Babu? Sorry yeee ....

1208 Kata
Renata pergi ke rumah yang selama ini menjada tempatnya berteduh dan berbagi semua keluh kesah sebagai seorang istri. Selama lima tahun sudah Renata mendampingi Gemilang dalam suka dan dukanya. Dia justru ikut membantu kesuksesan Gemilang dari belakang layar tanpa diketahui lelaki itu dan juga keluarganya. “Ma ... ada tamu datang tuh. Mama aja gih bukain pintu, aku lagi gantung banget nih nonton drakornya.” Deby berkata saat mendengar suara bel pintu depan berbunyi. “Kamu aja sana yang bukain! Mama lagi kumat nih sakit kakinya,” balas Mayang dan beralasan kakinya sakit. “Ya ampun, Mama! Tadi perasaan baik-baik aja tuh kaki.” “Tiba-tiba sakit nih barusan. Lagian kamu nonton hp mulu kerjaannya. Kerja atau apa gitu kek yang bisa dapetin uang.” “Buat apa kerja kalau mas Gemilang udah kaya raya seperti sekarang, Ma.” Deby berkata sembari berlalu dengan wajah cemburutnya. Dia merasa kesal dengan sikap ibunya yang selalu suka menyuruhnya ini itu. Deby sedang sibuk menonton drakor kesukaannya dan Mayang pun menyuruhnya membukakan pintu. Deby kesal hingga sampai di depan pintu masuk. “Siapa sih yang datang? Ganggu orang lagi nonton aja pagi-pagi gini!” gerutu Deby dan membuka pintu. Betapa terkejutnya Deby saat melihat wanita yang berdiri di depannya saat ini. Deby melotot seperti sedang memastikan bahwa dia tidak salah melihat orang. “Kok mirip banget sama Renata udik itu, ya? Tapi, penampilan mereka jauh berbeda,” batin Deby berkata. “Kok bengong sih? Aku nggak dipersilakan masuk nih?” tanya wanita yang berdiri di depan Deby dan wanita itu tentu saja adalah Renata. “Kamu siapa?” tanya Deby balik dan tak menjawab pertanyaan Renata. “Baru sehari aku pergi dari rumahku ini, kamu langsung lupa sama aku? Hmm ... nggak nyangka masih muda udah pikun,” jawab Renata dengan nada sombongnya. Kacamata merah mengkilat bertengger di hidung Renata dan penampilannya saat ini tak perlu ditanyakan lagi. Dengan blouse yang jelas sangat bermerek, outer yang elegan berwarna cream. High heels warna cream senada dengan warna outer yang dikenakannya. Make up tipis dan lipstik merah cerah membuat Renata benar-benar terlihat seperti orang lain. Namun, Deby tentu tidak lupa dengan suara kakak iparnya itu. Ups ... maksudnya sebentar lagi akan jadi mantan kakak ipar. Hal itu tentu saja karena kedatangan Renata pagi ini adalah untuk mengantarkan surat perceraian yang sudah ditandatanganinya. “Ka-kamu ... Mba Renata?” tanya Deby dengan gugup dan mengarahkan telunjuknya pada diri Renata. “Iya. Memangnya siapa lagi? Lucu banget kamu kalau langsung lupa sama aku.” Renata menjawab santai dan tak terpancing emosi sedikit pun. “Gila! Baru sehari diusir dari rumah ini, kamu langsung berubah drastis. Semalam nginap di mana emangnya? Hebat, ya! Punya bakat jadi ani-ani ternyata selama ini,” sindir Deby tak tanggung-tanggung pada Renata yang menurutnya memang berubah drastis seperti wanita kaya. “Udah wajah pas-pasan, pikirannya malah lebih jelek dari mukanya. Ck! Miris banget dan aku nggak nyangka kalau kamu pernah jadi adik iparku selama lima tahun,” ungkap Renata geram, tapi masih bisa mengontrol kata-katanya dengan sangat baik, tapi sangat melukai hati Deby secara pas. “A-apa kamu bilang?” “Siapa yang datang, Eby?” tanya Mayang dari arah dalam rumah dengan suara teriakan nyaring. “Duh, rindu juga dengar suara teriakan mantan mama mertuaku. Biasanya setiap hari dengar, sampai bosan. Tapi, sekarang nggak bisa lagi deh,” ujar Renata memasang wajah sedih dan nada sendu. “Kamu ini sebenarnya kenapa sih, Mba? Mau apa kamu datang lagi ke sini?” tanya Deby yang masih tidak menjawab pertanyaan Mayang tadi. Dia sepertinya lebih tertarik dengan kedatangan Renata di depannya saat ini. Wanita yang biasanya kumal dan sangat kampungan dalam segi penampilan. Sekarang hadir di depan mata kepalanya dengan penampilan yang berubah 360 derajat. Siapapun yang mengenal Renata dulu, pasti akan terkejut jika bertemu dengannya saat ini. “Aku mau datang ke rumahku sendiri, memangnya nggak boleh?” tanya Renata dengan kesal dan akhirnya menerobos masuk ke dalam rumah setelah menabrak bahu Deby. “Eh, enak aja kamu! Nggak boleh masuk! Kamu kan udah diusir sama mas Gemilang dan nggak boleh datang lagi ke sini,” cegah Deby yang berusaha menghalangi langkah Renata. “Ini rumahku juga. Aku membelinya bersama-sama dengan mas Gemilang. Sebenarnya, kamu dan mama -mu itu yang menumpang dan seharusnya diusir dari sini!” ungkap Renata lepas kontrol. “Apa maksudmu? Kenapa kamu datang ke sini dan bicara seperti itu?” tanya Mayang yang ternyata mendengar ucapan Renata tadi. Mayang penasaran dengan siapa tamu yang datang ke rumahnya karena Deby tidak kunjung masuk lagi ke rumah. Jadi, dia menyusul dan akhirnya bertemu Renata di ruang tengah yang menghubungkan antara ruang tamu dan juga ruang keluarga. Awalnya, Mayang juga terkejut melihat penampilan baru Renata. Setelah mendengar suara dan juga sikap Renata saat ini, Mayang menyembunyikan keterkejutannya itu dan kemudian kembali mengintimidasi Renata yang masuk ke dalam rumah itu dengan nada kasarnya. Semua dia lakukan seperti dulu saat Renata masih tinggal di rumah ini. “Selamat pagi, mantan Mama mertuaku yang baik hati dan penyayang. Udah sarapan?” tanya Renata ramah dan berusaha mengambil tangan Mayang untuk disalimnya. Namun, wanita tua itu menolak dan menepis tangan Renata. “Jangan sok akrab gitu kamu sama saya, Ren! Kenapa kamu datang lagi ke rumah anak saya ini? Apa kamu nyesal nggak ada tempat tinggal dan mau memohon sama Gemilang agar dibolehkan tinggal di sini?” tanya Mayang tanpa basa basi lagi. “Dih, bener juga tuh, Ma. Makanya nih sekarang dia datang dengan penampilan yang begini. Mau menyaingi Cerry kayaknya, Ma.” Deby menyambar membenarkan ucapan Mayang tadi. “Iya. Dia pikir, dengan bergaya seperti wanita berkelas seperti ini akan mampu membuat Gemilang kembali sama dia lagi? Lima tahun Gemilang hidup dalam kebodohan karena berumah tangga dengan perempuan seperti kamu!” hina Mayang dengan kejamnya pada Renata. “Anda salah, Bu Mayang yang terhormat. Seharusnya, aku yang bicara seperti itu. Aku menghabiskan waktuku yang berharga selama lima tahun hanya untuk mengabdi padamu. Berusaha menjadi menantu yang baik untukmu, tapi nyatanya kamu hanya menganggapku sebagai babu!” “Memang kamu lebih pantas jadi babu, dari pada jadi menantuku!” “Oke. Untung aja semuanya udah berakhir sekarang.” “Tunggu sampai Gemilang menyelesaikan surat cerai kalian, keluarga kami benar-benar lepas dari perempuan pembawa sial seperti kamu,” ucap Mayang lagi tak tanggung-tanggung. Renata menyunggingkan senyuman dengan sinis pada Mayang. Hal ini membuat Mayang dan Deby merasa tersindir dan tak senang. Senyuman Renata jelas sedang merendahkan mereka saat ini dan itu tidak bisa diterima sama sekali. “Nggak perlu nungguin anak Ibu itu yang mengurus. Lama!” kata Renata dengan ketus. “Bilang aja kamu nggak mau cerai sama mas Gemilang. Kamu tuh gembel tanpa mas Gemilang. Kalau kamu mau sih, kamu tetap bisa tinggal di sini. Tapi, nggak sebagai istri atau menantu lagi. Kami butuh babu di sini dan aku bisa pastikan kalau mas Gemilang akan bayar gaji kamu tiap bulan,” terang Deby semakin menghina dan merendahkan Renata. “Babu? Kamu jadiin aja tuh calon kakak ipar pilihan mas Gemilang-mu itu sebagai babu di sini, seperti kalian memperlakukan aku selama ini! Nih! Silakan suruh mas Gemilang tanda tangani surat cerai ini supaya sah!” ungkap Renata dan melempar map coklat ke arah d**a Deby dengan nada penuh penekanan dan juga kebencian mendalam.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN