“I-iya, Mba!” seru Deby dengan terpaksa.
Dia tak bisa menolak permintaan Chery, padahal selama ini bahkan Renata tak pernah memerintahnya seperti itu. Belum menjadi kakak iparnya saja, Chery sudah berlagak menjadi penguasa di rumah itu. Bagaimana jika nanti dia menikah dengan Gemilang?
Deby mengantarkan Chery ke kamar tidur Gemilang dan kemudian membereskan apa yang bisa dia bereskan di sana. Deby terus merungut kesal karena harus melakukan pekerjaan yang tak dia sukai.
“Lima tahun mba Renata di sini, dia nggak pernah nyuruh-nyuruh aku kek gini,” gumam Deby dengan nada kesal dan terus membersihkan lemari pakaian dari pakaian Renata.
“Kamu ngomong apa, By?” tanya Chery yang seperti mendengar sesuatu.
“Eh, nggak ada apa-apa kok, Mba. Sebenarnya ... aku udah laper banget, Mba.” Deby menjawab dengan sebuah kebohongan pada Chery.
“Ya ampun! Maaf, ya Say. Aku lupa kalau kamu belum makan siang. Ya udah deh kalau gitu, kamu makan dulu sana. Nanti aja dilanjutkan lagi kerjaannya,” ucap Chery seolah paling perhatian.
“Oke, Mba. Aku pergi makan siang dulu deh kalau gitu. Mama juga pasti masih makan di bawah,” ucap Deby dan langsung semangat untuk meninggalkan kamar itu.
Dia merasa bebas dari penderitaannya mengemasi kamar itu dari barang-barang milik Renata yang sungguh banyak sekali. Memang, selama ini Gemilang suka membelikan Renata barang-barang yang bahkan banyak diantaranya belum pernah dipakai sama sekali. Deby sudah memisahkan barang-barang itu ke satu kotak yang berbeda karena akan diambilnya untuk dipakai.
Chery tidak menggubris lagi ucapan Deby tadi dan tetap bermain ponsel. Namun, ekor matanya menangkap isi lemari tengah yang kini dalam posisi terbuka. Chery beranjak dari tempat tidur dan langsung menghampiri lemari itu.
“Apa aja yang ada di dalam lemari ini? Kok aku merasa banyak barang berharga di sini,” gumam Chery dan langsung mengurai satu persatu isi dalam lemari itu.
“Wow! Ternyata perempuan udik itu pandai juga cara menggoda mas Gemilang. Banyak banget nih lingere yang dia punya dan ... apa ini?” tanya Chery saat melihat beberapa pakaian yang terbungkus dalam plastik dengan rapi.
Saat dia membukanya, Chery tidak bisa berkata-kata karena ternyata itu adalah pakaian cosplay yang sudah bisa dipastikan untuk menyenangkan suami di ranjang. Chery tidak mengira kalau wanita yang dilihatnya sangat kampungan itu, ternyata juga pandai menggunakan trik semacam itu untuk menggoda pria walaupun pria itu adalah suaminya sendiri.
“Pinter juga dia menggoda mas Gemilang dengan pakaian seperti ini,” ucap Chery dan menyunggingkan senyum sinis.
Selanjutnya, mata Chery terfokus pada kotak beludru yang besar dan saat membukanya, mata wanita itu tidak bisa untuk tidak membulat sempurna. “Astaga! Ini perhiasan dia? Banyak banget nih. Mas Gemilang belikan dia semua ini? Royal banget mas Gemilang sama istri udiknya itu.”
Niat buruk Chery langsung muncul seketika itu juga saat melihat perhiasan dalam kotak beludru itu. Tangannya dengan cepat menyembunyikan kotak itu ke suatu tempat yang sudah kosong karena sudah selesai dibersihkan oleh Deby. Chery tidak ingin Deby menemukan perhiasan itu dan mengambilnya. Tentu saja Chery ingin memiliki perhiasan itu untuk dirinya sendiri.
Di sebuah taman, Gemilang duduk seorang diri dan mencoba terus menghubungi Renata. Dia tidak tahu harus mencari Renata ke mana. Namun, sekarang dia merasa tidak berdaya dengan hal itu.
“Ke mana aku harus mencari dia?” tanya Gemilang saat menyadari bahwa nomor Renata sudah tidak aktif lagi.
Dia harus bertemu dengan Renata dan membicarakan tentang akta perceraian yang baru saja diantarkan wanita itu ke rumahnya. Sebenarnya, Gemilang sendiri tahu dan sadar kalau rumah itu juga adalah rumah Renata. Mereka membelinya berdua saat mereka masih menjadi suami istri.
Percobaan terakhir, ternyata panggilan itu terhubung dan Gemilang penuh harap bahwa Renata akan menjawab panggilan darinya. Hingga harapannya itu pun terwujud.
“Renata, aku tunggu kamu di taman sekarang. Kita harus bicara!” ucap Gemilang to the poin karena tidak ingin Renata menutup ponsel saat dia belum selesai bicara.
“Maaf, ini siapa? Non Reta sedang tidak berada di rumah. Silakan tinggalkan pesan, nanti akan saya sampaikan saat non Reta pulang,” jelas seorang wanita di seberang sana dan jelas itu bukan Renata.
“Siapa ini?” tanya Gemilang penasaran.
“Saya pelayan pribadi non Reta.”
“Reta? Maksud kamu Renata?”
“Iya, Pak. Nama aslinya Reta dan setau saya Renata itu nama non Reta saat keluar dari rumah, agar nggak ada yang tau identitas aslinya.”
“Identitas asli? Memangnya ... siapa Renata sebenarnya?”
“Maaf sebelumnya, Bapak ini siapa dan kenapa bertanya banyak hal tentang non Reta?” tanya perempuan di seberang sana kepada Gemilang.
“Saya ... saya suaminya – Gemilang.” Gemilang menjawab dengan ragu-ragu.
“Maaf, Pak. Saya nggak bisa kasih tau apa-apa. Nanti akan saya sampaikan pada non Reta kalau Bapak menelpon. Selamat siang.”
Panggilan itu langsung terputus begitu saja saat Gemilang belum sempat menjawab apa-apa. Gemilang mencoba untuk menghubungi lagi, tapi tidak ada respon atau jawaban dari sana. Gemilang mengusap rambutnya dengan kasar karena merasa kesal.
Dia sungguh tidak tahu lagi harus ke mana mencari keberadaan Renata. Mungkin, bisa disebut sebagai penyesalan atau rasa penasaran yang kini bersemayam dalam hati Gemilang. Wanita yang disangkanya sangat lemah dan tak bisa apa-apa tanpa dirinya itu, ternyata menyimpan sebuah rahasia besar darinya.
“Ke mana aku harus mencarinya lagi? Kalau pun wanita itu mengatakan pada Renata, dia nggak mungkin mau menghubungi aku kembali,” ucap Gemilang yang kini merasa tak berdaya.
Sementara itu, di rumah sakit Renata masih tak sadarkan diri karena berada di ruang operasi. Kandungannya sungguh tidak bisa diselamatkan lagi karena hentakan tadi. Renata mengalami pendarahan hebat dan harus merelakan janin dalam kandungannya untuk dikuret. Semua itu tentu saja demi keselamatan dan kesehatan dirinya.
“Aku nggak akan pernah memaafkan Gemilang kalau terjadi hal yang fatal pada Reta!” ucap Arjun dengan nada berang di depan ruang operasi.
“Apa aku harus menemui dia sekarang, Bos? Aku akan memberikannya pelajaran!” geram Arman dan tahu apa yang terjadi di kediaman lama Renata tadi.
“Nggak perlu! Aku sendiri yang akan membuat perhitungan dengannya!” balas Arjun.
“Baik, Boss.”
“Apa yang sebenarnya terjadi tadi di sana? Kenapa Reta bisa kembali dengan keadaan seperti ini?” tanya Arjun yang bahkan belum sempat mendengar penjelasan Arman mengenai kejadian itu.
Arman menceritakan semua yang dia dengar dan liat dari depan pintu rumah Gemilang tadi. Hingga di mana saat Renata jatuh dan mengalami pendarahan karena didorong oleh Deby. Arjun benar-benar geram dan emosi saat mengetahui semua itu. Jadi, dia berniat membalas dendam kepada wanita bernama Deby itu dan membuat Gemilang menyesal sudah membuang adiknya seperti itu.
“Aku akan membuat dia menyesal! Akan aku balas semua itu pada adiknya!” gumam Arjun.