Axton yang mendengar ucapan Luruh membuatnya tersenyum sekilas dan mengusap kepala gadis itu lembut sambil mengatakan hal yang membuat Luruh menatap Axton dengan tatapan serius karena entah mengapa kali ini Axton terlihat lain.
"Lu emang bukan mantan gue dan cuma gadis yang gak pernah berubah ini yang berhasil untuk merubah pria gak baik yang sekarang ada di hadapan lu ... gue berterima kasih karena berkat lu gue bisa mengenal apa itu bahagia sekali lagi! Tolong bersabar dengan segala sikap gue yang menyebalkan ini ya Luruh," ucap Axton lembut.
Mungkin apa yang Luruh dan Axton pikirkan saat ini terasa aneh juga membingungkan, tetapi keduanya tetap tidak bisa memungkiri jika tatapan mata itu seolah-olah menenggelamkan hati mereka dalam perasaan baru yang tidak pernah mereka rasakan sebelumnya.
"Setelah patah hati yang teramat menyakitkan beberapa bulan yang lalu kini tatapan mata itu datang seolah-olah memberi perasaan barukah? Kalau memang kehadirannya adalah obat dari duka yang aku pernah rasakan tolong jangan biarkan aku jatuh untuk kedua kalinya Ya Allah! Jangan biarkan aku tenggelam oleh bahagia dan menangis karena tak nyata," batin Axton sendu.
"Kenapa sih dia ngeliatin guenya kayak begitu? Rasanya tuh kayak gue di tenggelamkan oleh tatapan mata yang entah mengapa membuat gue merasakan perasaan lain! Dia tuh kenapa sih begini amat? Gue jadi gak nyaman banget di lihatin sedalam ini tau gak ih," batin Luruh gelisah.
Sadar jika mereka belum membeli hadiah apapun tak lama Luruh bergegas membalikkan badan lalu mencari hadiah seperti yang udah ia pikirkan, sementara Axton yang melihat gadis cantik itu berlalu dengan santainya membuat dirinya kembali meledeki Luruh.
"Mau sampai kita saling menatap begini dah ya hahaha ... udah mending kita cari hadiah deh! Well gue tau emang gue tuh tampan jadi kalau lu terpesona sama calon suami sendiri gue rasa bukan masalah besar sih! Kapan lagikan dapet suami tampan + kaya? Haha," ledek Axton santai.
Sejenak Luruh menatap pemuda itu sinis, tetapi ia memilih membiarkan saja Axton berbicara semaunya karena saat ini yang lebih penting adalah hadiah untuk kakaknya di bandingkan Luruh meladeni pria tidak jelas itu.
"Astagfirullah Ya Allah ... kenapa bisa ada salah satu hamba-Mu yang berbicara omong kosong bahkan terlalu percaya diri begini? Tidakkah pria malu apa ya? Udahlah diemin aja! Toh lebih baik gue fokus nyari hadiah aja daripada meladeni orang gak jelas kayak dia?!" batin Luruh kesal.
Di saat mata cantik itu fokus pada beberapa alat melukis yang di susun di rak sebuah toko, Axton melihat sebentar lagi dahi gadis itu akan terbentur dengan sudut rak yang lain dan itu akan melukai Luruh nantinya.
Sontak saja Axton menahan dahi Luruh hingga membuat gadis itu terkejut dan hendak marah pada Axton, tetapi pemuda itu sudah lebih dulu memarahi Luruh yang terlihat terkejut dan ia tak sadar jika dirinya memang hampir dalam bahaya kalau tidak ada Axton.
"Aduh apaan sih lu megang dahi orang seenaknya! Lu pikir kepala gue ini tuh bola basket apa bagaimana dah? Gue tuh lagi sibuk sendiri jadi yaudah sih lu juga tinggal cari kesibukan sendiri jangan gangguin orang lain bisa kagak sih?! Lu pikir gue tuh anak kecil ...," omel Luruh terhenti.
"Bahkan lu lebih dari anak kecil tau gak, Luruh?! Lu pikir gue sengaja mau megang dahi lu gitu? Liat tuh! Kalo aja tangan gue gak nahan dahi lu malah yang ada lu terbentur dan melukai diri lu sendiri tau gak!! Bisa gak sih lu gak ceroboh begini hah? Gue tuh gak mau lu terluka! Gue takut banget lu kesakitan nantinya! Sekali aja jaga diri lu baik-baik orang mah!!" murka Axton marah.
"Dia tuh kenapa sih?! Kenapa juga dia marah-marah sama gue? Ya mana gue tau kalau di sana ada rak yang lancip gitu, udah mah gue berasa di omelin di tambah dia yang bikin orang kaget jadi ya emang gue berhutang budi sama Axton karena dia menyelamatkan gue sih cuma tuh ya jangan bikin jantung orang jatuh dari tempatnya juga dong," batin Luruh kaget.
Tidak lama pemuda itu menyadari jika ucapannya mungkin membuat Luruh terkejut, tetapi di dalam hati Axton ia tidak bisa jika harus membiarkan Luruh terluka rasanya membayangkan gadis itu terluka saja seperti setengah nyawanya lenyap entah pergi ke mana.
"Ya ampun ... apa yang gue lakuin? Kenapa gue malah bikin dia kaget? Cuma ngeliat dia hampir terluka aja tuh rasanya kayak gue gak siap membayangkan kalau dia kesakitan! Belum kejadian aja gue merasa setengah nyawa gue lenyap entah pergi ke mana dan gue gak mau dia terluka walaupun cuma sedikit gue gak mau dia sedih Ya allah," batin Axton
sendu.
Luruh yang tidak nyaman dengan suasana hening seperti ini membuat gadis itu berusaha untuk mencairkan suasana dan meminta maaf karena mungkin sikapnya tadi itu ceroboh dan bisa jadi membawa masalah juga untuk Axton.
"Oke, ok ... di sini gue yang salah! Harusnya emang gue tuh lebih hati-hati lagi! Gue gak boleh ceroboh kayak tadi apalagi gue tuh lagi pergi sama lu ... udah pasti kalau gue terluka ya mau gak mau pasti lu yang di marahin kan? Kalau gitu gue minta maaf ... maaf karena gue bikin lu cemas dan pasti takut di marahin ya? Maaf banget deh Axton," gumam Luruh datar.
Dalam diam gadis itu berpikir mungkin Axton akan memarahinya habis-habisan atau paling tidak mengenakannya ia akan memukul Luruh, sayangnya hal seperti itu tidak terjadi sama sekali bahkan Axton dengan santainya mengusap-usap kepala Luruh dengan sayang.
Seketika gadis itu menatap Axton yang kini sedang tersenyum dan menenangkan Luruh yang mungkin agak terkejut dengan emosi sesaat yang Axton sendiri tidak mengerti mengapa ia jadi seperti ini padahal seingatnya dulu Axton tidak seperti ini.
"Gue juga minta maaf Luruh ... harusnya gue gak bersikap sembarangan begitu apalagi sampe marah-marah sama lu, tadi gue cuma emosi sebentar aja karena gue gak mau lu terluka dan alhamdulillahnya lu udah gak apa-apa jadi ini bukan masalah besar lagi kok," tutur Axton lembut.
Namun pemuda itu cukup sadar jika hal semacam itu tidak perlu di pikirkan toh saat ini mereka harus bergegas mencari hadiah untuk Lara, tangan Axton menggenggam tangan Luruh untuk mengikuti langkah besarnya mencari hadiah.
Entah mengapa kali ini rasanya Luruh tidak ingin berontak banyak dan lebih patuh pada Axton, lalu di saat keduanya telah menemukan alat lukis dan kotak musik sebagai hadiah Lara maka Luruh dan Axton bergegas untuk pulang dan menyibukkan diri mereka dengan aktifitas masing-masing.
Ulang tahun Lara juga di rayakan dengan meriah oleh kedua keluarga bahkan sahabat baik dari Lara juga turut hadir dan menghibur gadis manis yang terlihat tidak begitu ceria setelah hatinya di patahkan oleh orang yang dia sayang bahkan cintain sepenuh hati.
"Selamat ulang tahun princessnya keluarga bapak Daizen dan Ibu barbara! Duh di hari yang harusnya lu bahagia gini kenapa malah melamun begitu, Lara? Jangan mencari yang telah pergi, tapi bahagiakan diri lu sendiri dong, Lara! Lu layak untuk bahagia dan please banget jangan selalu korbankan kebahagiaan lu demi orang yang gak ada buat lu," ucap Rajan lembut.
Sebenarnya Lara memang masih sangat mengharapkan Giran Atmajaya untuk kembali menjadi kekasih dan menghibur dukanya hanya saja pemuda itu telah menancapkan rasa sakit yang sampai detik ini masih tidak bisa di maafkan oleh Lara.
"Terima kasih Rajan ... jujur ada sebagian hati gue yang masih mengharapkan Giran untuk balik lagi di sisi gue, tapi hari di mana gue putus dia menorehkan yang terlalu dalam Rajan! Dia dan pacar barunya mengatakan kalau orang sakit kayak gue gak punya kebahagiaan dan gak ada satu orang pria pun yang mau menikahi cewek penyakitan ini! Sakit banget dengarnya cuma mungkin emang ada benarnya juga kali ya," gumam Lara sendu.