Suara monitor detak jantung sangat terdengar oleh Edwin ketika langkah kakinya semakin dalam menapaki ruang ICU. Bagi siapa pun yang masuk ke ruangan tersebut pasti akan merasakan kesedihan yang sudah tidak bisa digambarkan lagi. Dokter Helmi memberikan dia waktu 15 menit untuk melihat kondisi gadis itu. Waktu yang cukup sebentar, dan kali ini Edwin tampaknya memanfaatkan waktu untuk bersamanya, tidak seperti ketika awal Sara masuk rumah sakit, dia hanya melihat sebentar lalu keluar begitu saja, seakan malas untuk menengok gadis itu. “Maafkan aku, Sara.” Pria itu menyentuh tangan Sara dan mengusapnya dengan lembut, rasa panas yang didera oleh istri keduanya bisa dia rasakan. “Bangunlah Sara, jangan membuat aku semakin bersalah seperti ini. Aku tahu kalau aku yang salah! Aku yang memb