Semakin Terjerat

1139 Kata
Deby dan dua temannya menikmati hidangan mewah yang tersaji di depan mata. Mereka tidak peduli lagi dengan tatapan orang sekitar. Begitu juga dengan Arjun yang hanya duduk tenang memperhatikan tiga dara itu menyantap makanan. “Wah, ini enak banget ternyata. Nyesel nggak pernah beli dari dulu,” ucap Lili yang mulutnya masih penuh dengan makanan. “Halah! Udah tau juga nggak akan kebeli sama kamu,” sindir Deby dengan nada ketus. “Emangnya kamu sanggup beli?” tanya Lili tak terima. “Sanggup, dong. Apalagi sekarang mas Gemilang udah jadi CEO di perusahaannya sendiri. Makin kaya pastinya keluarga aku. Kabarnya, mas-ku itu juga akan kerja sama dengan perusahaan ternama dan terkaya di negara kita tercinta ini,” jelas Deby dengan penuh kesombongan dan menyeruput minuman segar yang terlihat biasa, tapi harganya ratusan ribu itu. “Wah, beneran? Keren banget kalau gitu. Jangan lupa sama kami, ya.” “Iya. Lili bener banget. Jangan sampai kamu lupa sama kami berdua mentang-mentang udah kaya. Soalnya kami ini temen kamu dari dulu.” “Kalau sampai dia lupa sama kita, kita teriakin aja terus di depan rumahnya.” “Kita bikin tenda di teras rumahnya.” Dua sahabat Deby itu saling melempar ucapan yang akhirnya membuat Deby tertawa renyah. “Tenang aja kalian. Aku nggak mungkin lupa kok sama kalian berdua,” ucap Deby tulus. Arjun yang hanya diam dan mendengar pembicaraan tiga gadis itu sebenarnya sudah mulai muak duduk di sana. Namun, demi misi dan balas dendamnya tentu saja Arjun tidak boleh bertindak gegabah. Dia harus benar-benar bisa membuat Deby masuk dalam jebakannya. Arjun akan membalaskan dendam untuk semua rasa sakit dan penghinaan yang diterima Renata selama ini. Menyadari kalau sejak tadi Arjun hanya diam saja, tentu ada perasaan tak nyaman dalam diri Deby. Apalagi, bill makan siang hari ini disponsori oleh Arjun. Jadi, dia menyenggol kaki kedua temannya seperti sedang memberi isyarat untuk tidak terlalu banyak bicara. “Mas ... makasih ya udah traktir aku dan temen-temenku siang ini,” ucap Deby bernada manja. “Oh iya. Nggak apa-apa kok, Beb. Aku malah senang kalau kamu dan teman-teman kamu menikmati semua makanan dan minuman yang aku pesanin tadi. Mau nambah lagi juga boleh.” Arjun berkata dengan suara bass yang mempesona bagi Deby dan dua orang temannya tadi. “Nggak usah, Mas. Ini aja udah banyak banget dan nggak bisa kami habiskan semua nih. Kamu malahan nggak ikut makan sama kami.” “Maaf, ya. Aku memang baru aja makan tadi pas ketemu sama kamu. Aku selesai meeting dan makan siang sama klien-ku di sini tadi.” “Oh gitu. Memangnya ... Mas kerja apa?” tanya Deby mulai penasaran. “Aku? Duh, gimana bilangnya ke kamu, ya? Aku jadi nggak enak. Takut disangka bohong atau malah sombong nanti. Takutnya juga kalian nggak percaya,” jawab Arjun mulai memainkan triknya. “Kami pasti percaya kok, Mas. Keliatannya Mas Arjun ini orang kaya deh pasti. Soalnya uang sekian juta untuk bayar makanan kami di sini sekarang aja dianggap kecil” celetuk Lili pula. “Aku sependapat sama Lili deh kayaknya. Mas Arjun ini Miliarder, ya?” tanya Citra yang ikut bicara. “Hmm ... bukan aku sih yang Miliarder itu. Orang tuaku dan aku hanya menjalani doang.” Mendengar jawaban dari Arjun itu, tentu saja hati Deby terkhususnya menjadi sangat senang dan girang. Dia ingin meloncat andai saja tidak memikirkan malu dan image di depan Arjun saat ini. Citra dan Lili pun tampak begitu bersemangat dan senang. Tentu saja mereka senang, jika teman mereka mendapatkan pacar orang kaya, sudah pasti mereka akan kecipratan juga nantinya. Di dalam hati bersorak kegirangan dan sangat senang, akan tetapi di luarnya Deby terlihat biasa saja. Gadis itu hanya berusaha untuk menjaga dirinya agar tidak kelihatan matre di depan Arjun. Itu juga salah satu cara Deby untuk semakin membuat Arjun tertarik padanya. “Aku harus bisa dapetin nih cowok dan buat hubungan kami serius. Mama dan mas Gemilang pasti ikutan bangga kalau aku jadi menantu miliarder. Aku nggak perlu capek kerja dan juga kalau nikah nanti, ada banyak pelayan yang melayani aku di rumah. Selain itu, aku bisa bebas beli apapun karena uang suamiku sangat banyak,” batin Deby berkata. “Gimana, By? Kok diam aja kamu? Lama banget kagetnya?” tanya Citra yang melihat Deby belum merespon jawaban dari Arjun tadi. “Eh, iya. Sorry agak melamun, karena kepikiran sama istri mas Gemilang. Aku nggak pernah liat orang dari hartanya. Apalagi, mas Arjun bilang kalau yang miliarder itu kan orang tuanya. Kalau aku dapat pasangan nanti, maunya sih yang memang merintis dari awal atau memang semua harta itu dari kerja keras dia.” “Memangnya kakak ipar kamu kenapa?” “Jadi, kamu nggak mau nih punya pacar atau suami nantinya yang ahli waris?” Arjun dan Lili bertanya serempak pada Deby dan membuat mereka semua jadi saling pandang dan tersenyum dengan canggung. Selain itu, Arjun takut kalau Deby terlalu curiga pada dirinya dan kemudian mendehem dengan pelan. “Sorry, ya. Aku nggak ada maksud untuk ikut campur urusan keluarga atau pribadi kamu. Tadi karena kamu bilang kepikiran sama kakak ipar, makanya aku reflek nanya tentang itu.” Arjun meralat pertanyaannya tadi dengan disertai penjelasan detail. “Nggak apa-apa kok, Mas. Santai aja dan aku masih bisa jawab pertanyaan itu. Soalnya, kakak iparku itu nggak becus jadi istri. Dia udah bikin abangku marah dan kecewa berkali-kali sampai akhirnya nggak tahan lagi. Apalagi, saat dia mau diceraikan dia bilang lagi hamil. Padahal, abangku aja jijik nyentuh dia dan selama lima tahun nggak pernah hamil.” “Jadi, dia hamil dan tetap diceraikan?” tanya Arjun menyelidik. “Iya, dong Mas. Anak yang dikandungnya itu nggak tau anak siapa. Mana mau abangku tanggung jawab membiayai dan membesarkan anak orang lain. Diceraikan langsung saat itu juga dan langsung keluar akta cerainya!” jawab Deby menyombongkan kekuasaan Gemilang di depan Arjun dan tentu saja semua itu bohong. “Wah, hebat abang kamu tuh bisa langsung keluarin akta cerai hari itu juga. Pasti koneksinya bukan berasal dari orang biasa. Itu biasanya hanya bisa dipakai sama orang-orang yang punya jabatan tinggi.” “Abangku kan jabatannya udah tinggi, Mas. Nanti, katanya mau kolaborasi sama perusahaan terkenal itu, Mas. Yang namanya REJUN kalau nggak salah. Itu kan perusahaan nomor satu dan incaran semua pebisnis banget,” ungkap Deby yang tidak menyadari dengan siapa dia bicara saat ini. “REJUN? Wah ... abang kamu berarti diundang dong dalam acara yang akan diadakan mereka pas tiga bulan lagi? Itu kalau nggak salah, acara ulang tahun ahli waris nomor dua perusahaan REJUN.” Deby terdiam ketika mendengar hal itu dari Arjun. Dia sama sekali tidak tahu mengenai hal itu dan tentu saja karena Gemilang belum mengabari apapun pada dirinya. “Diundang, dong Mas. Kamu pasti diundang juga kan? Apa nanti ... kamu datangnya bareng aku, Mas?” tanya Deby dengan berani mengajak Arjun pergi bersama.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN