“Sa!” kaila berseru memanggil nama temannya saat ia menginjakkan kaki di kantin kampus yang ramai oleh mahasiswa lain. Padahal ini terhitung masih pagi, tetapi sudah banyak mahasiswa yang berkumpul disana, entah itu untuk menyantap sarapan. Atau sekedar berkumpul bersama teman – temannya. Seperti yang akan ia lakukan saat ini.
Raisa sudah duduk manis di salah satu bangku kantin bersama seorang pria. Sebuah kacamata sedikit kuno bertengger di hidungnya dengan rambut yang selalu terlihat acak – acakkan. Namun, entah mengapa Kaila selalu berpikir itu menggemaskan dan cocok untuk Jo. Ya, Joshua, sahabat Raisa sejak kecil sudah berada di sana demi memberikan catatan yang akan ia pinjam.
“Hai, Jo!” Kaila menyapa pria itu karena sepertinya ia sudah lumayan lama tidak bertemu dengannya. Raisa menggeser tubuhnya agar Kaila dapat duduk berhadapan dengan Joshua. Pria itu menatap Kaila dengan datar bahkan tidak membalas sapaannya. Kaila dan Raisa sudah terbiasa dengan sikap dingin pria itu jadi Kaila hanya mengedikkan bahu saat melihat respon pria itu. ia tidak pernah mengharapkan lebih dari Jo jika berhubungan dengan sikap dinginnya.
“Nih.” Joshua mengangsurkan sebuah catatan ke atas meja untuk ia berikan pada Kaila. “Jangan rusak catatan gue.” Pria itu menambahkan. Selalu seperti itu. pria itu tidak suka saat catatannya kembali dengan banyak lipatan atau goresan tinta yang tidak sengaja tertoreh pada halaman kertas di dalamnya.
“Iya.” Janji Kaila sambil memutar matanya. “Makasih ya.” Lantas ia memasukkan buku itu dengan gembira ke dalam tas nya. Ia tidak sabar untuk kembali kuliah lagi, padahal dirinya baru saja tidak mengikuti perkuliahan selama kurang lebih satu minggu.
“La, lo belum cerita sama gue gimana hasil audisi kemarin.” Ucap Raisa. “Lo keterima ya, makanya sekarang lo udah bisa ngampus lagi?”
Kaila tidak berterus terang pada Raisa mengenai kontrak yang ia sepakati bersama Jagad. Bagaimana mungkin ia menceritakannya? Maka saat Raisa bertanya pada hari setelah ia mengikuti audisi itu, Kaila berbohong dan mengatakan pada Raisa ia sedang meunggu hasilnya dan belum tahu apakah ia akan lulus atau tidak.
Namun, jika saat ini ia mengatakan seperti itu, bukankah Raisa akan heran karena ia berhasil masuk kuliah lagi dan itu artinya ia sudah membayar biaya kuliah yang sebelumnya menunggak hingga terancam dikeluarkan dari tempatnya mengejar ilmu pendidikan ini.
“Bokap gue dapet pinjaman, Sa.” Lagi – lagi ia berbohong. Tapi, apa boleh buat?
Jo ikut – ikutan memperhatikan pembicaraan mereka walaupun sejak tadi ia diam. Sudahlah, Jo kan sahabat Raisa, jadi sepertinya tidak apa –apa jika pria itu mengetahui keadaan kondisi keuangan keluarganya yang seperti itu.
“Kalo lo ngga lolos, lo bisa cari kerjaan lain, La. Ngga perlu jadi artis.” Akhirnya Jo pendapat pribadinya mengenai kondisi Kaila saat ini.
“Yailah Jo, bukannya gue ngga mau, tapi Cuma itu yang gue tahu bisa menghasilkan uang banyak dan cepet. Kerja sampingan kayak jadi pelayan gitu, mana bisa cepet nutup utang – utang bokap gue.”
Jo mengangguk namun tidak memperpanjang lagi argument mereka. Pria itu meminum kopi dalam kemasan kaleng yang sepertinya sudah ia beli sejak tadi. Kopi kesukaan Jo, Kaila bahkan sampai hafal rasa favorit pria itu. karena setiap kali bertemu pria itu pada pagi hari, Jo pasti sedang meminum kopi dengan rasa yang sama.
Pria itu pernah menawarinya untuk bekerja paruh waktu di kedai kopi miliknya, yang dibangun berkat bantuan keluarganya yang kaya raya. Hanya saja pria itu mengingatkan bahwa dirinya belum mampu menggaji Kaila dengan bayaran yang tinggi. Itulah sebabnya Kaila mencari alternative lain untuk usahanya mendapatkan uang.
“Tenang, La. Kalo nanti ngga lolos audisi, kita cari kerjaan lain yang cepet dapet duit juga.”
Kaila tersenyum mendengar ucapan Raisa, pasalnya ia tahu tidak mungkin semudah itu mencari pekerjaan yang mendapatkan uang dengan cepat. Apalagi dengan dirinya yang tidak memiliki kemampuan istimewa. Tapi, ia bersyukur memiliki teman seperti Raisa yang mau mendukungnya walaupun saat ini ia sedang mengalami kondisi yang menyedihkan.
Sepulang kuliah, ia buru – buru pulang ke apartemennya. Terpaksa menolak tawaran pulang bersama Raisa. Karena tidak ingin membuat temannya itu bertanya – tanya mengapa ia pindah ke apartemen, alih – alih tinggal di kosannya, di saat keadaan keuangan keluarganya sedang tidak baik. Jadi saat dosen meninggalkan ruangan, ia memeluk sahabatnya untuk mengucapkan selamat tinggal lalu Kaila berjalan terbirit – b***t dengan alasan ojek online yang sudah ia pesan telah menunggu di depan gerbang kampusnya.
Lagipula ia memang harus cepat pulang agar dapat mempersiapkan diri untuk menghadiri acara keluarga yang dimaksud Jagad kemarin malam.
Sesampainya di apartemen, Kaila buru – buru mandi. Ia mencuci rambutnya yang lepek akibat sinar matahari dan udara lembab Jakarta. Setelah Kaila mengeringkan rambut, ia menuju meja rias untuk memoles wajahnya dengan sentuhan makeup yang tipis.
Ia termasuk orang yang senang mengenakan makeup tipis di kulitnya, karena wajahnya selalu terasa tidak nyaman jika mengenakan berlapis – lapis riasan di wajahnya. Namun, ia menambahkan eyeliner sebagai pembantu wajahnya agar terlihat lebih dramatis daripada biasanya. Cukup puas dengan hasil riasan wajahnya, ia beralih untuk mengikalkan sedikit ujung rambutnya agar terkesan elegan. Rambut aslinya memiliki tekstur lurus sehingga ia akan terlihat membosankan jika tidak membuat rambutnya sedikit bergelombang di bagian bawah.
Selesai dengan riasan wajah dan rambut, ia berjalan menghampiri lemarinya untuk mengambil baju yang semalam sudah ia siapkan untuk dipakai hari ini.
Sebuah dress berwarna ungu muda dengan potongan sederhana itu menjadi pilihannya. Ia sempat bimbang untuk memilih gaun ini atau yang berwarna biru tua dengan model halter neck. Tapi Jagad bilang ini hanya acara keluarga sederhana jadi ia memutuskan untuk memakai gaun sederhana ini. semoga saja ia tidak salah mengenakan pakaian sehingga tidak akan membuat malu pria itu. namun, peduli amat dengan laki – laki itu, inikan bukan bagian dari tugasnya.
Menemani pria itu ke sebuah acara keluarga, yang benar saja? Memangnya dia kira, Kaila adalah sebuah wanita bayaran? Tapi, memang benar, ia wanita bayaran hanya saja tugasnya berbeda dari apa yang mereka sepakati. Tapi ya sudahlah, apa boleh buat. Pria itu memang bisa melakukan apa saja pada dirinya, ini tidak ada apa – apanya jika dibandingkan dengan tugas utama yang harus ia lakukan.