Fakta yang Menyakitkan

1157 Kata
“Aku akan membicarakan masalah ini, tunggu sampai besok. Semua pasti terselesaikan dengan benar, jangan khawatir.” Deon mengatakannya sebelum memutuskan meninggalkan Bee di rumah yang tak layak ditempati, “belilah makanan, cari tempat mandi umum juga.” Dia bahkan memberikan uang pecahan ratusan ribu agar perempuan itu bertahan hidup dengan benar untuk satu hari saja, setidaknya dia akan menemukan solusi tepat ketika mengadakan rapat darurat. Deon biasanya akan menuju studio, tempat kerja kedua setelah kantor penerbitan online yang ia jalankan. Hanya saja, beberapa berkas dan laptop yang menyimpan karya lamanya berada di rumah sehingga harus mengambil semua itu untuk memastikan karya Beatarisa. Pria itu tak segera mematikan mesin mobil, terlihat menimbang-nimbang sesuatu dengan ragu. Antara mengadakan rapat darurat, lalu menurunkan karya Senja dari banner promosi sekaligus iklan yang bertebaran di media sosial atau mengabaikan kenyataan mengenai kebenaran identitas karya tersebut? Deon tidak bisa memungkiri jika enggan membayar biaya kerugian akibat perbuatan curang tersebut, semua masih bisa diselesaikan dengan jalur lain. “Haruskah aku membeli karya asli itu?” gumamnya dengan penuh pertimbangan, “gadis itu sedang butuh uang, pasti akan mau kalau kuhargai sedikit lebih mahal.” Deon bergumam cukup lama, baru mengamati rumah yang ia huni bersama pasangan yang dinikahi sejak tujuh tahun silam. Hanya saja, mendadak perasaannya kurang nyaman saat melihat tirai di kamar tertutup rapat. Hari masih terlalu sore untuk membuat suasana ruangan menjadi remang, apa Yeni sudah pulang? Istrinya yang mengurus café yang dimiliki sebagai usaha lain, tetapi tidak biasanya jam sekarang sudah menunjukkan tanda-tanda sedang berada di kamar. Apalagi jelas pagi tadi Deon sendiri yang membuka tirai tersebut, sang lelaki terbiasa mengamati mentari pagi saat baru menunjukkan pesona terbaik di ufuk timur. Pria tiga puluhan itu memilih mematikan mesin, penasaran dengan apa yang sedang tersembunyi di lantai dua. Merasa perasaan kurang nyaman, dia memastikan sesuatu dengan menghubungi asisten rumah tangga. Bertanya mengenai hal yang tidak mungkin mencurigakan, ternyata rumah kosong. Sebab, sang istri mengatakan kalau tengah kurang enak badan dan meminta semua orang pulang lebih awal. “Apa ini perasaan yang cukup kuat untuk memunculkan kecurigaan dalam diri?” gumamnya kembali sembari keluar dari mobil, mengatur napas yang mulai tak teratur karena berbagai spekulasi bermunculan. Yeni Prastika bukan sekadar partner dalam hidup, mereka menikah ketika masih kuliah karena menjunjung tinggi mimpi besar tentang cinta. Kemudian, Deon memutuskan membuat aplikasi menulis sejak tiga tahun lalu, sementara sang istri meminta fokus di café yang mereka kelola sebelumnya. Akan tetapi, kenapa sore ini terasa ada hal aneh di rumah milik pria dewasa tersebut? Deon mengendap-endap di rumahnya sendiri, kebetulan dia terbiasa memarkir mobil di posisi aman. Tidak akan terlihat dari lantai dua, tetapi dari posisi parkir kendaraan jelas mampu mengamati kamar yang dihuni sang istri. Kecurigaannya mendasar, bagaimana Yeni yang sedang kurang sehat justru tak menghubungi dirinya sama sekali? “Kita akan lihat yang sebenarnya, apa ini tentang sebuah kecurangan hati atau setia yang sedang lelah.” Deon melompati pagar, kembali menjaga pijakan agar tak menimbulkan bunyi mencurigakan jika memang di dalam sana terdapat orang. Namun, yang jelas Yeni memang ada di kamarnya, tak mungkin tirai jendela yang biasa terbuka lebar harus tertutup sesore ini. Apa dia benar-benar beristirahat? Deon akan menemukan jawaban ketika sudah berhasil masuk melalui pintu belakang. Pria itu menyelinap dengan mudah, hafal terhadap akses masuk tanpa perlu menimbulkan bunyi mencurigakan. Hanya saja, langkah kaki tertahan ketika terdengar suara kaki menuruni tangga. Deon merapatkan diri ke tembok, menjaga napas agar tidak ketahuan. “Kamu yakin dia akan sibuk karena urusan Senja?” tanya Yeni yang langsung mengerutkan kening Deon, kenapa sang istri mengetahui tentang aktivitas dirinya hari ini? Siapa yang sedang bersamanya? Apa ada orang lain di kediaman tersebut? Deon hanya bisa bersembunyi di balik pintu sebuah ruang kosong yang berada di dekat dapur. “Suamimu sedang melacak seorang Netizen yang menciptakan keributan dengan mengklaim karya Senja,” ujar seseorang yang langsung membolakan mata Deon dengan sempurna, “padahal jelas sekali kalau penulis yang dia puji selama ini seorang plagiat, Jean pun tahu tentang keorisinilan karya yang sedang meledak di aplikasi. Apa yang bisa dilakukan oleh pemilik cerita asli ketika dia sama sekali tidak menunjukkan bukti?” Suara Duta Atmaja, editor utama yang sangat dekat dengan dirinya. Kenapa dia bisa masuk ke rumah tanpa sepengetahuan Deon? Jadi, mereka memang memiliki rahasia yang luar biasa, pria itu terlihat sedang tersenyum miris sekarang. Menertawakan diri sendiri. “Kenapa kamu yakin sekali kalau pemilik asli tak akan menuntut?” tanya Yeni sembari menghentikan langkah, dari sisi Deon berdiri sudah jelas melihat kedua tangan sang istri melingkar di leher pekerja di kantornya. Mereka memiliki skandal, tak mau mengedepankan emosi. Deon segera menggunakan logika, mengamankan bukti. Segera merekam dari posisi yang strategis, angel terbaik untuk menangkap pelaku perselingkuhan sekaligus pemegang kunci rahasia. “Kalaupun dia menuntut, tak akan bisa menghentikan kami. Platform hanya akan memperjuangkan sesuatu yang menghasilkan, bukan meladeni sosok tak jelas macam Iblis Jelita.” Penjelasan ini mulai mengarah pada hal yang ternyata diketahui semua orang, apa mereka sengaja mengambil tulisan seseorang yang tak terkenal untuk diakui sebagai karya luar biasa? Deon mendengarkan dengan baik, mereka masih belum menyadarinya. Terus membahas mengenai kebodohan si pemilik buku, kenapa harus menjatuhkan cerita sebagus itu? Bukan salah Senja jika pada akhirnya menaikkan tulisan sampah sebagai karya luar biasa. “Itu hanya tulisan tangan jelek, tetapi Senja mengangkatnya menjadi maha karya. Seharusnya orang itu berterima kasih, bukan membuat keributan. Lagipula, siapa yang akan percaya padanya saat buku asli pun ada di tangan penulis utama kita?” Duta berkata dengan penuh percaya diri sembari mengelus rambut istri Deon, “ngomong-ngomong, kamu kuat sekali hari ini? Aku sampai kewalahan.” Terdengar tawa halus Yeni disertai tangan memukul pelan lengan Duta, “Bosmu hanya memikirkan tentang aplikasi, pengembangan web, dan nasib penulis-penulis pemula. Dia menjadi sangat membosankan di ranjang, mainnya sebentar.” “Jadi, aku hanya pelampiasan?” goda Duta sembari menyambar bibir Yeni yang membalas buas hingga beberapa saat Deon harus menahan diri tak keluar dari persembunyiannya, tetap merekam aksi para hewan yang terjebak dalam tubuh manusia. “Sepertinya aku tak jadi pulang, kita main satu ronde lagi.” Duta langsung menggendong tubuh Yeni kembali ke atas, “kamar mandimu sangat bagus, aku sangat menyukai posisimu ketika berada di bathub.” Deon tergelak pelan, menghentikanpemutar video. Mengumpat dalam hati tentang kenaifan diri, apa dia selama ini sedang dibodohi oleh orang-orang terdekatnya? Terlalu sibuk mengedepankan nasib para penulis dan editor dengan terus memperbaik website sekaligus aplikasi sampai menyingkirkan kepentingan pribadi, tetapi apa yang didapat? Pengkhianatan paling mengejutkan, dobel kill! “Jadi, kalian semua tahu kalau anak itu memang pemilik naskah asli dan tetap membuat orang lain berada di puncak? Menjadikanku sebagai tokoh jahat di mata penulis sejati, sampah-sampah literasi macam kalian memang harus diberantas. Apalagi kuman-kuman kehidupan yang begitu menjijikkan, tunggu saja. Aku akan mengajari cara bertingkah licik dengan benar.” Deon mnegucapkannya sambil mengantongi ponsel, dia harus keluar kembali agar tetap tidak menimbulkan keributan. Deon akan menjadi penonton, sejauh mana orang-orang licik itu berubah menjadi pengkhianat rendahan? ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN