Kaila sangat terkejut saat pria itu mengiriminya pesan bahwa ia sudah bisa kembali melanjutkan kuliahnya dan pria itu telah menyelesaikan semua administrasi yang diperlukan untuk itu. Padahal ia tidak mengharapkan itu darinya. Baginya, uang yang di bayarkan untuk kontrak yang mereka sepakati pun sudah cukup besar. Dan lebih dari cukup untuk membantu perekonomian kedua orangtuanya saat ini. Tapi pria itu berbaik hati untuk membayarkan uang kuliah agar ia bisa meneruskan pendidikannya yang sempat tertunda karena masalah biaya.
Walau pun temannya Raisa sudah menawarkan untuk menggunakan uangnya terlebih dahulu, tapi Kaila tidak berani menggunakan uang temannya di saat ia tidak memiliki bayangan kapan dirinya bisa membayar kembali uang itu. Sekarang, dengan senang hati ia akan melanjutkan sekolahnya. Berkat pria itu. Seulas senyum terbit di bibirnya tanpa ia sadari.
Sambil membuat setangkup sandwhich untuknya sore ini. Sejak Jagad pergi dari apatemen ini untuk bekerja di pagi hari, ia benar – benar kehabisan akal untuk menghabiskan waktu karena biasanya ia sibuk kuliah dan mengerjakan berbagai tugas sepulangnya. Namun kini tidak banyak yang bisa ia lakukan, selain membersihkan kekacauan yang di buat olehnya dan Jagad di meja makan tadi pagi, pria pertama yang mengambil mahkotanya dan mengajarinya bagaimana menjadi perempuan seutuhnya.
Tidak, ia tidak menyesal karena telah melakukan itu.
Selain karena pria itu memberikan uang yang cukup untuknya dan keluarganya bertahan hidup, pria itu pun memberikan sesuatu yang belum pernah Kaila rasakan seumur hidupnya. Pengalaman baru bahwa ia bisa merasakan kenikmatan sebesar itu hanya dengan berhubungan bersama seorang pria. Apakah semua pria dapat memberikan seorang wanita rasa yang seperti itu? Kaila penasaran. Tapi ia mengingat janjinya pada pria itu bahwa ia hanya akan bersama Jagad hingga kontrak itu berakhir. Lagipula ia tidak pernah membayangkan akan melakukan hal itu dengan pria lain, selain Jagad.
Sandwhich yang ia buat sudah selesai, Kaila membawa roti berisi sayur dan ham itu pada suatu piring kecil untuk ia makan di depan televisi. Sambil mengirim pesan pada temannya, memberitahu bahwa esok hari ia akan mulai masuk kuliah lagi.
Kaila : Saaa, besok gue ngampus lagi.
Raisa : Seriusss????? Akhirnya.. Gue ngga gabut lagi sendirian di kampus. Mau gue jemput?
Kaila berpikir keras. Jika Raisa menjemputnya, temannya itu akan tahu bahwa ia saat ini sudah tidak tinggal di kosan bututnya itu. Lagipula ia tidak boleh membawa siapapun ke dalam apartemen ini, sesuai permintaan Jagad. Dan Raisa pasti akan kebingungan karena mengetahui ia tinggal di sebuah apartemen mewah seperti ini.
Apartemen ini memang tidak terlalu mewah jika di bandingkan milik Raisa. Namun, cukup mewah jika dibandingkan dengan kosan butut dan kumuh yang pernah ia tinggali sebelumnya. Sambil menghabisi cemilan sore yang ia punya, ia mengetikkan jawaban pada Raisa untuk tidak menjemputnya.
Kaila : Ga usah jemput gue Sa, kita ketemu di kantin aja seperti biasa ya. Tolong bawa catatan selama gue ngga masuk kemaren – kemaren. Mau nyalin! Lol.
Ia pasti ketinggalan banyak materi pelajaran. Sebetulnya Kaila tidak dapat mengharapkan lebih pada Raisa karena anak itu jarang sekali mencatat. Selama satu semester perkuliahan, Raisa jarang mengganti buku catatannya. Padahal buku catatan itu ia gunakan untuk semua mata kuliah yang mereka ambil selama satu semester. Sementara Kaila sudah menghabiskan tiga buku catatan. Raisa masih setia dengan satu catatan yang bahkan tidak terisi setengah buku.
Raisa : Yah, lo kayak ngga tahu gue aja. Gue kan kalo kuliah Cuma nulis tanggal doang. Sama judul palingan.
Tepat seperti dugaan Kaila. Tapi ia tersenyum membaca pesan konyol dari temannya. Ia memang tidak bisa mengandalkan Raisa jika urusan perkuliahaan.
Ting! Belum sempat ia membalas pesan Raisa, temannya itu sudah mengirimkan pesan lain padanya.
Raisa : Nanti gue minta Jo buat bawa catatan kemarin ya. Lo pinjem sama dia aja.
Ah! Sahabat kecil Raisa, Joshua memang lebih rajin di banding mereka berdua. Ia lupa ada Joshua yang selalu mencatat semua materi perkuliahan.
Kaila : Gue lupa ada Jo! Oke deh, tolong pinjemin ya, Sa. See you tomorrow.
Raisa meletakkan ponselnya tanpa menunggu Raisa membalas pesannya.
Tanpa ia sadari, sandwhich yang ia buat tadi sudah tandas, masuk ke dalam perutnya dengan cepat. Kaila berdiri untuk menuju dapur sekalian untuk mencuci piring dan gelas kotor. Berkali – kali ia mendengar suara notifikasi ponselnya berbunyi namun ia abaikan. Raisa memang terkadang tidak sabaran jika teman chatnya tidak segera membalas.
Setelah semua gelas dan piring tercuci dengan bersih, ia menatanya di rak cucian piring sebelum kembali ke sofa untuk mengambil ponselnya yang sudah berhenti berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu. Tapi, baru saja ia akan membuka kunci ponselnya, benda itu berbunyi lagi. Bukan pesan chat melainkan panggilan masuk. Yang lebih membuat Kaila heran, bukan nama Raisa yang muncul di layar ponsel itu melainkan Jagad.
Dengan sigap ia langsung mengangkat panggilan itu.
“Ya mas?”
“Kamu dimana? Aku menghubungi mu lebih dari sepuluh kali.” Gerutu pria itu kesal, bahkan tanpa mengucapkan kata halo saat Kaila mengangkatnya.
“Maaf tadi lagi cuci piring.”
“Kamu beneran lagi cuci piring?”
“Iya, memangnya kenapa?”
Pria itu menghela napas. “Tidak apa – apa. Aku hanya ingin memberitahumu, besok aku ada acara keluarga. Sebaiknya kamu ikut denganku.”
Mata kaila membelalak saat mendengar ajakan itu tiba – tiba. “Tapi Mas, besok aku kuliah. Lagipula, itu kan acara keluarga. Kenapa aku harus datang?”
“Aku tahu. Tapi acaranya malam, jadi kamu punya waktu untuk bersiap – siap sepulang kuliah.
Tadinya Kaila berniat untuk menraktir Raisa sepulang kuliah di tempat mereka biasa nongkrong. Di kedai kopi milik Jo, yang terletak dekat dari kampus. Langganan mereka berdua untuk menghabiskan waktu, terkadang sambil mengerjakan tugas karena jika ia datang ke sana ada Jo yang bisa membantu mereka menyelesaikan tugas kuliah.
Terpaksa rencana itu harus ia batalkan gara-gara om m***m yang satu ini.
“Baik, Mas. Besok aku akan pulang cepat setelah kuliah selesai.”
“Bagus. Aku akan mengirimkan baju dan alat make up yang akan kamu perlukan. Kamu bisa berdandan bukan? Atau haruskah aku mengirimkan seseorang untuk merias wajahmu?”
“Aku masih punya baju untuk mendatangi acara – acara seperti itu.” Jawab Kaila berusaha untuk tidak tersinggung. Ia mungkin miskin saat ini, tapi dulu, sebelum kedua orangtuanya bangkrut, baju – baju dan alat makeupnya pun tidak kalah mahal dengan Raisa. Dan semua peralatan itu masih ada serta masih dapat ia gunakan. “Aku bisa berdandan sedikit.” Lanjutnya lagi.
“Baiklah jika menurutmu begitu. Sampai jumpa besok.”
Lalu pria itu memutuskan panggilan tanpa menunggu Kaila membalas ucapannya. Dengan kesal Kaila menatap layar ponselnya memandangi nama lelaki itu. Lalu jarinya mengutak – atik sesuatu. Mengubah nama pria itu dari Jagad raya, itu bukan nama lengkapnya tapi lucu jika membayangkan pria itu bernama Jagad Raya, menjadi Mr. Zero Attitude.
Setelah puas dengan nama baru yang ia berikan pada pria itu, Kaila tersenyum lalu mematikan ponselnya dan berjalan ke dalam kamarnya untuk memilah pakaian mana yang akan ia kenakan esok hari untuk menemani pria tanpa attitude itu.