Mereka dalam keadaan basah ketika berniat menampung air hujan. Para penduduk tidak keberatan di guyur hujan karena tubuh mereka sudah lama tidak menyentuh air. Bagi mereka hujan ini seperti anugerah luar biasa.
"Ini keajaiban, terima kasih tuan utusan. "
"Terima kasih banyak. "
Para penduduk mendekat ke arah Saka sambil mengucapkan terima kasih. Beberapa di antara mereka menangis karena bahagia. Sedangkan yang lain masih terlena dengan keajaiban yang tidak terduga ini.
Saka terdiam dengan reaksi mereka semua. Seumur hidupnya, baru pertama kali ia merasakan rasanya dihargai oleh orang lain.
"Saka. " Sakira menyentuh tangan Saka yang tengah melamun.
"Hn? "
"Kau membuat mereka bahagia. "
Tuan Gong yang sedang menikmati hujan teringat jika masih ada hal yang harus ia lakukan. Dia hampir melupakan jika harus membawa sang utusan untuk beristirahat ketempat yang sudah disiapkan.
"Tuan, silakan beristirahat ke kediaman saya, " ucap tuan Gong dengan senyum lebar. Rambutnya yang putih basah kuyup dan terlihat lepek.
Saka mengangguk dan mengajak Sakira yang juga basah mengikuti kepala desa. Para istri dan pemuda desa juga turut mengikuti langkah kepala desa. Tetapi di antara para wanita yang sudah bersuami beberapa dari mereka menatap linglung Saka.
Ketampanan Saka memang tak bisa dijabarkan dalam kata-kata. Tidak hanya para wanita, para pria pun ikut mengagumi keelokan beast ular itu. Hanya para gadis yang belum menikah yang tidak beruntung karena tidak bisa menyaksikan ketampanan Saka secara langsung. Tetapi bagi mereka yang mengintip dari jendela kamar dan berhasil melihat Saka---akan langsung terpesona melihat sang beast ular.
Dilihat dari segi apapun Saka terlihat mulia dengan baju yang diberikan oleh tuan Gong. Sakira bahkan merasa bangga dengan pria ini.
"Anda berdua silakan beristirahat di sini. "
Sakira menangkupkan tangannya dan berterima kasih. Tuan Gong pun menyuruh istrinya memasak hidangan untuk menjamu utusan. Namun karena Saka tidak bisa makan panas, Sakira menolak undangan mereka. Jadi tuan Gong hanya mengirimkan makanan untuk sang utusan.
Saka melihat sekeliling ruangan kamar tempat manusia negeri Awan. Dia juga melihat betapa bahagia Sakira yang sedang memeluk bantal dan kasur manusia negeri Awan. Itu membuatnya penasaran.
"Apa kau menyukai tempat tidur itu istri?" tanya Saka.
Sakira terpengkur mendengar panggilan istri dari Saka. Meski di dunia Mitologi mereka sudah termasuk kategori pasangan tetapi hatinya masih belum bisa menerima makhluk berbelalai dua. Setidaknya tidak sekarang. Hatinya masih belum sanggup menerima cinta baru setelah menahan kesedihan yang cukup lama. Namun Sakira tidak akan menolak panggilan Saka.
"Tentu saja, aku sangat merindukan tidur di atas kasur yang empuk. " Menanggapi pertanyaan Saka, Sakira tersenyum manis.
'Bagaimanapun juga aku tidak bisa terbiasa dengan tidur diatas jerami,' keluh Sakira dalam hati.
Saka masih mengamati tempat tidur. Dia terlihat seperti ingin menaikinya namun ragu.
Sakura menangkap niat Saka dari ekspresi wajahnya. Dia menepuk ranjang di sisinya dan menawarkan Saka untuk tidur di sampingnya.
"Kemarilah dan tidur bersamaku, " ajak Sakira.
Meskipun Sakira belum memberikan hatinya, setidaknya dia akan mencoba menjadi pasangan yang baik untuk Saka. Sebab Sakira juga tau kesedihan yang dialami pria ini. Selain ditolak, dihina dan ditertawakan oleh beast lainnya, Saka juga dipermainkan oleh beast wanita demi kristalnya. Sungguh menyedihkan.
Deg.
Saka seolah tidak mempercayai pendengarannya. Baginya tawaran Sakira bagai sebuah pengakuan atas status mereka.
"Kau yakin? "
"Iya. "
Dengan senang hari Saka melangkah menuju Sakira. Dia terharu. Impiannya untuk tidur bersama Sakira tanpa menyelinap saat istrinya tidur akhirnya terwujud. Saka mendudukkan diri ke samping Sakira, ia juga ingin merasakan rasa kasur yang disukai oleh wanitanya.
"Nah berbaringlah. "
Saka menurut seperti anak manis. Ia merebahkan dirinya pada sesuatu yang bernama kasur itu.
Puk.
'Ternyata sangat lembut dan nyaman, sangat mirip dengan kulit istri,' batin Saka.
Tidak ada yang tau jika kepala desa memang sengaja menyiapkan sprei sutra untuk mereka. Berkat hujan yang turun, tuan Gong menjadi begitu murah hati. Bahkan ia rela meminjamkan satu-satunya sutra untuk alas mereka.
Sret.
Saka tidur di kasur empuk di samping Sakira. Dia bersikap seperti manusia normal. Ia tidak lagi menggulung ekornya seperti kebiasannya. Itu juga pesan dari Sakura agar dia tidak menampakkan ekornya ketika berada di pemukiman.
"Istri, bolehkah aku memelukmu? '' tanya Saka. Sebenarnya ia terdiam dan kaku ketika mengajukan pertanyaan. Bahkan pelipisnya mengeluarkan keringat dingin menunggu jawaban Sakira. Dia pun bersiap menerima penolakan dari istrinya ini.
Sakira diam-diam tertawa geli melihat tingkah Saka yang kelewat polos.
'Dia memanggilku istri tapi meminta ijin dalam melakukan apapun. '
"Boleh, " jawab Sakira.
Saka terkejut mendengar persetujuan Sakira. Ia hampir meneteskan air mata karena terharu. Dia dengan lembut melingkarkan tangannya pada pinggang Sakira yang langsing.
Grep.
Sakira agak terkejut dengan reaksi tubuhnya. Tidak pernah ia duga jika perasaannya menjadi sangat nyaman ketika Saka memeluknya. Tubuhnya serasa menemukan bagian tubuh yang menghilang. Begitu utuh dan hangat.
'Mengapa aku jadi terbiasa dengan suhu tubuh Saka? ' tanya Sakira dalam hati. 'Aku bahkan merasa nyaman. '
Tidak hanya Sakira, perasaan Saka juga serasa berada di awan. Tidur sambil memeluk Sakira tanpa perlawanan dari gadis itu adalah impiannya selama ini. Jadi dia dengan segera tertidur pulas. Sangat berbeda dengan Sakira yang merasa terganggu dengan sesuatu.
'Mengapa si kembar o***g bereaksi lagi!? '
Tanpa Sakira lihat pun, dia tau jika milik Saka tegak bersemangat.
'Mengapa dia tidak tidur padahal si empunya sudah tidur? ' batin Sakira frustasi. Sebab dia merasa geli dengan si kembar yang bersemangat.
Sakira pun memaksakan diri untuk tidur. Dia mencoba menghitung domba-domba. Dan dengan suara rintik hujan, akhirnya Sakira ikut menyusul Saka untuk tertidur.
Keesokan harinya, berita tentang utusan raja naga menyebar ke desa-desa sekitarnya. Penduduk desa lain juga berharap segera didatangi oleh kedua utusan yang berparas elok itu. Tak jarang kepala desa di desa sebelah berjaga di pintu gerbang untuk menyambut kedatangan sang utusan.
Harapan mereka menjadi kenyataan. Sembari menuju istana, Saka dan Sakira mampir ke desa-desa untuk membagi hujan. Itu membuat mereka terkenal dan dipuja. Hingga akhirnya berita tersebut terdengar sampai istana.
Callisto mengumpulkan pejabatnya untuk mendengar kisah dua utusan itu. Dia sangat lelah karena masalah yang menimpa negerinya. Kekerasan, pencurian dan segala kejahatan timbul karena mereka kesulitan mencari makanan. Bahkan bibit-bibit pemberontakan mulai bermunculan karena menuduhnya dikutuk dewa.
Tuduhan itu disebabkan mereka menuduh jika negeri Awan dihukum oleh Dewa karena Callisto menyia-nyiakan ratu. Padahal sebelum ratu menghilang, kekeringan seperti ini tidak terjadi.
Semua masalah ini membuat hubungan Callisto dan Irene merenggang. Itu diperparah ketika permaisuri itu melahirkan bayi perempuan bukannya bayi laki-laki. Callisto bahkan enggan menjenguknya karena kekecewaannya bertambah.
Callisto dengan picik menyalahkan semua bencana ini pada Irene. Ia menganggap ini karena kecerobohan permaisuri hingga negeri menjadi kacau. Oleh karena itu Callisto mengabaikan Irene dan membuat kondisi permaisuri sama seperti ratunya dahulu. Tidak ada lagi kisah cinta membara yang menaklukan berbedaan kasta lagi. Yang tersisa hanya pengabaian Callisto dan penderitaan Irene.
Di aula pertemuan istana, Callisto ingin mendengar desas desus yang beredar tentang utusan naga. "Katakan padaku tentang berita utusan raja naga tersebut? " titah Callisto. Dia duduk di singgasananya yang megah. Namun wajahnya terlihat kelelahan dan layu. Jelas terlihat jika dia kekurangan waktu tidur.
Penasehat Kendal segera maju untuk melapor, " Setiap daerah yang dilewati oleh kedua utusan berkata jika tuan utusan akan menurunkan hujan. Kabarnya mereka sedang menuju istana sesuai perintah raja naga. "
Callisto semakin tertarik dengan kisah mereka. "Apa mereka bukan penipu? "
"Bukan baginda, bahkan rakyat sudah banyak yang menyaksikan keajaiban dari utusan raja naga ketika menurunkan hujan. "
Callisto seolah mendapatkan secercah harapan. Matanya bersinar bahagia dengan berita ini.
"Jika demikian kirimkan prajurit dan kereta kuda untuk menjemput mereka. Perlakukan mereka seperti tamu kehormatan. Ingat, jangan lakukan hal yang menyinggung mereka. Hanya mereka yang bisa menghentikan bencana ini."
"Baik. "
'Akhirnya semua ini akan berakhir. Dengan demikian aku bisa mencari keberadaan Sakira. '
Callisto meninggalkan ruang pertemuan. Namun dia tidak kembali ke istananya. Callisto melangkahkan kakinya menuju istana kristal. Dengan berada di sana, Callisto seolah mampu melihat Sakira yang bermain-main di sana.
>
Di istana permaisuri, Irene juga mendengar isu yang berkembang. Desas desus utusan Raja Naga yang datang untuk menghilangkan bencana kekeringan telah membawa harapan pada Irene.
"Apa benar jika utusan Raja Naga sedang menuju kesini? " tanya Irene pada pelayannya. Dia memandang kosong hamparan bunga yang mengering. Wajahnya kini tak seindah dulu. Kulitnya pucat karena beban pikiran yang mendera. Tidak ada lagi sinar kecantikan yang memancar seperti dahulu.
"Itu benar yang mulia. "
"Syukurlah, " desah Irene. Setetes air mata jatuh di pipinya. Dia berpikir jika bencana ini berakhir maka Callisto tidak lagi memberinya bahu dingin. Perasaannya hancur karena sikap dingin yang Callisto tujukkan beberapa waktu ini. Dia tidak pernah melewatkan satu hari pun tanpa menangis.
Dalam keputusasaannya Irene bahkan berharap Ratu Sakira disini dan menghentikan semua bencana. Entah kegilaan apa yang ada di otaknya hingga mengharapkan saingan cintanya berada di sampingnya. Mungkin saja ia ingin memberikan beban ini pada Sakira seperti dulu.
Tbc