TJG - 5

934 Kata
Kaila tidak mengatakan apa – apa lagi semalam setelah pria itu mengatakan bahwa yang baru saja meneleponnya adalah pacarnya. Memangnya apa yang Kaila harapkan dari pria itu? Bercinta dengannya bukan berarti Jagad menginginkannya, batin Kaila. Tapi kenyataan itu lebih menyakitkan dari pada saat pria itu menawar untuk membeli harga dirinya tempo hari di kantor Jagad. Ya, setelah mencari tahu banyak informasi dari internet dan bertanya sedikit kepada Raisa, Kaila mengetahui bahwa perusahaan perfilman itu milik Jagad. Perusahaan yang menangani berbagai pembuatan film dan project lainnya. Tapi, mengapa pria itu meminta Kaila untuk tidur dengannya sedangkan ia memiliki kekasih? Sepintas Kaila mendengar pria itu menyebut – nyebut kata suami pada kekasihnya di telepon. Mengapa pria itu menjalin hubungan dengan seseorang yang memiliki suami, itu kah alasan mengapa Jagad menawarkan kerjasama untuk tidur bersamanya? Entahlah, yang jelas, pagi ini Jagad tidak mengucapkan apa – apa pada Kaila saat mereka sarapan bersama. Kaila pun tidak ingin repot – repot mengajak pria itu berbicara. Ia fokus untuk memakan setangkup roti tawar yang ia buat sebelum pria itu terbangun tadi. Tidak ada banyak makanan di dapur apartemen pria itu, hanya ada sebungkus roti tawar dan selai nutella. Lalu s**u yang belum di buka. Dengan cepat ia mengambil gelas kosong untuk menuangkan s**u itu. “Aku membelinya untukmu, sepertinya kamu masih meminum susu.” Ucap pria itu saat Kaila meneguk setengah gelas s**u tawar itu, menyisakan jejak putih di sekitar bibirnya. “Ternyata benar.” Ucap pria itu geli saat melihat gelas yang sudah hampir kosong. Jagad mengulurkan jarinya untuk menghilangkan bekas s**u di bibir Kaila. Jarinya mengusap lembut bibir wanita itu yang sensual. Bibirnya tidak tipis, namun tidak bisa di bilang tebal juga. Yang jelas, bibir Kaila adalah tipe bibir yang ingin semua laki - laki cium sepanjang waktu. Tanpa akan merasa bosan. Karena tidak tahan, Jagad menarik dagu wanita itu mendekat dan mencium bibir itu dengan lembut. Menggodanya hingga wanita itu membuka bibir dan Jagad dapat menyelipkan lidahnya ke dalam rongga mulut Kaila. Tapi Kaila tidak tahu ia harus melakukan apa saat pria itu menyusuri mulutnya dengan lidahnya. Rasanya tetap aneh berciuman dengan seseorang yang baru saja di kenal. Jagad menggeram rendah saat ia melepaskan ciuman mereka, tangannya meremas pinggang Kaila dengan lembut. Lalu Jagad menarik wanita itu berdiri. Tangan pria itu menyingkirkan semua piring dan gelas di atas meja marmer itu ke samping. Mengangkat tubuh Kaila ke atas meja dan melanjutkan ciumannya sementara tangannya meremas p******a wanita itu yang bersembunyi di balik kaus tipis yang Kaila kenakan setelah ia mandi. Tangan Jagad masih menjelajah di seluruh tubuh Kaila saat tangan satunya menyusup ke dalam celana pendek yang longgar di bagian paha. Pria itu mengusap bagian inti Kaila dengan lembut. Membuat Kaila tiba – tiba merengkuh tubuh Jagad, dan bersandar di bahu pria itu. “Hanya butuh satu sentuhan di bibirmu yang dapat membuatku terangsang. Kamu ini apa Kaila?” Tanya pria itu frustasi. Kaila tidak menjawab karena ia memang tidak tahu harus membalas apa terhadap pertanyaan pria itu. Kaila mengepitkan pahanya saat ia merasakan salah satu jari pria itu masuk ke dalam lipatan inti Kaila. “Mas, ini kan masih pagi.” Kaila menolak pria itu, setidaknya berharap ia dapat menolak untuk bercinta dengan Jagad pagi ini. Tapi Jagad tidak mendengar perkataan pria itu sama sekali. Terbukti dengan celananya yang di lepas Jagad sekarang. Lalu pria itu membuka kancing celananya hingga celana itu turun setengah paha. “Mas, tunggu.. tunggu..” Sela Kaila menghentikan pria itu yang tangannya sedang berada di paha Kaila. Pria itu mendongak, Kaila dapat melihat mata pria itu tertutup kabut gairah. “Mas, mau ngelakuin itu di sini?” Pria itu mengangguk tergesa - gesa. “Aku akan melakukannya dengan cepat, Kai. Aku tidak ada waktu.” Jagad kembali membuka paha Kaila dan meluncurkan tubuhnya masuk dengan nikmat ke dalam tubuh Kaila. Sementara Kaila duduk disana dan mengangkang dengan canggung karena ia tidak pernah melakukan ini dengan cara seperti sekarang. terang saja, ia kan baru sekali bercinta, bagaimana mungkin ia memiliki pengalaman lain selain semalam itu? Kedua tangan Jagad menahan paha bagian bawah Kaila agar tubuh Kaila terbuka untuk ia masuki. Sedangkan bibirnya menikmati kulit leher wanita itu yang terasa manis. Bagaimana mungkin seorang wanita dapat terasa nikmat seperti yang ia rasakan pada Kaila? Pinggulnya semakin lama semakin bergerak cepat, Kaila sudah terbiasa dengan hunjaman pria itu ke dalam tubuhnya. Sehingga ia tidak terlalu kesakitan seperti semalam. Kedua tangan Kaila menahan berat badan tubuhnya di atas meja. Ia takut tiba – tiba pria itu melepaskan pelukannya dan membuat tubuhnya jatuh ke belakang dengan konyol. Namun hingga hentakan terakhir pun, pria itu masih memeluknya dengan erat. Setelah Jagad memastikan mereka berdua mendapatkan klimaks, barulah ia melepaskan tubuhnya dari inti tubuh Kaila. Jagad mencium kening Kaila dengan lembut layaknya seorang suami yang mencium istrinya. Sayang, Kaila mengetahui kebenaran yang menyakitkan mengenai pria itu. bahwa ia hanyalah seorang yang dibayar untuk memuaskan nafsu pria yang sudah memiliki kekasih. Setelah mengancingkan kembali celananya, Jagad membantu Kaila turun dari atas meja dan merapikan pakaiannya. “Malam ini aku ngga pulang, sesuai perjanjian kita aku hanya akan mengunjungimu sekali dalam seminggu. Ingat janjimu, jangan bersama pria lain atau mengajak siapapun ke dalam apartemen ini. kamu ngerti?” Tanya pria itu dengan tegas. Kaila mengangguk. “Ngerti mas.” “Bagus, makan dengan baik. Aku ga mau kamu sakit saat aku dateng berkunjung ke sini.” Lagi – lagi Kaila mengangguk. Setelah itu, Jagad mengambil kunci mobil dan ponselnya yang ia letakkan di meja. Pria itu pergi dan meninggalkan Kaila setelah mereka bercinta kilat di atas meja makan. Tubuh Kaila lemas, entah karena percintaan itu atau entah karena ia menyadari bahwa hidupnya sudah berakhir dan berantakan. Kaila duduk di sofa dan menyandarkan tubuhnya. Mengistirahatkan tubuhnya. Mata wanita itu terpejam, dan ia menolak untuk memikirkan pria itu dari pikirannya. Ia tidak ingin memikirkan pria yang membayar tubuhnya serta memiliki seorang kekasih yang sudah bersuami. Yang manapun itu, terlalu rumit untuk ia pikirkan.    
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN