TJG - 9

1365 Kata
Pria itu menunggu di lobby apartemen karena ia tidak memiliki banyak waktu untuk naik dan menjemput Kaila ke atas. sambil berjalan hilir mudik, Jagad melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Saat hendak mengeluarkan ponsel untuk menghubungi Kaila, ia mendengar langkah kaki mendekat ke arahnya. Kepalanya mendongak untuk menemukan sosok wanita cantik yang akan menemaninya malam ini. Wajah berbentuk oval itu dibingkai dengan rambutnya yang terurai indah, lesung pipit di wajahnya semakin membuat wanita itu terlihat manis. Belum lagi hidungnya yang mancung nan mungil semakin membuat Kaila terlihat imut, namun bibirnya adalah kebalikannya. Bibir itu selalu terlihat seksi dan mengundang semua pria untuk menatapnya saat berhadapan dengan wanita itu. Jagad sudah pernah merasakannya dan saat ini pun ia ingin merasakannya lagi. Mencecap rasa manis dari bibir itu. tapi ia tahu ia tidak dapat menahan godaan jika sudah memulainya. Maka sebaiknya ia menjauhkan tangannya dari wanita itu, setidaknya hingga acara ini selesai. “Maaf mas, lama.” Ujar perempuan itu terlihat khawatir saat ia sudah berada di depannya.  Jagad menggeleng, “Ngga apa – apa. Yuk.” Ia berbalik dan menyuruh wanita itu mengikutinya dari belakang untuk menuju ke mobilnya yang terparkir tidak jauh dari pintu apartemen. Jagad masuk lebih dulu ke belakang kemudi, ia menunggu Kaila masuk dan duduk dengan nyaman hingga sabuk pengaman terpasang di badannya. Baru setelah itu ia menjalankan kemudi menuju rumah neneknya. Sang tuan rumah yang mengadakan acara membosankan ini. Jika saja ia tidak dipaksa oleh orangtuanya untuk mengikuti acara ini, ia tidak akan mau menghadirinya. Apalagi ia tahu bahwa acara ini akan menjadi neraka untuk dirinya. Itu sebabnya, ia perlu Kaila setidaknya untuk menemani menahan derita yang akan ia hadapi malam ini. Setibanya mereka di sana, rumah mewah itu sudah memiliki banyak tamu. Terlihat dari deretan mobil mewah yang mengisi halaman luas rumah berlantai tiga tersebut. Jagad menghembuskan napas sebagai tanda ia bersiap untuk menerima penderitannya yang sebentar lagi akan terjadi. Ia berjalan bersama Kaila di sampingnya. Jagad menunduk untuk berbisik, “Kamu akan aku perkenalkan sebagai kekasihku di dalam. Jangan mengacau.” Lalu tangannya meraih tubuh Kaila dan menggandengnya memasuki rumah itu. Punggung Kaila menegang dibawah sentuhan jemari kuat pria itu. atau mungkin tubuhnya memang tegang semenjak mendengar perintah pria itu barusan. Ia tidak sempat bertanya pada Jagad karena sebelum ia membuka mulutnya, sudah ada dua orang wanita tua yang melambai padanya. Pada Jagad lebih tepatnya. Kaila mengikuti Jagad berjalan menuju kedua orang itu. “Hai, Mom.” Pria itu mengecup pipi seorang wanita yang ia sebut sebagai ‘Mom’. Lalu pria itu beralih pada perempuan di samping ibunya. “Halo bude, apa kabar? Alvin ikut?” “Sayang, udah lama banget ngga ketemu kamu. Makin ganteng aja ponakan bude ini. Sayangnya Alvin lagi ngga bisa dateng, ada urusan katanya.” Seru wanita itu heboh. Jagad hanya meringis karena bude nya memperlakukan dirinya yang sudah berusia dua puluh Sembilan tahun ini terlihat seperti anak kecil. Lalu perhatian kedua wanita itu berpindah pada Kaila. Seketika Jagad teringat bahwa ia membawa seseorang ke hadapan mereka. Jagad menariknya mendekat untuk memperkenalkan Kaila pada ibu dan budenya. “Mom, ini Kaila, pacar Jagad.” Ibu dari pria itu membelalakkan matanya. Tidak menyangka akan dikenalkan dengan seorang gadis yang diakui anaknya sebagai kekasih. “Pacar kamu?” tersirat nada tidak percaya saat menanyakannya pada Jagad. Tapi pria itu mengangguk dengan mantap sehingga tidak memberikan peluang untuk ibunya mencurigai Kaila. Kaila mengulurkan tangannya dan memperkenalkan diri. “Halo, saya Kaila tante.” Ucapnya singkat sambil tersenyum. Tidak ada yang bisa kaila lakukan lebih baik dari itu. dirinya gugup karena pria itu tiba – tiba saja mencetuskan ide untuk berpura – pura menjadi pacarnya beberapa menit yang lalu. “Tumben kamu mau ngenalin pacar kamu, Gad. Selama ini bude belum pernah denger kamu punya pacar, sejak terakhir kali putus tiga tahun yang lalu.” Jagad tersenyum getir. Terang saja ia tidak pernah memperkenalkan pacarnya, karena sejak terakhir kali ia putus dengan wanita yang bude maksud barusan, Jagad memang tidak pernah menjalin hubungan dengan wanita lain. “Ayo ke taman, semuanya sudah berkumpul di sana.” Ajak ibunya sambil menggandeng tangan Kaila. Jagad lega melihatnya karena ia tidak perlu mengkhawatirkan wanita itu di sini. Kaila memperhatikan ruangan dengan desain mewah selagi di tengah perjalanannya menuju taman yang di maksud ibunya Jagad. Wanita yang saat ini menggamit tangannya. Ruangan di dalam rumah itu memiliki warna dasar interior emas dan ungu, yang semakin membuat bangunan itu terlihat lebih mewah. Taman di belakang rumah sepertinya sudah disulap menjadi halaman untuk mengadakan jamuan pesta dengan sempurna. Meja – meja berbentuk bulat tersusun rapi di sana, menghidangkan berbagai macam makanan dan minuman, tidak lupa dengan dessert yang tersaji untuk melengkapi. Di setiap sudut taman itu terdapat lampu yang sengaja dipasang berdiri untuk memberikan cahaya tambahan. Kaila menahan lidahnya untuk berdecak kagum melihat banyaknya tamu yang hadir di sana. jika untuk ukuran acara keluarga yang disebut Jagad, sudah jelas pria itu mengungkapkannya terlalu sederhana. Berbanding terbalik dengan keadaan yang sesungguhnya di halaman belakang rumah ini. para tamu yang berada di sana, menggunakan pakaian yang mewah. Jika dilihat lagi, gaun sederhana yang Kaila kenakan tidak ada apa – apanya jika dibandingkan milik mereka. Jagad mengambil alih tangannya dari ibunya sendiri. Ia meminta ijin untuk menyapa kerabat yang lain. Dan memang itulah yang dilakukan Jagad. Berkeliling sambil menyapa beberapa orang dengan tangan Kaila melingkar di lengannya. Ia hanya tersenyum ramah saat memperkenalkan diri. Tidak mengerti mengapa pria itu mau repot – repot melakukan itu. bukankah ini berbanding terbalik dengan perjanjian mereka yang harus dilakukan secara sembunyi – sembunyi? Jagad bahkan membawanya pada wanita tua yang berumur kurang lebih 80 tahun. Kaila menatap wanita itu dan bergidik saat melihat sorot matanya yang angkuh. “Dasar kamu anak muda, jika tidak ada acara ini kamu tidak akan mengunjungi Oma, kan?” hardik wanita itu pada Jagad yang memamerkan senyum lebarnya. “Maaf, Oma. Oma kan tahu aku sedang mengerjakan proyek baru.” Jagad mengarang alasan untuk mengurangi kemarahan wanita yang ia sebut Oma itu. “Nih, sebagai gantinya aku kenalin pacarku.” Lalu pria itu mendorong pinggangnya untuk menyapa wanita tua itu. tapi wanita itu hanya memandang Kaila sekilas, bahkan ia tidak membalas perkenalan singkat yang Kaila ucapkan. Sialan. Ia merasa sedang berada di dalam sinetron keluarga yang menindas cucu menantunya. Setelah berkeliling, mereka berdua berhenti di tengah halaman dengan segelas minuman yang Jagad bawa untuknya. “Ngga usah tegang, semuanya udah selesai.” Ucap pria itu. Kaila hanya membalas ucapan Jagad dengan senyuman kaku. Ketegangannya masih belum luntur karena perlakuan nenek tua itu padanya beberapa saat yang lalu. Jagad sedang memandang makanan yang tersaji disana dan menimang – nimang apa yang akan ia ambil untuk mengganjal perutnya. Ia tidak akan bernafsu untuk makan berat di sini. Tapi saat ia memandang berkeliling, matanya terhenti pada dua orang yang baru saja memasuki pekarangan rumah itu. sepasang pria dan wanita yang tampak serasi, bergandengan tangan dengan senyum bahagia di wajah mereka. Pria yang baru saja masuk itu melihat Jagad dan kemudian memutuskan untuk menghampirinya. “Jagad! Apa kabar bro?” Sepupu yang bernama Kevin itu merangkul bahunya. “Hai, Kev. Baik. Udah balik dari Thailand lo?” tanya Jagad basa – basi. Pria itu mengangguk. “Udah dari seminggu yang lalu sih.” “Hai, Jagad.” Kali ini wanita di samping Kevin yang menyapa Jagad. Jagad mengangguk sambil tersenyum kaku melihat wanita itu menempel erat pada tubuh sepupunya. “Hai.” Wanita itu mengenakan gaun berwarna merah, kulitnya yang seputih s**u sangat kontras dengan warna gaun itu. “Lo bawa siapa nih?” Tanya kevin memotong pandangan Jagad pada istrinya. “Cewek gue, kenalin Kev.” Lalu Jagad menoleh pada Kaila sambil tersenyum. “Sayang, ini sepupuku. Yang itu istrinya.” “Halo, saya Kaila.” Kaila yang sedari tadi menonton interaksi mereka bertiga akhirnya berbicara untuk memperkenalkan dirinya pada dua orang itu. “Hai, Kaila. Gue Kevin, sepupunya Jagad. Seneng banget akhirnya b******n tengik ini bisa bawa cewek lagi.” Pria itu mengucapkannya dengan nada bercanda. Tapi Jagad maupun wanita berbaju merah itu tidak menanggapi. Sebaliknya, wanita berbaju merah itu menatapnya, menyelidiki dari atas hingga ujung kakinya. Tidak ada senyuman di bibir wanita itu, seperti yang tadi ia tampilkan sebelumnya. Sekilas Kaila dapat melihat kerutan samar di antara kedua alis wanita itu seolah – olah sedang bertanya – tanya dalam hati entah mengenai apa. “Sayang, aku mau minum. Haus.” Wanita bergaun merah itu menoleh pada pria di sampingnya untuk di bawakan segelas minuman untuknya. Kevin mengangguk, “Bentar ya, aku ambilin minum dulu.” Ia melepaskan lilitan tangan wanita itu di lengannya dan beranjak berkeliling untuk mencarikan minuman. Setelah Kevin pergi, wanita bergaun merah itu menatap Jagad dengan tajam. Alisnya naik saat bertanya pada pria itu, “Siapa yang kamu bawa buat jadi pacar palsu ini?”    
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN