“Jadi lo benar – benar ngelakuin itu?”
Galih, sahabatnya sejak –entah-kapan- itu memasuki ruangan kerjanya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu dan bertanya tanpa tedeng aling-aling. Jeans belel dan juga kaos biru tuanya masih terlihat memukau di tubuh penyanyi yang namanya sering di sebut – sebut belakangan ini lantaran gosip pernikahannya yang akan segera di laksanakan.
Tangannya yang sedang membolak-balikkan kertas yang harus ia tandatangani terpaksa ia tutup dan pinggirkan terlebih dahulu. Jagad tahu yang dimaksud Galih adalah mengenai kontrak yang sedang ia jalani bersama wanita asing, yang baru saja ia kenal beberapa hari yang lalu. “Iya, kenapa?”
“Lo gila ya, Gad? Kayak ngga ada cewek yang mau sama lo aja segala harus pake kontrak.”
Jagad sudah pernah memikirkan ini. Dulu ia pikir akan lebih mudah untuk mencari wanita acak di tempat hiburan malam saja setiap minggunya. Tapi, ia tidak dapat mempertaruhkan nama besarnya di tangan wanita asing secara sembarangan. “Gue kan udah bilang, gue ga bisa pilih cewek secara acak setiap minggunya kayak yang lo bilang dulu.”
“Ya lo pacarin aja cewek lain, ngga harus milih cewek secara acak setiap minggu.” Beberapa minggu yang lalu saat Jagad menceritakan masalahnya, Galih memberikan saran untuk mencari teman tidurnya di tempat hiburan malam yang sudah pasti akan banyak wanita yang mengantre untuk merasakan bagaimana rasanya tidur bersama Jagad, sang produser ternama yang paling diminati di tanah air ini.
“Dan kalo Sofia udah melahirkan? Apa cewek itu akan terima kalo gue putusin secara tiba – tiba, yakin lo dia ngga akan koar – koar sama media setelah tahu gue Cuma memanfaatkan tubuh dia doang?”
“Emangnya lo bisa jamin cewek yang lo kontrak ini bisa jaga rahasia juga?”
“Gue dan dia bikin perjanjian di atas hukum. Dia ngga mungkin berani membocorkan tentang ini sama media karena risikonya denda dan penjara.”
“Iya juga, tapi tetep aja menurut gue lo berlebihan. Lo bisa aja pura – pura pacarin cewek lain, dan setelah waktunya tiba lo bikin masalah yang seolah – olah bikin lo kecewa dan harus mutusin dia. Beres kan?”
“Nope.” Jagad menggeleng dengan tegas. “Gue ngga mau pusing dengan harus berpura – pura menjadi pacar cewek lain. Gue Cuma butuh cewek untuk gue tiduri selama Sofia mengandung anak laki-laki itu. that’s it. Gue ngga mau di pusingkan dengan urusan remeh kayak yang dilakuin sama orang – orang pacaran. Lo tau kan gue ngga ada waktu untuk itu?”
“Hahh, ya udah lah kalo emang itu yang lo mau.” Toh Galih tidak dapat bicara apa – apa jika temannya itu sudah memutuskan suatu hal. “Jadi, lo kenal dia darimana?” Dia yang dimaksud Galih sudah pasti adalah wanita yang tengah di kontrak oleh Jagad. Kaila.
“Di sini. Cewek itu ikut audisi film terbaru gue kemarin, untuk pemeran utama, sayangnya dia ngga ada bakat dan pengalaman akting, padahal cantik, gue akuin cantik banget malah itu sebabnya gue mutusin buat nawarin dia kontrak ini.”
“Ngga ada bakat dan pengalaman akting tapi berani ikut audisi film layar lebar sebagai pemeran utama?”
“Dia lagi butuh uang, gue kira karena ada suatu hal yang penting dan mendesak jadi dia mempertimbangkan kontrak gue. Syukur deh. Kalo dia lagi ngga terlibat masalah, mungkin dia ngga akan mau ngelirik tawaran kontrak gue sama sekali.”
“Atau bisa jadi tuh cewek emang mau aja nyobain tidur sama lo.”
Jagad menggeleng. “Gue tahu banget ini cewek ngga ada pikiran sampe kesana.” Jagad memikirkan kembali tingkah laku Kaila yang seperti kucing pemalu. Terang saja wanita itu bersikap seperti itu, Kaila masih perawan dan belum tersentuh oleh pria lain. Jadi sudah sewajarnya Kaila bersikap demikian. Mana ada seorang perawan yang memikirkan sebuah tipu daya muslihat agar bisa tidur dengannya? Wanita itu sudah jelas melakukan itu hanya karena ia membutuhkan uang. Tidka lebih.
Pembicaraan mereka terhenti saat asistennya, bisa dibilang tangan kanan yang sangat ia percayai, masuk ke dalam ruangan setelah mengentuk pintu secara perlahan.
“Pak, ini bukti dan dokumen yang bapak minta.” Pria itu memberikan dua kertas di dalam satu map dan berbicara hati – hati dan sengaja tidak menyebutkan apa yang ada di dalam map itu karena ia takut bosnya tidak ingin orang lain tahu termasuk Galih. Tapi Jagad terlihat santai saat membuka dokumen itu di atas meja di depan temannya.
“Jadi urusan perkuliahannya sudah selesai?” Tanya Jagad pada Rudi.
“Yang pertama bukti transfer untuk p********n ke rekeningnya, lalu bukti transfer untuk membayar biaya perkuliahan yang masih tersisa.”
Jagad mengangguk puas lalu menandatangani dokumen itu untuk dimasukkan ke dalam arsip keuangan pribadi pria itu.
Setelah Rudi pergi meninggalkan ruangan Galih bertanya – tanya, “Kuliah siapa yang lagi lo urusin? Ponakan lo si Alvin?”
“Bukan. Cewek itu.”
“Cewek itu, maksud lo..?” Kening Galih berkerut. Ia sudah menebak siapa yang di maksud temannya, tapi ia ingin memastikan lebih jelas.
“Iya cewek itu, cewek yang gue kontrak.”
“Dia masih kuliah?”Matanya melebar saat Jagad mengonfirmasi tebakannya.
“Kalo ngga salah, dia baru 21 atau 22 tahun. Gue lupa.”
“Anjing!” Galih memaki sahabatnya itu dengan spontan dan refleks. “Cewek semuda itu lo jadiin sebagai p*****r?”
“Dia sendiri yang mau, gue kan ngga maksa kalo seandainya dia nolak. Lagipula gue ngga pernah anggap dia sebagai pelacur.”
Galih sudah tidak bisa berkata apa – apa pada temannya yang satu ini.
“Emangnya anak kuliahan servisnya oke, Gad?” Selama ini ia yakin temannya itu tidak pernah tertarik untuk menjalin hubungan dengan mahasiswi.
Tanpa berpikir, Jagad menjawab dengan refleks. “Cukup oke sampe gue ngga bisa lupain dia hingga hari ini.”
Biasanya Jagad tidak pernah berhubungan dengan wanita yang jauh lebih muda darinya. Selain karena ia malas melakukan seks dengan wanita yang kurang berpengalaman, dia juga tidak pernah ingin menambahkan drama remaja dalam hidupnya. Jadi ia sangat menghindari wanita – wanita yang berada di dalam kelompok tersebut.
Tapi, saking ia terpesona dengan wajah wanita itu. ia rela mempertaruhkan prinsipnya selama ini. dan semoga saja wanita itu tidak akan menambah kerumitan hidupnya dengan drama yang akan dibawanya ke dalam hubungan yang terjalin di atas kertas itu.
“Yang bener aja, Bro.” Tawa Galih saat mendengar pernyataan terakhir dari Jagad. “Lo bilang lo cinta sama Sofia tapi lo bahkan ngga bisa lupain permainan ranjang cewek kontrak lo ini?”
“Cinta ngga bisa di anggap sama rata dengan permainan ranjang. Asal lo tahu, perjanjian kontrak ini ngga ada hubungannya sama cinta gue ke Sofia. Kedua hal ini berjalan di sisi masing – masing yang berbeda arah.”
Galih tersenyum dalam hati, temannya ini sungguh tidak mengerti arti cinta. Karena jika Jagad memahaminya, jelas ia tidak akan memikirkan wanita lain saat mencintai seseorang. Galih tersenyum senang karena ia baru saja sadar bahwa cinta yang selama ini di deklarasikan oleh Jagad pada Sofia ternyata tidaklah seabadi yang pria itu pikirkan.
Mungkin saja Jagad hanya salah mengartikan perasaannya pada wanita itu. jadi untuk kali ini, ia membiarkan Jagad dengan pikirannya sendiri. Biarlah ia anggap bahwa seks dan cinta bisa berjalan masing – masing, seperti yang di katakan Jagad barusan.
Mungkin selama ia berteman dengan Jagad, Galih tidka pernah mengutarakan pendapatnya mengenai temannya itu yang mengencani wanita bersuami. Tapi, dalam hatinya ia sungguh ingin membuat mereka berdua berpisah. karena tidak ada gunanya mereka membuang waktu dan mempertahankan hubungan terlarang itu. Jagad hanya berpikir dirinya mencintai wanita itu padahal galih tahu yang sebenarnya terjadi bukan itu. Hanya saja Jagad tidak menyadarinya. Atau mungkin temannya itu memang tidka ingin mengakui alasan yang sesungguhnya.