Pembatas sudah berhasil di lewati. Posisi Saka kini berada di sungai yang mengering dan terletak diantara pembatas dan bukit. Mata Saka agak tidak terbiasa melihat langit biru dengan hiasan awan putih. Dia juga mengernyit aneh dengan tumbuhan yang hanya berwarna hijau. Semua sangat berbeda dengan negeri Mitologi yang penuh dengan warna. Bahkan sungainya pun kering.
Secara naluriah, Saka membawa Sakira ke bukit sebuah desa yang letaknya dekat dengan perbatasan dua dunia. Saka yang masih dengan wujud setengah ularnya memutuskan melata menuju puncak bukit yang terdapat banyak pohon besar. Dia berhenti dan melingkarkan ekornya dekat sebuah pohon Mahoni yang ia rasa cukup nyaman. Tanpa meletakkan Sakira yang masih pingsan Saka menatap awas ke pemukiman warga.
Tanda tanya besar muncul di benak sang ular ketika melihat pemukiman yang di penuhi bangunan yang terbuat dari kayu. Saka merasa takjub pada rumah-rumah yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Bangunan itu nampak nyaman jika di tinggali. Dia jadi memiliki pemikiran untuk membuat bangunan seperti itu untuk Sakira di negeri Mitologi jika misi selesai.
Pandangan Saka beralih ke pakaian yang mereka kenakan. Pakaian itu mirip dengan apa yang Sakira pakai ketika mereka pertama kali bertemu. Tidak hanya para wanita yang memakai gaun tertutup seperti itu. Ternyata para pria juga mengenakan hal serupa. Yang memjadi pertanyaan Saka adalah bagaimana cara para pria di sini merayu wanitanya jika tidak menunjukkan kejantanannya.
Saka adalah binatang yang selalu waspada. Meski dia diam, Saka mengubah matanya menjadi merah untuk mengawasi. Dengan mata merahnya, dia mampu mengawasi penduduk yang lalu lalang di bawah bukit sana. Saka bersikap awas agar tidak ada yang mendatanginya.
"Hiss. " Matanya kembali berubah gelap ketika mengalihkan pandangannya ke arah Sakira. Jari-jarinya yang kuat mengusap lengan cantik gadis yang memiliki tato mate di gendongannya.
'Akhirnya aku memiliki mate. '
Saka tidak mampu menggambarkan betapa bahagia dirinya saat melihat tato mate berbentuk dirinya yaitu seekor ular hitam kebiruan yang melingkar lengan Sakira. Itu tandanya Sakira sudah menjadi miliknya. Sudut bibirnya terus melengkung ke atas dengan fakta itu. Dia beast berdarah dingin yang jarang tersenyum. Tetapi seharian ini dia terus tersenyum bahagia.
"Aw, lenganku sakit sekali. " Sakira bergerak lembut lalu terbangun dari pingsannya. Kepalanya agak berat dan mengusap lengan yang menjadi sumber rasa sakit.
"Eh mengapa lenganku ada gambar ular? " tanya Sakira.
"Itu tato mate-ku. Jadi kita sudah~"
'Menikah,' lanjut Saka dalam hati.
"Tato mate? "
Saka dengan wajah merah menunduk malu-malu layaknya pengantin baru. Ini adalah kebahagiaan terbesarnya memiliki mate seperti Sakira. Sekarang ketiga beast yang mencoba merebut Sakira harus menyerah. Saka merasa tidak sabar memamerkan tato mate di lengan Sakira pada mereka.
Sakira memandangi gambar ular yang melingkar di lengannya. Ia jadi teringat dengan tato tribal kaum tribal di dunia modern.
'Ini mirp sekali dengan Saka. Beruntung tato mate-nya tidak ada dua belali, atau aku terlihat c***l,' batin Sakira.
'Mana mungkin aku tahan memiliki gambar belalai pria, apalagi yang berjumlah dua. '
Sakira menggelengkan kepalanya untuk menepis pemikiran konyol di otaknya.' Waktunya menjalankan misi. '
"Di mana bundelanku? " tanya Sakira.
Saka mendekatkan ekornya pada Sakira. Sakira baru sadar jika tangan Saka menggendong tubuhnya sedangkan ekornya melilit bundelan Sakira. Tidak ada bagian dari tubuh Saka yang menganggur.
"Ini. "
"Terima kasih. Ah, syukurlah, aku harus segera ganti baju. "
Sakira berjalan menuju pohon yang agak besar agar tubuhnya tidak dilihat Saska ketika ganti baju. Meski bagi Saka--- Sakira adalah istrinya tetapi Sakira masih belum memberikan Saka hatinya. Jadi ia tidak bisa berganti baju di depannya.
Usai berganti baju, Sakira mendekat ke arah Saka. Dia ingin menjelaskan rencananya pada Saka.
"Saka, aku akan menuju ke bawah untuk mendapatkan baju untukmu. Jadi kau tetap disini dulu, okey? "
"Hiss, baiklah. "
"Ingatlah bersembunyi ketika ada yang lewat. Itu akan menyebabkan keributan yang tidak kita perlukan. "
Saka mengangguk, dia mengubah matanya menjadi merah agar bisa mengawasi Sakira yang berbalik dan menuruni bukit dengan hati-hati. Terkadang ia harus menyingkirkan semak dan ilalang yang mengganggunya.
Sakira tiba di pemukiman di bawah bukit. Kehadirannya menarik perhatian warga karena rambut dan matanya yang warnanya tidak pernah mereka lihat.
"Permisi, aku ingin bertemu kepala desa? " tanya Sakira pada salah seorang warga yang lewat.
"I-itu. " Pemuda desa itu tergagap melihat penampilan gadis berambut pink dan bermata hijau.
Sebelum pemuda itu menjawab pertanyaan Sakira, kepala desa sedang berjalan ke arahnya.
"Nona, aku kepala desa ini. " Ternyata tanpa diketahui Sakira, ada warga desa yang melaporkan kehadirannya pada kepala desa. Warna rambut dan matanya memang begitu mencolok hingga membuat orang curiga.
"Tolong terima salam saya, di sini saya ingin menyampaikan kabar baik dari Raja Naga. Beliau mengirimkan utusannya untuk menurunkan hujan di negeri Awan dan cara mengatasi kekeringan yang melanda negeri ini."
Mata kepala desa melebar. "Be-benarkah."
Sakura mengangguk. Matanya bersinar penuh keyakinan pada penduduk desa. "Dan desa kalian beruntung karena menjadi pertama kali dikunjunginya, " ucap Sakira.
Warga desa yang mendengar kabar dari Sakira bersorak gembira. Mendengar raja naga mengirim utusannya merupakan suatu keajaiban bagi mereka.
"Ini berkah... Anda tidak berbohongkan? " tanya kepala desa Gong dengan wajah berbinar.
"Kami adalah asisten raja naga, oleh karena itu aku meminta kepala desa menyiapkan tempat untuk kami singgah. Bagaimanapun tugas yang diberikan Raja Naga kepada kami adalah untuk menemui Kaisar Callisto. Itu dimaksudkan agar kekeringan di negeri Awan teratasi. Dan hal tersebut memerlukan tenaga yang tidak sedikit. Jadi setelah menurunkan hujan, kami butuh beristirahat. "
"Tentu saja, itu tidak masalah. "
"Satu lagi, berikan aku pakaian pria. Jubah utusan naga sangat menyilaukan dan membuat mata buta, dia memerlukan pakaian biasa agar kalian tidak buta ketika melihatnya. "
'Bagaimana tidak buta, ada dua belalai yang dimiliki Saka,' batin Sakira. 'Jadi aku berbohong demi kebaikan kalian, Okey?'
Kepala desa agak ragu. Muncul kecurigaan di hatinya. Tetapi ketika melihat kristal di keningnya yang berkilau, membuat kepala desa menepis kecurigaannya.
"Istri cepat ambilkan jubah baru untuk nona ini. "
"Baik suamiku. "
Istri tuan Gong memberi Sakira pakaian. Dengan senang hati Sakira menerima. Dia pamit pergi untuk menjemput Saka.
"Tuan Gong, tolong persiapkan tempat singgah kami. Aku akan menjemput utusan Raja Naga. Dan nanti malam anda akan melihat hujan yang sudah lama anda impikan. "
Setelah menangkupkan tangannya,Sakira meninggalkan warga dan kelapa desa yang mengantarnya pergi. Setelah bayangan Sakira tidak terlihat, warga desa segera mengambil alat yang bisa menampung air. Kekeringan kali ini begitu mengerikan hingga mereka tidak memiliki cadangan air. Sakira adalah satu-satunya harapan bagi warga ini.
Di atas bukit, Saka masih bersembunyi sesuai instruksi Sakira. Meski demikian matanya masih menyala merah untuk melihat kondisi mate -nya.
"Hiss. " Lidah Saka menjulur dan mendeteksi kehadiran Sakira. Dia segera keluar dari tempat persembunyiannya--membelit Sakira dengan ekornya untuk memeluk Sakira.
"Saka... " rintih Sakira malu. Dia sungguh tidak terbiasa dengan perlakuan romantis Saka.
"Aku sangat khawatir, " ucap Saka singkat. Lebih tepatnya dia khawatir Sakira terpikat dengan para pemuda desa di bawah sana.
"Mereka sangat ramah dan bersedia memberi kita tumpangan untuk malam ini. Sekarang cepatlah berubah menjadi manusia dan kenakan ini. " Sakira menyodorkan baju pada Saka.
Saka menerima baju tersebut, tetapi dia ragu memakaianya karena pakaiannya terlihat rumit.
"Aku tidak tau cara memakainya. "
'Apa!? ' teriak Sakira dalam hati. 'Jadi aku harus bertemu dua belalai lagi? '
"Si-sini kubantu. " Sakira tersenyum mengerikan. Meski demikian dia tidak bisa membiarkan Saka kesulitan.
Saka pun berubah menjadi manusia. Rambutnya yang berkibar tertiup angin memberikan efek luar biasa pada ketampanannya. Tubuhnya yang dibalut otot-otot kuat membuat Sakira tanpa sadar menikmati keindahan tubuh Saka. Tapi pandangannya langsung ia alihkan ketika hampir sampai melihat barang sakral itu.
Satu demi satu Sakira membantu Saka berpakaian. Dia berusaha tidak menatap ke arah sena sekuat tenaga. Meski setan dalam hatinya menyuruhnya melihat tetapi hal itu tidak menggoyahkan pengendaliannya.
'Homina homina homina. '
"Sudah selesai. "
Saka yang dibalut pakaian negeri Awan sangat tampan. Dia seperti bangsawan kerajaan yang misterius dan mulia. Sakira sempat terpesona dengan ketampanannya.
"Ayo kita ke desa, mereka membutuhkan bantuanmu untuk menurunkan hujan."
"Hn, ayo. "
Mereka berdua menuruni bukit. Di perjalanan, Sakira memberi Saka petunjuk sehingga warga desa tidak curiga.
"Apa kau mengerti apa yang harus kau lakukan Saka? "
Saka mengangguk.
Tak Lama kemudian mereka tiba di desa bawah bukit itu. Warga desa ternyata sudah menunggu mereka dengan semangat.
"Selamat datang, ayo silakan masuk, " sambut kepala desa. Dia sangat gembira menyambut kedatangan dua orang utusan Raja Naga itu.
"Aku akan menurunkan hujan sekarang, tetapi kalian harus menuruti ucapan istriku, " ucap Saka. Dia sedikit merubah dialog yang Sakira instruksikan.
"Tentu saja. "
Saka pun memusatkan energinya pada kristal dikeningnya. Sesaat kemudian kristal Saka bersinar terang menyorot ke atas hingga menembus ke angkasa.
Awan pun mulai berkumpul, semakin lama semakin banyak hingga awan yang berkumpul itu membentuk gumpalan awan hitam.
Gluduk, jegler.
Ctar.
Suara gemuruh yang dibarengi suara kilat terdengar di langit.
"Lihat itu! "
"Awan... Itu artinya akan segera hujan. "
Penduduk desa menyaksikan hal tersebut dengan takjub.
Tes.
Tes.
Zzzhhhss.
Hujan pun turun. Warga desa itu bersuka cita menyambut datangnya hujan. Mereka menari dengan gembira sebelum di hentikan oleh kepala desa. sebentar lalu mulai menaruh wadah untuk menyimpan air hujan. Kekeringan akhirnya berakhir. Mereka bisa lagi memakan gandum dan lainnya setelah bertahan dengan memakan ubi-ubian.
Tbc.