"Ayah mertua?"
Zhou Fan yang baru saja tiba keningnya seketika mengernyit melihat apa yang terjadi di hadapannya. Langit yang harusnya hitam, kini bercorak putih dengan fluktuasi energi yang kacau.
"Ayah mertua, sepertinya itu adalah gerbang dimensi." Chu Xiang menatap lekat ke atas.
Zhou Fan masih diam dan tatapannya petlahan turun pada Chu Xiang. "Kau mengetahui banyak informasi. Apa sesuatu seperti ini pernah terjadi sebelumnya?"
Mendapati pertanyaan tersebut, Chu Xiang diam termangu. Ia sungguh mengatakan suatu yang harusnya ia simpan dalam-dalam.
"Dua tahun lalu, ...." Karena tidak lagi bisa menyembunyikannya, Chu Xiang mengatakan semua tentang pertarungan dengan ras iblis. Semua dikatakannya dan tidak ada satu pun kebohongan yang dirahasiakan.
Wajah Zhou Fan menjadi rumit, "Ada hal seperti itu dan kau menyimpannya sendiri?! Apa kau tidak memikirkan keselamatan seluruh manusia?"
Chu Xiang sedikit menundukkan kepala. Padahal ia tahu tanggung jawab Zhou Fan adalah menjaga sembilan benua, tapi tetap menyembunyikan masalah sepenting itu dari ayah mertuanya. Tak pelak ia merasa bersalah.
"Ayah, jangan menyalahkan Xiang gege." Zhou Xia datang dengan Qing Yuwei. Ia langsung membela Chu Xiang dari kemarahan sang ayah.
"Apa tidak ada cara untuk mencegah masalah ini?" tanya Qing Yuwei mencoba mengalihkan perhatian.
Zhou Fan menggelengkan kepala, "Tidak ada cara untuk mencegah mereka datang. Sudah terlambat." Ketika melihat ke atas, gerbang ruang itu semakin besar. Seperti cincin yang melayang, mengeluarkan sinar merah keunguan. Meski tidak berada di Kota Feng, ukurannya yang sangat besar terlihat jelas dari istana.
"Hanya menunggu waktu sampai mereka menginjakkan kaki di dunia manusia." Zhou Fan merapatkan giginya, tangan mengepal dan mulai mencari cara untuk menghadapi ras iblis yang datang.
Pada saat yang sama tekanan kekuatan terasa mencekam. Puluhan prajurit yang berjaga di sekitar gerbang merasakan tekanan dan meringkuk di atas tanah.
Melihat hal ini Zhou Fan kembali menangadahkan wajah ke atas. Dari gerbang ruang itu tampak satu pasukan yang mungkin lebih dari seribu turun perlahan.
Zhou Fan mengeluarkan pedang darah malam, cahaya merah pekat menyebar dan menyelimuti pedang berwarna hitam tersebut.
"Ayah mertua, biarkan aku ikut."
Heem...
Zhou Fan juga tidak menolak. Ia tidak ingin terus menyalahkan Chu Xiang lantaran semua sudah berlalu. Terlebih kekuatan Chu Xiang yang berada di tingkat petarung dewa surga bintang lima adalah bantuan yang sangat dibutuhkan.
Jika mengedepankan masalah pribadi mereka akan kesulitan mengusir ras iblis dari dunia manusia.
Zhou Fan melenggang pergi. Dengan kemampuan ruangnya ia menuju ke tampat gerbang ruang berada.
"Ibu mertua, Xia'er, aku pergi." Chu Xiang mengeluarkan belati tak bernoda. Kemudian menyusul Zhou Fan dengan kemampuan ruang miliknya.
Sekarang hanya tersisa Zhou Xia dan Qing Yuwei. Pasangan ibu dan anak itu saling pandang dan belum juga mengatakan apapun sampai beberapa lama.
"Ibu, apa kita hanya akan diam saja tanpa melakukan apapun?"
Qing Yuwei menarik pandangannya ke bawah, tangan mengelus dagu seperti orang berpikir. "Kita tidak akan hanya diam. Jangan mempermalukan wanita. Wanita juga memiliki kekuatan."
Zhou Xia juga berpikir demikian. Walau bagaimanapun ia sekarang berada di tingkat petarung dewa bintang sembilan. Sementara sang ibu di tingkat petarung dewa langit. Bisa dikatakan mereka adalah orang terkuat setelah Zhou Fan dan Chu Xiang.
Kota Cu.
"Hem ... Dunia manusia. Setelah penantian yang panjang akhirnya kita bisa datang kemari." Dia adalah Bei Ya. Jendral iblis dengan dua tanduk di antara keningnya. Kekuatannya tidak remeh. Aura kuat yang sangat menekan itu berasal dari tubuhnya.
"Jendral, manusia di bawah terus memperhatikan kita. Itu sangat mengganggu."
Bei Ya memandang ke bawah, seperti dewa yang muncul di atas langit, kemunculannya menghebohkan seluruh Kota Cu.
"Habisi mereka! Jangan biarkan satu pun lolos." Dua ratusan prajurit iblis turun, mereka langsung melesat dan memburu semua orang yang ada di depan mata.
Teriakan terdengar di sepanjang jalan, dalam waktu singkat kota yang semula ramai angsung menjadi sunyi tak berpenghuni.
Sementara di tempatnya Bei Ya tertawa sangat keras begitu menikmati aksi para bawahannya.
Hahahahahah...
"Lanjutkan. Habisi mereka!" Bei Ya tertawa sangat puas. Bahkan air mata seperti mengalir melewati garis matanya saking tidak bisa mengendalikan diri.
Namun beberapa saat kemudian, aura kekuatannya seperti ada yang menekan dan kekuatan itu tidak lebih lemah darinya.
"Sial! Sepertinya ras manusia juga memiliki jagoan," dengusnya dalam hati.
"Kembali!" seru Bei Ya berusaha menarik pasukannya.
Dua ratus prajurit iblis menghentikan aksi mereka, tapi enggan untuk kembali karena masih belum cukup puas. "Jendral, apa yang terjadi?"
"Hentikan itu dan cepat kembali," ucap Bei Ya mengulang kalimatnya.
Dua ratus prajurit iblis tidak tahu apa yang terjadi, jadi mereka seperti enggan untuk kembali karena masih banyak manusia yang menunggu giliran.
Bei Ya merasakan tekanan itu semakin kuat. Keningnya mengerut dan menatap dua ratus bawahannya dengan kesal. "Apa kalian tidak bisa kembali?!" bentaknya.
Dua ratus prajurit iblis masih termangu, mereka berniat kembali tapi sebelum dapat beranjak dua bola hitam dan putih melesat menghancurkan tubuh satu per satu.
Crash!
Crash!
Crash!
Sangat cepat. Dua ratus prajurit iblis tiada tanpa ada satu pun yang bisa menghindar.
Mata Bei Ya berkedut dan bertahap menjadi tajam. Sementara ratusan prajurit iblis lainnya terkejut dengan apa yang menimpa rekan mereka.
"Sialan!" Bei Ya memutar tubuhnya ke arah lain dan melihat dua sosok yang berdiri berdampingan. Tidak perlu dirinya menebak untuk tahu jika mereka adalah dalang dibalik kematian dua ratus bawahannya.
"Jendral, biarkan kami yang menghadapinya." Dua komandan iblis ini memiliki kultivasi petarung dewa langit, mereka sama sekali tidak memahami kondisi.
Bei Ya mengeluarkan tongkat yang berwarna emas. Sontak saja ini membuat dua komandan itu menyipitkan mata dengan kompak.
"Jendral, ...."
"Kalian tidak akan bisa menghadapi mereka. Terlebih pria yang membawa pedang hitam. Bahkan aku tidak yakin dapat menghadapinya."
Dua komandan iblis ragu mendengar perkataan Bei Ya. Mereka jelas tahu kekuatan tuannya yang berada di tingkat petarung dewa surga bintang tujuh. Bahkan di dunia iblis tidak banyak yang dapat dibandingkan dengannya, bagaimana bisa seorang manusia memiliki kekuatan lebih tinggi darinya.
"Jendral hanya ingin turun tangan." Keduanya mengangguk seolah memiliki pandangan yang sama.
Sementara di sisi lain, Zhou Fan memberi tugas pada Chu Xiang untuk menghadapi prajurit iblis sedang dirinya sendiri menangani beberapa iblis yang memiliki kekuatan menonjol.
"Ayah mertua, apa engkau yakin?"
"Kau tenang saja. Mereka tidak akan bisa membunuhku."
Chu Xiang mendelik mendengar kalimat Zhou Fan. Ayah mertuanya ini membicarakan kematian seperti bukan suatu yang penting. Tapi ia sendiri juga tidak mengetahui sejauh mana kekuatan ayah mertuanya. Hanya tahu itu lebih kuat darinya.