“Mas Gemilang kan baru sukses sekarang, Mas. Aku dulu nggak pernah minta yang aneh-aneh selama mas Gemilang masih dalam tahap merintis. Aku harus jadi adik yang tau diri, dong. Beda sama sekarang, tanpa aku minta pun pasti mas Gemilang nanti akan kasih apa aja buat aku,” ungkap Deby dengan penuh rasa percaya diri pada Arjun.
“Aku juga pasti akan melakukan hal yang sama untuk adikku kalau di posisi dia,” ucap Arjun singkat.
“Kamu baik banget sih, Mas.”
Arjun membayar satu tas cantik bermerek dan branded itu dengan kartu kreditnya. Deby menenggak ludah membayangkan betapa kayanya Arjun dan berapa banyak uang yang dimiliki lelaki itu saat ini.
Setelah selesai dengan satu paper bag di tangannya, Deby terus saja berjalan menempelkan lengannya pada lengan Arjun. Dia berharap bahwa Arjun akan memintanya untuk berjalan sambil bergandengan tangan. Namun, hal itu sepertinya hanya khayalan Deby saja karena ternyata Arjun tidak seromantis itu padanya.
“Aku antar kamu pulang sekarang, ya. Aku masih ada kerjaan yang harus aku lakukan,” ucap Arjun yang mana saat ini mereka sudah berada di dalam lift.
Hanya ada mereka berdua di dalam lift itu dan Arjun merapatkan tubuhnya pada Deby. Jantung Deby berdebar sangat kencang ketika membayangkan Arjun akan menyentuh dirinya di tempat seperti ini.
“Kamu keberatan nggak kalau lain kali kita ketemu lagi?” tanya Arjun yang berupa bisikan di telinga Deby.
Aroma napas Arjun yang segar memenuhi indera penciuman Deby saat ini. Belum lagi aroma parfum yang dikenakan pria itu seperti memabukkan dirinya dan membuat Deby tak sanggup untuk berkata-kata lagi.
“Iya, Mas.”
“Kamu kenapa? Nggak nyaman dekat-dekat sama aku?” tanya Arjun sengaja menguji.
“Bukan gitu, Mas. A-aku ... aku merasa nggak pantas untuk bersama kamu. Aku perempuan biasa dan kamu adalah Raja. Ibaratnya sih gitu, Mas.”
“Siapa yang bilang pantas dan nggak pantas? Kalau aku suka sama kamu, memangnya ada yang bisa larang?”
“Ka-kamu suka sama aku, Mas Arjun?” tanya Deby setengah tak percaya dan mengangkat wajahnya ke atas untuk menatap wajah Arjun lebih dekat dan intens.
Arjun memiringkan wajahnya sambil merendahkan wajah itu ke bawah. Tubuh Deby lebih rendah dari pada dirinya, tentu saja Arjun harus merunduk untuk bisa sampai ke bibir Deby yang merah merona.
Deby semakin sulit menetralkan detak jantungnya saat bibir Arjun menyentuh bibirnya. Terasa basah dan manis bagi Deby yang membuatnya memejamkan mata untuk menikmati ciuman singkat itu. Arjun sepertinya memang sengaja membuat Deby merasa di awang-awang seperti sekarang.
“Ya Tuhan ... aku rela deh memberikan semuanya demi pria setampan mas Arjun. Nggak hanya tampan, dia juga kaya raya gini. Royal banget deh orangnya. Pasti aku akan bahagia jadi pacar atau istrinya nanti,” batin Deby berkata dengan penuh rasa bahagia.
Arjun melepaskan ciuman itu dan membuat Deby merasa sedikit kesal karena gantung mendapatkan cumbuan itu. Setelahnya, Deby segera diantar oleh Arjun untuk pulang ke rumahnya.
Arjun kembali ke rumah dengan perasaan puas dan juga dendam yang perlahan mulai bisa dia balaskan untuk adik kesayangannya.
“Mas dari mana?” tanya Renata yang masih terbaring di tempat tidur dalam keadaan lemah. Arjun memang langsung mendatangi Renata ke kamar tidurnya setelah sampai.
“Ada urusan penting hari ini. Maafkan aku yang nggak bisa nemanin kamu hari ini. Apa yang terjadi hari ini? Jangan lupa untuk memecat siapa aja yang nggak kompeten menjaga, merawat, dan melayani kamu!” titah Arjun kepada Renata dengan nada yang sangat lembut dan mengelus rambut wanita malang itu.
“Apa yang lebih penting dariku?” tanya Renata curiga.
Dia tahu, selama ini tidak ada yang lebih penting dari pada dirinya bagi Arjun. Jika memang ada yang membuat Arjun harus mengabaikan dirinya, pasti itu bukanlah hal penting biasa. Ada yang sedang dirahasiakan oleh Arjun dari dirinya, Renata tahu itu.
“Nanti akan aku beri tahu. Kamu udah minum obat? Ingin makan apa? Biar aku belikan makanan yang ingin kamu makan.”
“Aku nggak selera makan, Mas.”
“Kenapa? Masih memikirkan baji ngan itu? Jangan pernah memikirkan dia ataupun keluarganya lagi. Aku nggak akan membiarkan mereka hidup dengan tenang.”
“Mas udah melakukan apa sama mereka? Apa Mas mendatangi keluarga itu?” tanya Renata semakin curiga. Dia bisa melihat perubahan ekspresi dari Arjun saat ini ketia dia melayangkan pertanyaan demikian. Itu menguatkan kecurigaan Renata kepada Arjun.
“Mereka bukan sainganku! Seharusnya, mereka nggak cari masalah sama aku dan nggak membuatku marah!”
“Apa yang udah Mas lakukan sama mas Gemilang?”
“Kamu masih takut aku akan melukai dia? Apa semua perbuatan dia dan keluarganya nggak cukup menyadarkan kamu kalau mereka itu orang-orang yang harus disingkirkan!” ungkap Arjun penuh dendam membara.
Renata tidak menjawab lagi ucapan Arjun karena dia sadar bahwa saudara laki-lakinya itu sedang dalam emosi tinggi. Sebagai adik perempuan satu-satunya, Renata sangat tahu bagaimana saat Arjun marah. Tidak ada yang bisa melarang atau melerai emosinya yang menggebu.
Setelah beberapa detik, Arjun seperti menyadari bahwa sikapnya tadi mungkin saja sudah melukai hati Renata. Dia tidak pernah marah seperti itu kepada Renata sebelumnya. Namun, saat ini bukan pada Renata sebenarnya emosi itu harus dia tumpahkan.
“Maafkan aku, Re. Aku nggak bermaksud membuat kamu takut dan sedih,” ucap Arjun dengan lembut dan mengusap kepala Renata.
“Aku tau, Mas. Tapi, aku bukan ingin membela mereka. Aku hanya nggak mau kamu mengotori tanganmu untuk membalas perlakuan mereka padaku,” ungkap Renata lagi.
“Kenapa? Apa kamu mau membiarkan orang itu hidup tenang setelah membuat kamu hancur dan menderita seperti ini? Kamu yang udah berjuang dan membuat dia menjadi seperti sekarang. Tanpa bantuan dari kamu, dia nggak akan sampai di posisinya saat ini.
Dengan mudahnya dia membuang kamu setelah menemukan ja lang yang hanya gila pada jabatan dan juga hartanya. Keluarganya juga membuat kamu celaka dan membuat kamu kehiangan bayimu!”
Arjun meluapkan semua itu di depan Renata dan merasa bahwa semua tidak bisa selesai dengan mudah. Namun, dia tidak berniat untuk memberitahu Renata bahwa dia memulai balas dendam untuk Renata melalui pendekatannya dengan Deby.
“Kamu nggak usah cemas soal itu, Mas! Aku punya caraku sendiri untuk balas dendam. Aku akan membuat mereka berlutut dan meminta maaf di kakiku suatu hari nanti.”
“Kamu udah melakukan hal yang benar. Ingatlah di mana hari mereka membuangmu dari rumah itu dan membuatmu kehilangan bayi dalam rahimmu!” ucap Arjun yang memang sengaja memprovokasi adiknya dengan kata-kata seperti itu.