bc

Omegle.com [Bahasa Indonesia]

book_age12+
253
IKUTI
2.2K
BACA
friends to lovers
goodgirl
neighbor
student
drama
sweet
bxg
like
intro-logo
Uraian

Pelarian Aurora saat patah hati ada dua :

1. Regan, karena laki-laki itu bisa menenangkan serta menghapus kesedihan Aurora nyaris setiap waktu.

2. Omegle, karena situs itu berperan sebagai distraksi yang mampu menghibur Aurora disaat dia sedang galau.

Siapa sangka, dua poin di atas justru bisa menjadi bumerang bagi Aurora, berbalik arah datang dengan fungsi yang berbeda hingga membuat dunianya jungkir balik.

chap-preview
Pratinjau gratis
Prolog
Untuk yang kesekian kalinya, Regan menghela nafas dalam. Pandangannya tertuju pada seorang gadis yang terduduk lemas di atas tempat tidurnya, menundukkan kepala sambil menatap kosong ke arah layar ponsel di genggamannya yang sudah sekian lama menghitam. Perasaan Regan bercampur aduk melihat pemandangan di hadapannya itu. Regan merasa marah, namun dia tidak marah pada gadis itu. Sama sekali tidak. Amarahnya tertuju pada penyebab di balik kebisuan gadis di hadapannya, dan rasa sedih pun ikut dirasakannya karena dia tahu bahwa gadis itu sedang bersedih. Terluka. Patah hati. Aurora tidak ingat lagi sudah berapa lama dirinya memandangi layar hitam ponselnya. Pikirannya kacau, sekacau perasaannya yang sudah tidak karuan lagi. Tubuhnya lemas dan sudah mati rasa, sepertinya. Perasaannya juga bercampur antara amarah dan rasa sakit, namun rasa sakit lah yang mendominasi. Rasa kecewa juga ada. Aurora telah dikhianati dan rasanya sakit sekali. Regan melirik jam dinding yang berada di kamar Aurora. Tepat 30 menit, keheningan ini harus diakhiri. "Oh jadi lo nyuruh gue dateng ke sini cuma buat nontonin lo jadi patung?" Lelaki bertubuh tinggi itu memulai pembicaraan, namun yang diajak bicara tidak memberikan respon, masih diam di tempatnya. Regan menghembuskan nafasnya dengan kasar, dan mengacak-acak rambutnya frustasi sebelum dia melangkah ke arah gadis itu. "Gue pikir lo mau pinjem bahu buat nangis." Aurora mendelik ke arah lelaki yang kini sudah berada di hadapannya, saat kata-kata itu meluncur keluar dari mulutnya. "Siapa yang mau nangis?" Tanya Aurora dingin. "He doesn't worth my tears at all." Ponsel yang berada di geggaman Aurora menyala saat gadis itu menekan tombol unlock dan hal pertama yang terlihat pada layar ponselnya adalah sebuah foto. Foto seorang lelaki yang sudah sangat dikenal baik oleh Aurora dan Regan. Lelaki itu tidak sendirian di dalam foto, ada seorang perempuan yang juga tidak asing lagi karena Aurora tidak menyukai perempuan itu. Dan di foto tersebut, lelaki dan perempuan itu berpose sangat dekat, siapapun yang melihat foto itu  pasti akan tahu bahwa mereka memiliki hubungan khusus. Bagi orang lain, foto itu tidak ada apa-apanya. Tapi, bagi kedua orang ini, foto tersebut berarti. Sangat berarti hingga mendidihkan emosi. "Gue nggak akan nangisin dia," bisik Aurora pelan, suaranya sudah mulai serak. Setetes airmata jatuh membasahi layar ponsel yang digenggam erat oleh Aurora, dan airmatanya itu tepat mengenai wajah sang lelaki di dalam foto. Cepat-cepat dia menghapus airmata itu dari layar ponselnya, namun terlambat, Regan sudah terlanjur melihatnya. Dengan perlahan, Regan mendekat ke arah sahabatnya itu, tangannya mengambil ponsel di tangan Aurora, lalu meletakkannya ke atas nakas. Saat Aurora mengangkat kepalanya untuk menatap Regan, matanya sudah basah oleh airmata, namun dia masih menahan airmata itu. "Re...gue nggak mau nangisin dia," ucap Aurora pelan. "Nggak apa-apa, nangis aja sampe lo puas," Regan menarik tubuh Aurora ke arahnya, mendekap gadis itu ke dalam pelukannya yang hangat, dan membiarkan gadis itu membenamkan wajah di dadanya. Setelah itu, tangis Aurora pun pecah. "Astaga...gue nangisin cowok," isaknya, "so not my style banget, Re." Iya. So not your style banget, Ra. "But it's just...it hurts so much," lanjut Aurora, "i trusted him, i have fuckin' given all of my trust to him but he cruelly betrayed me." Regan meringis mendengarnya. Sangat jarang sekali dalam hidupnya, Aurora menangis sesedih ini. Sehancur ini. Regan sadar, Aurora benar-benar sakit hati, dan secara tidak langsung, Regan juga merasakan sakit yang sama. "Seharusnya dari awal gue nggak terima dia ya, Re? Seharusnya dari dulu gue harus bisa liat kalo dia tuh munafik, muka dua dan semua omongannya tuh bullshit. Dia itu cowok terbabi yang pernah gue kenal dan harusnya gue nggak percaya dia, kan?" Tangan Regan mengelus puncak kepala Aurora dengan lembut sedangkan Aurora mencengkeram kaus yang dipakai Regan erat-erat. Tanpa keberatan sama sekali, Regan membiarkannya melakukan hal itu. Bahkan jika Aurora memukulnya pun, dia akan diam. "I was so stupid. I cant even hate him when he's cheated behind my back, for God's sake! I'm seriously the stupidest girl in the world." Untuk sesaat, Regan membiarkan Aurora menangis, membasahi kaus bagian dadanya dengan airmata. Dalam hati, Regan mengutuk lelaki b******k bernama Arkan yang telah menyebabkan tangisan Aurora ini. "Kenapa diem aja sih, Re!" Rengek Aurora saat tangisannya sedikit mereda. "Respon kek." "Aurora Sienna Putri," ucap Regan pelan. "You're not the stupidest girl in the world. Lo nggak b**o, tapi dia yang b**o udah nyakitin cewek kayak lo.” "Jujur, gue sekarang pengen banget datengin that jerk dan buat mukanya babak belur, tapi pasti lo nggak akan suka kalo gue ngelakuin itu. Mendingan gue nenenin lo-" "Najis," Aurora menepuk lengan Regan dan lelaki itu pun terkekeh. "Eh, nemenin lo di sini maksudnya. Typo nih," kata Regan menambahkan. "Nggak lucu." Regan buru-buru menghentikan candaannya setelah melihat ekspresi sebal Aurora. "Iya dah serius, lo sama sekali nggak b**o. Dia yang b**o, jadi jangan pernah lagi sebut-sebut diri lo b**o karena cowok b******n kayak dia, Ra," ujar Regan. "Ikhlasin aja dia milih cabe-cabean itu, entar ujungnya pasti dia sendiri yang nyesel. Lo inget aja, karma does exist. Dan pasti dia bakalan dapet balesan dari semua ini. Lo boleh kok nangis sepuasnya malem ini, sampe mata lo bengkak kalo perlu. Tapi lo harus janji, lo ga boleh nangis lagi sesudahnya." "Re, tapi dia nyakitin gue..." Aurora merengek nelangsa. Regan jadi tambah sedih melihatnya. "Which means, dia juga nyakitin gue," kata Regan. "Dia bohongin gue, Re." "Berarti dia juga bohongin gue, Ra." Aurora mengeratkan pelukannya pada Regan, airmatanya masih terus mengalir dan kali ini dia menangis tanpa suara. "Gue harus gimana?" "Move on dong." Dude, move on isn't as easy as it sounds. Dan bagaimana pula caranya Aurora move on? Dia masih harus berhadapan dengan Arkan setiap harinya, dan status mereka sebagai Ketua Osis dan Sekretaris Osis di sekolah pun tidak membuat move on lebih mudah bagi Aurora. Masih ada waktu dua bulan lagi sebelum serah terima jabatan OSIS, dan dua bulan itu pasti akan terasa sangat lama. Like hell. "Gue mau pacaran sama bule aja," ucap Aurora asal. "Terserah." "Bolehin gue main Omegle lagi ya, Re?" Regan tidak menjawab. "Boleh ya, Re? Gue mau nyari gebetan bule biar nggak galau," rengek Aurora, untuk yang kesekian kalinya. Regan masih diam. "Regan, jawab dong!" "Terserah." Sebuah senyuman kecil pun terukir di bibir Aurora, tapi cuma sebentar, karena rasa sedih itu datang lagi. "Regan, gue masih pengen nangis..." "Yaudah nangis aja, Ra..." Jawab Regan sabar. "Regan.." "Apa lagi?" "Lo nginep di sini ya malem ini?" "Hm," gumam Regan. "Biar ada yang susutin ingus gue..." Sambung Aurora setengah berbisik. Dan itu sukses membuat Aurora menerima sebuah toyoran kecil di kepalanya, hadiah dari Regan. "t*i lo, Ra. Lagi galau masih aja najisin." *** Pukul 03.40 pagi. Regan terbangun dari tidurnya saat dia merasakan sesuatu bergerak di sebelahnya. Saat mata Regan terbuka, pandangannya langsug tertuju pada seorang gadis yang sedang tidur di sebelahnya. Tubuh gadis itu menghadap ke arahnya, memperlihatkan wajah yang terkesan polos langsung ke arah Regan. Satu tangan gadis itu melingkar erat di pinggang laki-laki itu. Canggung? Tentu saja sudah tidak ada lagi rasa canggung bagi keduanya. Mereka sudah terbiasa tidur di atas tempat tidur yang sama dan berdekatan seperti itu, bisa dibilang sudah semenjak mereka bayi. Jadi, hal itu sudah menjadi hal yang wajar. Regan pun tidak masalah dengan kebiasaan Aurora yang memeluknya setiap kali mereka tidur bersama. Rasanya sudah biasa, dan terkadang Regan lah yang memeluk Aurora. Mereka sudah seperti kakak beradik. Dan walaupun berdekatan seperti ini, Regan juga tidak akan melakukan sesuatu yang buruk pada sahabatnya itu. Malam ini, ada sesuatu yang berbeda pada wajah Aurora dan Regan sangatlah tidak suka melihatnya. Di kedua pipinya ada bekas airmata. Mengetahui itupun, Regan langsung tahu bahwa selama dia terlelap dan tidak melihatnya, Aurora masih menangis. Dan mungkin saja, garis itu juga baru terlelap setelah puas menumpahkan airmata. Amarah pun kembali dirasakan oleh Regan. Dia benar-benar marah hingga tanpa sadar, tangannya pun terkepal erat karena memikirkan seseorang yang sudah membuat Aurora sedih dan patah hati hingga seperti ini. Regan tidak suka. Bagi Regan, kebahagiaan Aurora merupakan salah satu hal terpenting dalan hidupnya. Sama seperti bagaimana kehadiran Aurora yang juga penting dalam hidupnya. Gadis itu sudah seperti setengah bagian dari dirinya. Apapun yang dirasakan Aurora, Regan juga akan merasakannya. Jika Aurora terluka, Regan akan ikut terluka, begitupun sebaliknya. Karena sepenting itulah posisi mereka pada diri masing-masing. Tangan Regan terulur untuk menyentuh bekas airmata itu, menghapusnya pelan dengan ibu jari. Dalam hati Regan berjanji, sebisa mungkin dia tidak akan membiarkan airmata Aurora jatuh lagi. Sebisa mungkin dia akan membuat Aurora lebih bahagia dari sebelumnya. Karena Regan menyayangi Aurora, lebih dari apapun.   [].

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

PASSIONATE LOVE [INDONESIA] [END]

read
2.9M
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

Because Alana ( 21+)

read
362.2K
bc

DRIVING ME CRAZY (INDONESIA)

read
2.0M
bc

Undesirable Baby 2 : With You

read
164.2K
bc

MENGGENGGAM JANJI

read
478.6K
bc

Hurt

read
1.1M

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook