Chapter 7

744 Kata
Selamat membaca Ajeng berjalan ke arah kamarnya dengan wajah merah padam. Tangannya mencengkram gaun tidurnya erat. Bajingan! Ingin rasanya ia menghantam sesuatu untuk meredam amarahnya atau membanting barang apapun yang ada di depannya. Jadi selama ini Sultan hanya memanfaatkannya saja? Ajeng menggertakkan giginya. Kenapa ia bisa tertipu oleh laki-laki itu? Seharusnya dari awal ia sadar, tidak mungkin ada laki-laki yang akan melamar wanita di hari kedua pertemuan mereka. Kecuali ada tujuan di baliknya. Walaupun saat pertama kali melihatnya ia memang tulus menyukai Sultan, tapi berbeda dengan Sultan yang ternyata tidak menyukainya sama sekali. Semua kata-kata manis dan ucapan cinta yang pernah Sultan katakan ternyata hanyalah omong kosong! Sekarang terjawab sudah, kenapa Sultan menjadi berubah dingin setelah menikah. Karena memang dia tidak pernah mencintainya. Ajeng memegang kepalanya yang terasa berat. Memikirkan itu hanya akan membuat kondisinya tambah memburuk. Ia mempercepat langkahnya menuju kamar sambil memegang dinding untuk menahan tubuhnya yang hampir terjatuh. Setelah tiba di kamar, ia langsung menjatuhkan tubuhnya kasar ke ranjang. Ia benar-benar tidak bisa menahan sakit di kepalanya yang semakin nyeri dan tegang seakan kepalanya seperti ingin pecah. Ajeng memejamkan matanya sambil menekan kepalanya dengan kedua tangan untuk menahan rasa sakitnya. Ia sama sekali tidak sadar jika ada seseorang yang masuk ke dalam kamarnya saat ini. Orang itu menutup pintu dengan hati-hati dan menguncinya perlahan. Dia melepas seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya dan langsung menindih tubuh Ajeng. Ajeng tersentak kaget saat ada orang yang tiba-tiba menindih tubuhnya Ia membelalakkan matanya lebar-lebar. "Sultan!" Sultan menyeringai. "Halo, Sayang." Mendengar Sultan memanggilnya dengan sebutan seperti itu membuatnya merasa jijik. "Minggir, b******k!" bentaknya kasar sambil mendorong bahu Sultan. Ia benar-benar tidak ingin bertemu dengan laki-laki yang bernama Sultan. Sultan tertawa sinis. Ia menggenggam erat kedua lengan Ajeng ke samping. Dengan kondisi tubuh Ajeng yang sekarang, tentu saja Ajeng tidak akan bisa memberontak. "Kenapa tenagamu sekarang selemah ini?" Sultan tersenyum meremehkan. Ajeng mengepalkan tangannya erat. Demi apapun ia sangat benci dengan kata-kata itu. Sontak ia langsung menendang perut Sultan sekuat tenaga sampai tersungkur ke belakang. Ia tidak sudi disentuh oleh laki-laki b******n itu. Saat ia ingin membuka kunci, tiba-tiba Sultan menarik tangannya kasar dan melemparnya ke ranjang tanpa perasaan. Napas Ajeng tertahan saat Sultan tiba-tiba memasukkan senjatanya ke dalam intinya kasar tanpa aba-aba "Akkhh!!" pekiknya kesakitan sambil mencakar punggung Sultan. Shit! Sultan menggila saat merasakan juniornya terjepit di dalam inti Ajeng yang benar-benar sempit. Bahkan ia tidak merasakan sakit sama sekali saat Ajeng mencakar punggungnya. Sultan terus memompa miliknya kasar. "Aaaa! Sakit!" teriak Ajeng terus memberontak. "Sakit! Bodoh!" teriaknya semakin kencang. Sultan mulai kesal dengan Ajeng yang terus bergerak dan tidak bisa diam saat bercinta. Dan apa tadi? Ajeng memanggilnya bodoh? Dasar wanita sialan! "Diam!" bentaknya dengan nada tinggi. Tiba-tiba Ajeng memeluk Sultan dan mengigit bahunya sekencang-kencangnya. Sultan tidak berteriak, tapi semakin mengeratkan pelukannya di tubuh Ajeng untuk menahan rasa sakitnya. Dan itu membuat Ajeng semakin merasa jijik. Ia terus memukul Sultan agar melepas pelukannya. Tapi Sultan tidak melepasnya, ia justru membiarkan Ajeng memukul tubuhnya sepuasnya sampai dia merasa kelelahan sendiri nantinya. Sekarang pukulannya tidak terlalu sakit karena tubuh Ajeng sedang lemah. Dan akhirnya setelah berapa lama Ajeng berhenti memukul tubuh Sultan, napasnya terengah-engah. Dalam kondisinya yang sekarang, mustahil jika ia bisa melawan Sultan. "Sudah puas?" Ajeng tidak menjawab, ia kesal dengan kondisinya yang lemah seperti ini. Ia ingin memberikan pukulan terhebatnya di wajah Sultan agar dia mengerti seberapa kecewanya ia saat ini karena sudah di permainkan. Sultan yang memang tidak peduli dengan Ajeng mulai melanjutkan lagi hentakannya. Bahkan ia melakukan itu di saat Ajeng sedang sakit. Benar-benar tidak berperasaan. Ajeng memejamkan matanya dalam-dalam. "Ahhh! Oh s**t!" desah Sultan keras di atas Ajeng. Ia terus menikmati dan menghentak-hentakkan miliknya ke dalam inti Ajeng. Tapi berbeda dengan Ajeng, ia sama sekali tidak menikmati permainan Sultan. Bagaimana ia bisa menikmatinya? Jika Sultan tidak pernah melakukan pemanasan ketika mereka sedang bercinta. Sultan selalu memasukkan miliknya begitu saja ke dalam inti Ajeng. Dan itu membuat Ajeng tersiksa dan tidak pernah menikmati permainan Sultan. Karena permainannya membuat intinya terasa panas dan lecet. Bahkan Sultan sama sekali tidak peduli dengan raut wajah Ajeng yang terlihat menahan sakit. "Ahhhhh!" desahnya lagi ketika sudah mencapai puncak. Ia memegang pinggang Ajeng erat dan semakin menekankan miliknya ke dalam inti Ajeng. Ajeng mengepalkan tangannya erat, ia benar-benar sudah tidak tahan lagi dengan permainan Sultan yang membuatnya kesakitan. Bahkan ia juga tidak pernah mencapai puncaknya saat bercinta dengan Sultan. Tapi bukan itu yang membuat Ajeng akhirnya membenci Sultan. Tapi karena hari ini ia mengetahui fakta yang sebenarnya. Fakta yang membuat hatinya menjerit kesakitan. Alasan kenapa Sultan menikahinya. Ternyata bukan karena cinta. TBC. SORRY PENDEK YESSSS??? LAGI BUTUH SUNTIKAN VITAMIN NIH, KALI AJA KALO YG VOTE MAKIN BANYAK JADI TAMBAH SEMANGAT NULIS HEHEHE????? OH IYA, SILAHKAN FOLLOW DULU BAGI YANG BELUM FOLLOW, BIAR NGGAK KETINGGALAN INFO PENTING, DAN JUGA BIAR BISA TETAP BACA KALO CHAPTER DI PRIVAT, OKAY????
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN