Mendengar ucapan Lara entah mengapa sedikit memberi angin segar di hati Luruh sebab kakak yang ia sayangi tidak mempertanyakan hal yang tak sanggup ia ceritakan pada Lara terlebih Luruh khawatir perasaannya hanya membebani proses penyembuhan Lara saja.
"Syukurlah kalau Lara gak sadar dengan kekhawatiran yang gue rasain ... maaf karena mungkin gue menyembunyikan semua ini dari lu, Lara! Rasanya gue gak sanggup menceritakan segala rasa sakit ini sama lu! Abisan gue gak mau membebani proses penyembuhan lu jadi maaf kalau mungkin apa yang gue lakuin ini salah," batin Luruh sendu.
Pelukan erat yang di berikan Lara pada adiknya semakin membuat Luruh berusaha sekuat yang ia bisa untuk tidak menangis di depan kakaknya karena Luruh hanya ingin melihat Lara senyum yang selalu menenangkan bukan air mata yang juga menyakiti hati Luruh dalam diam.
"Aku baik-baik saja, kak! Terkadang kekhawatiran yang kita pikirkan bisa saja tidak terjadi dan sebisa mungkin aku akan mendoakan yang terbaik untuk kakakku! Aku memang lelah, tapi aku hanya ingin melihat kak Lara bahagia! Apapun yang terjadi aku mohon kakak jangan lupa untuk bahagia ya kak," lirih Luruh sedih.
Entah mengapa ucapan Luruh terasa menggores kesedihan Lara sebab karena dirinya Luruh harus mengorbankan kebahagiaannya hingga tanpa sadar ia meminta maaf dan menjelaskan pada adiknya bahwa ia melakukan hal ini hanya untuk kebahagiaan Luruh juga.
"Ya Allah, dek ... maaf ya, maafin kakak yang membuatmu harus berkorban demi kakak padahal kamu seharusnya bisa lebih bahagia dari ini! Kakak seperti ini karena penyakit kakak tak bisa lagi kakak tahan lebih lama dari ini jadi kakak berusaha memberikan pelindung agar suatu hari nanti kamu akan tetap baik-baik saja meskipun tanpa kakak," tutur Lara sendu.
Sementara Luruh yang mendengar penjelasan kakaknya semakin membuat gadis itu tidak bisa berbuat banyak selain terlihat baik-baik saja toh bagaimanapun juga mommy dan daddynya selalu berpesan untuk jangan membuat kakaknya sedih.
"Kakak gak harus meminta maaf sama aku kok kak! Aku sedikit banyak paham maksud kakak toh jika aku jadi kakak juga pasti aku melakukan hal yang sama! Tenang saja kakak tidak perlu merasa bersalah seperti ini toh kakak beradik sudah sewajarnya jika menjaga dengan cara mereka masing-masing jadi kakak gak harus khawatir begini ya," ucap Luruh lembut.
Ia tau jika hatinya berkecamuk, tetapi ini adalah harga yang harus ia bayar karena Luruh memilih untuk melindungi perasaan Lara di banding perasaannnya sendiri. Toh memang sudah tidak ada jalan kembali lagi mulai sekarang, jadi mau tidak mau Luruh harus menerima semuanya.
"Kalau aja aku boleh jujur rasanya ada perasaan sakit yang gak bisa aku jelasin cuma layak untuk aku lalui karena ini seperti aku membayar kebohongan yang aku katakan demi melindungi Lara yang tidak perlu terbebani dengan deritaku ... baiklah aku harus menerima semua perasaan ini supaya aku sendiri juga bisa berdamai dengan rasa sakit ini," batin Luruh sendu.
Sebenarnya masih ada hal yang ingin di sampaikan Lara pada adiknya, tetapi mommynya malah memanggil Luruh untuk menemui Axton yang hendak pulang jadi dengan langkah tak nyaman yang di lihat Lara akhirnya mau tidak mau Lara menahan ucapannya pasti adiknya lelah karena harus di suruh-suruh mommy dan daddynya.
"Luruh ... sayang kamu dimana, nak? Ayok ke sini sebentar bantuin mommy dan oh iya ini Axton mau pulang jadi lebih baik kamu pamitan dulu, Luruh! Gak baik loh masa ada tamu kamu malah di kamar aja ... ayok sayang! Cuma sebentar aja kok sayangnya mommy," ucap Barbara lembut.
"Iya mommy, iya sabar! Ini aku lagi jalan ke sana kok mommy," sahut Luruh santai.
"Itu tadi ... sudahlah sepertinya Luruh memang sedang sibuk ya sekarang? Kasihan dia harus kelelahan karena aku gak bisa berbuat banyak dan dia mau gak mau harus di suruh-suruh sama mommy dan daddy ... maafkan kakak ya, dek? Harusnya kamu bisa bersantai bukan malah repot begini kakak jadi tidak tega lihat kamu begini Luruh," batin Lara kasihan.
Waktu yang terus bergulir terasa begitu cepat hingga akhirnya Luruh, mommy dan daddy sudah masuk ke kamar mereka untuk istirahat sedangkan Lara masih menatap bulan melalui jendela kamarnya dengan perasaan iba bercampur tak tenang.
"Sebenarnya apakah hal yang aku lakukan ini adalah benar ya? Kasihan kalau mengingat wajah Luruh tadi ... jujur sekarang gue malah jadi gak tenang banget! Rasanya kayak gue keterlaluan banget sama adik sendiri? Cuma kalau gak begini nanti siapa yang akan jagain Luruh? Bahkan sekarang aja gue gak bisa berbuat banyakkan," gumam Lara sendu.
Jika saja ia boleh jujur rasanya Lara ingin menghentikan pernikahan ini sebab tadi Lara melihat ada sedikit kesedihan dari tatapan adiknya, tetapi di lain sisi Lara tidak ingin membuat daddy dan mommynya merasa sedih saat melihat sikap gegabahnya.
"Jika aja gue gak memikirkan gimana sedihnya mommy sama daddy, udah pasti gue bakalan bantuin Luruh dengan bersikap dengan gegabah! Hanya saja gue gak bisa begitu dan kalau gue menghentikan pernikahan ini yang ada kasihan Luruhnya akan malu banget," lirih Lara dilema.
Merasa tak ada gunanya ia melamun seperti ini, lantas Lara berjalan menuju kamar Luruh hanya untuk melihat apakah adiknya sudah tertidur atau belum sebab sebagai kakaknya dirinya sedikit merasa jika Luruh menyimpan sesuatu dibalik senyum cerianya tadi itu.
Sesampai di kamar Luruh tak lama Lara melihat jika jendela kamar adiknya belum tertutup lalu dengan sigap Luruh menutupnya dan sebelum ia kembali ke kamarnya sendiri ia melihat Luruh yang tertidur dengan bergumam-gumam sambil meneteskan air mata dari ujung matanya.
"Ya Allah, Luruh ... saking kelelahannya dia sampe lupa menutup jendela kamarnya sendiri? Untung gue ke sini kalau gak dia bisa kedinginan atau masuk angin nantinya? Ya ampun selimut yang biasa dia pake aja gak benar begini ... lu harus bahagia Luruh! Harus," batin Lara khawatir.
"Kakak ... aku gak mau menyakiti siapapun jadi tolong kakak bahagia dan lekas sembuh ya? Aku rindu kakak! Aku cuma mau kakak bahagia dan aku rela melakukan apapun asal kak Lara gak begini terus ... jujur aku cuma mau lihat senyuman paling bahagia kakak bukan kesedihan yang selalu terpancar di mata kakak! Bahagia terus ya kak Lara," gumam Luruh sedih.
Mendengar bagaimana perasaan adiknya membuat Lara tanpa sadar meneteskan air matanya lalu dengan lembut ia mengusap-usap kepala Luruh lembut sambil menggumamkan hal yang di harapkan Lara di setiap doanya.
"Di setiap doa kakak ... kakak selalu berharap kamu harus bahagia terus Luruh! Semakin kamu dewasa kakak semakin ingin melihatmu hidup dengan layak dan kakak berjanji akan melakukan apapun buat kamu, Luruh! Tolong tetaplah kuat dan izinkan kakak menjagamu dari tempat yang tidak kamu sadari ya dek," gumam Lara lembut.
Ia tau jika adiknya mungkin memang tak akan merespon apapun yang ia katakan setidaknya ia hanya ingin Luruh bahagia dan tak lagi bersedih seperti saat ini, Lara cukup sadar jika ia tidak seperti kakak pada umumnya sebab ia sakit lalu ia juga tak memiliki banyak waktu untuk selalu ada di samping Luruh nantinya.
"Sepertinya otakku bermasalah karena berbicara sendirian, tetapi kakak hanya ingin kamu ceria dan dalam lindungan banyak orang sebab kakak ini penyakitan dan waktu kita semakin menipis untuk itu kakak tidak ingin meninggalkanmu sendirian! Kamu layak di bahagiakan dan kakak akan melakukan semua hal demi kebahagiaanmu Luruh," lirih Lara sendu.
Jadi yang bisa dirinya lakukan mungkin hanya sebatas ini dan doa baik agar adiknya selalu bisa bahagia baik sesudah maupun pernikahan ini, merasa sudah terlalu larut untuk bersedih-sedih seperti ini membuat Lara berjalan kembali ke kamarnya.
Malam itu hatinya mungkin dipenuhi kesedihan dan perasaan bersalah yang melekat kuat, tapi perlahan-lahan ia berusaha tegar hingga hari pernikahan Luruh tiba walaupun Lara mendengar beberapa ucapan tak mengenakan hanya saja ia tak ingin perduli dengan hal receh begitu.