekas di kaca jendela itu. Saat matanya melirik jam di pergelangan tangannya yang sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam, ia mengutukki dirinya sendiri. Bodoh. Bodoh. Bodoh. Kenapa dirinya bisa sebodoh itu? "Hey calm down, we are almost there, Aurora." Suara lembut Saif m