Ada sebagian rasa amarah dan kesal yang membakar Rajan saat mendengar rasa sedih yang pasti lagi-lagi menyakiti gadis tak bersalah itu, di dunia ini tidak ada satu orangpun yang ingin sakit bahkan harus membebani orang lain.
"Lu gak salah kalau masih mengharapkan Giran, Ra. Cuma bagaimanapun juga harusnya dia tuh sedikit aja mikirin perasaan Lara gimana dong!! Lagian mereka siapa sih bisa menilai hal yang belum tentu terjadi! Di duniaa ini mau sesulit apapun hidup lu kalo soal kebahagiaan itu urusan Allah dan tergantung kitanya! Bener-bener memuakkan banget dah mereka?!" batin Rajan kesal.
Hanya saja pemuda itu cukup sadar jika kemarahan dan membalas rasa sakit yang dirasakan oleh gadis yang ia cintai tak akan membuat Giran tersadar, bahkan kemungkinan terbesar yang akan terjadi mereka berdua malah hanya akan berkelahi dan membuang waktu saja.
"Tau gak hal apa yang paling menyakiti hati gue, Ra? Gue paling gak bisa melihat lu begini loh, Ra! Gue bisa nahan amarah gue demi lu dan gak ada gunanya juga gue membalas apalagi bikin mereka sadar toh hati mereka sih bukan hati normal pada umumnya jadi satu-satunya hal yang bisa gue lakuin adalah berharap lu bahagia selalu tau Lara," lirih Rajan sendu.
Suara lirihan Rajan membuat Lara menoleh dan gadis itu mengusap-usap bahu Rajan lembut lalu gadis itu menenangkannya karena ia merasa dirinya sudah tak ada masalah lagi dengan Giran dan sebisa mungkin Lara berusaha untuk baik-baik saja.
"Jangan sedih, Jan! Gue gak apa-apa kok ... di dunia ini emang gak ada yang tau kita akan jadi gi mana nantinya! Udah tenang aja ya? Gue emang harus belajar menerima dan mengikhlaskan hal yang gak bisa gue raih dan alhamdulillah gue lebih membaik sekarang mah," tutur Lara lembut.
Malam itu entah mengapa terasa menyakitkan, tetapi juga menyejukkan untuk Rajan dan Lara yang berusaha menghibur sahabat baiknya sedangkan di lain sisi Luruh sibuk menghindari Axton sebab ia masih tidak ingin pikiran dan hatinya di buat kacau oleh pemuda itu.
"Gue gak boleh kelamaan di sini nih! Luruh ... lu harus cepat-cepat dah tuh pergi dari sini karena kalau sampe ketemu manusia melelahkan itu yang ada panjang dah urusannya! Tunggu bentar gue harus hati-hati soalnya ketemu Axton itu cuma mempersulit gue aja," batin Luruh waspada.
Sejak terakhir kali mereka bertemu ketika mencari hadiah untuk Lara maka sejak itu pula Luruh berusaha sebisa mungkin tidak meladeni telfon bahkan chat dari Axton bahkan gadis cantik itu terus-menerus mencari alasan untuk menjaga jarak dari pemuda itu.
Hingga di pesta kali ini ia berusaha menyibukkan dirinya dan saat merasa tak ada yang perlu ia lakukan lagi membuat gadis itu bersiap-siap kembali ke kamarnya dan sayangnya Luruh malah merasa ada seseorang yang menarik dirinya ke dalam pelukan lalu samar-samar ia mendengar suara yang akrab di telinganya.
"Mau kabur ke mana lu gadis berisik? Sayangnya buat saat ini lu tuh gak bisa kabur dari gue! Lu emang wajib untuk selalu terikat sama gue sih! Well ya gue pribadi mah senang aja bertemu dengan gadis wajar model lu ... long time no see ya Luruh," ucap Axton lembut.
Merasa ada yang tidak aman di sana membuat Luruh bergegas mendorong Axton agar pemuda itu melepaskan pelukannya dan tanpa mengatakan apapun gadis itu bergegas meninggalkan halaman belakang rumahnya karena ia tidak ingin hatinya terasa menyebalkan menurutnya.
Sementara Axton yang benar-benar perlu menyampaikan apa yang di ucapkan daddynya dan daddy gadis itu membuatnya menahan pergelangan tangan Luruh dan tanpa berlama-lama lagi ia mengatakan tujuannya dengan serius.
"Apa kata lu tadi?! Gue ini apa? Gue selalu apaan? Coba bilang sekali lagi biar gue rujak mulut lu yang serampangan itu? Lu mikir gue gak bisa marah sama lu apa gimana nih? Kalau emang ceritanya lu mau nantang emosi gue jangan begini woy ...," omel Luruh terhenti.
"Berhenti membuang waktu untuk omelan gak penting lu! Fine, fine! Gue nyariin lu karena daddy lu sama daddy gue udah minta gue buat menyiapkan persiapan nikah jadi mending lu mulai dah bilang sama gue perihal pernikahan impian yang lu pengenin nanti gue urus," tutur Axton serius.
Mendengar ucapan dan nada serius dari Axton sontak membuat gadis itu menyikapi hal yang ia agak sulit ia pahami sedangkan Axton yang mengerti jika mungkin Luruh masih shock dengan permintaan kedua orang tuanya membuatnya berusaha menenangkan dan menjelaskan lebih lembut lagi.
"Menyiapkan persiapan pernikahan? Gue harus bilang soal pernikahan impian gue ke lu? Terus nanti lu yang ngatur? Bentar dah? Ini gimana? Emang apa hubungannya? Eh bentar! Ini gue sama lu bakalan beneran nikah gitu, Axton?" tanya Luruh bingung.
"Iya lu bakal beneran nikah sama gue dan gue di minta buat mengurusi dan menyiapkan persiapan pernikahan kita jadi sampe sini lu paham maksud guekan? Gue minta bantuan dan kerja sama lu karena gimana juga gue tetap perlu memikirkan maunya lu ...," ucap Axton lembut.
Rasanya seluruh tubuh Luruh kehilangan keseimbangannya saat mendengar ucapan Axton yang seperti tak ada jalan mundur di sana, terlebih gadis cantik itu teringat dengan peringatannya jika ia mundur maka Lara yang akan terluka bahkan mungkin orang tuanya akan malu dengan ulah tidak baik Axton ini.
"Pernikahan katanya? Apakah dia lupa bahwa ia pernah memperingatkan gue dengan begitu tak tahu dirinya?! Gue gak bisa mundur karena gue gak pernah mau Lara atau keluarga gue terluka cuma karena keegoisan gue ... sekarang semua jalan keliatan buntu dan gue cuma bisa nerima pernikahan ini aja Ya Allah," batin Luruh sendu.
Axton yang melihat gadis itu seperti hampir jatuh membuatnya menahan gadis itu lalu tak lama ucapan pasrah Luruh justru membuat Axton terdiam dan tanpa menunggu ucapan dari Axton, Luruh bergegas kembali ke kamarnya karena bagaimanapun juga ia perlu menghadapi masalah ini apapun konsekuensinya kan.
"Begitu ya? Gue gak memiliki pikiran tentang pernikahan impian jadi silahkan atur sesuka lu dan kalau lu emang butuh bantuan gue bilang aja toh gue gak bisa mundur dan gak akan pergi ke mana-mana selain menghadapi pernikahan ini kan ya ... sebebas lu aja Axton," tutur Luruh sedih.
Kepergian gadis cantik itu seolah memberi perasaan baru yang berkecamuk dan di lain tempat Luruh juga hanya bisa terdiam sambil menatap langit dengan pandangan kosong, tanpa Luruh sadari kakaknya melihat wajah Luruh yang tak biasa membuat gadis itu berusaha menghiburnya.
"Luruh ... kenapa adik cantik kakak maah melamun di sini? Apakah ada sesuatu yang lagi kamu pikirin ya? Kalau memang sekiranya butuh sesuatu bilang aja dek, kakak akan selalu ada di sisi kamu jadi kita akan melalui semuanya sama-sama dek! Jangan sedih lagi ya," ucap Lara lembut.
Luruh yang tidak ingin membebani kakaknya hanya tersenyum lembut dan ia beralasan jika ia sedang memikirkan persiapan pernikahan yang belum ia pahami, melihat ekspresi adiknya yang terlihat agak mencurigakan membuat Lara tersenyum dan berusaha menenangkan gadis itu.
"Kakak ini berbicara apa kak? Aku baik-baik aja kok ... cuma ya maklum kak aku kurang paham dengan persiapan pernikahan jadi daritadi aku tuh lagi mikirin soal itu aja kok! Bukan apa-apa toh hal semacam ini kayak hal baru buat aku jadi ya sedikit bingung wajar ya? Tenang aja kak kalau sekiranya aku menghadapi masalah pasti aku akan bilang ke kakak," sahut Luruh santai.
"Ya ampun ternyata begitu ya? Kakak pikir ada hal apa toh dek! Yasudah jangan terlalu di pikirkan nanti kamu bisa tanya mommy, mommy Aisha atau Axton biar gak bingung lagi ya? Sekarang lebih baik kamu tenang dan istirahatin badan kamu pasti lelah ya," ujar Lara lembut.