Hanna merasa semakin akrab dengan pak Ronald. Dia terkesan dengan sikap hangat dan akrab yang ditunjukkan oleh pria itu. “Bapak tidak malu makan dengan saya?” Akhirnya Hanna benar-benar tidak bisa menahan diri untuk bertanya. “Malu kenapa?” Pria itu bertanya tanpa mengangkat matanya. Dia sedang serius menikmati makan malamnya. Matanya terus terpaku di piring di hadapannya. “Saya kan cuma asisten rumah tangga.” Hanna berkata pelan dan ragu-ragu, takut menyinggung pria itu. “Lalu kenapa? Kamu merasa tidak pantas?” Pria itu bertanya acuh tak acuh. Hanna terdiam. Bingung mau berbicara apa. “Tidak usah memusingkan hal-hal yang tidak penting, Hanna. Semua orang itu sama di mata Tuhan. Harta kekayaan dan status, itu semua bisa lenyap dalam sekejap. Oke?” Pak Ronald menatap Hanna sambil ters