Gadis Super Aneh

1279 Kata
“O—om?” Bee terlihat kaget bukan main saat melihat pria yang mendatanginya muncul lagi, ini belum tiga jam dari pertemuan mereka terakhir kali. Bahkan, Deon mengatakan akan kembali besok untuk mengabarkan tentang tulisan yang diplagiat oleh Senja. “Kamu mau menghancurkan kepalaku dengan benda itu?” tanya Deon melihat tangan Bee mengangkat balok kayu, “kita harus bicara.” “Apa mereka akan membayarku agar tutup mulut tentang kebenaran tulisan itu?” Bee langsung menyambar dengan pertanyaan yang mengejutkan, “setelah kupikir-pikir, tak ada salahnya kalau kujual saja. Aku juga butuh biaya untuk tetap hidup, jadi ….” “Kamu mau menjual hasil pemikiran yang selama ini diperjuangkan?” potong Deon cepat menghentikan ucapan Bee yang hanya menunduk, “di mana keras kepalamu?” Bee hanya berdecih sembari memilih duduk di teras rumah yang benar-benar hampir hancur karena dirusak penagih hutang, “Ada banyak hutang yang harus kulunasi jika masih ingin tetap bernapas, sebodolah dengan cerita itu. Apa Om bisa menyampaikan kalau aku akan tutup mulut serapat-rapatnya asal mereka mau membeli?” Deon tertegun mendengar kalimat yang dikatakan oleh Bee, memang hal tersebut bisa menyelamatkan banyak pihak. Penawaran dari pemilik naskah asli begitu menarik, aplikasi miliknya bisa tetap bebas dari kecaman publik saat dirinya benar-benar membayar. Apalagi saat ini pembaca karya tersebut begitu meledak, tentu akan cepat balik modal. “Akh!” Bee langsung berteriak ketika Deon menyentil keras kening jenong miliknya, laki-laki itu sudah memutuskan untuk menjadi manusia licik demi membalas sakit hati atas pengkhianatan dua manusia terpercaya. “Kenapa Om menyerangku? Aku bisa menuntut, ini kriminal!” Bee kembali terdengar memberikan protes pada Deon yang hanya melenggang lesu menuju bagian dalam dari rumah yang masih terlihat kacau, ada banyak hal yang membuat pikirannya terasa begitu sesak. Dia datang kembali karena sudah kebingungan, tak memiliki tujuan. Setelah berdiam diri cukup lama di dalam mobil, baru berani mengambil keputusan. Bee akan menjadi senjata terbaik untuk memberikan semua orang pelajaran. “Aku lapar, apa yang kamu beli untuk makan malam?” Deon hanya mengatakan kalimat tersebut sambil terus melangkah maju, dia ingin mencari tempat nyaman untuk duduk. Namun, perabot di rumah tersebut sudah tak bersisa. “Aku harus berhemat sampai kalian mau membayar hasil plagiat itu, setidaknya royalty bisa kudapat dari pencuri yang menerima cuan gede. Apalagi namanya sekarang menjadi begitu bersinar karena hasil mengambil jerih payah penulis tak pemes.” Bee bukannya memberikan jawaban yang diinginkan, tetapi kembali menyudutkan Deon mengenai kasus plagiat yang dirahasiakan. “Bisa hentikan ocehanmu tentang naskah itu, aku ingin tenang.” Deon meminta dengan penuh kesungguhan, “aku juga lapar.” Bee mendesaukan napas kesal sembari mengarahkan balok kayu yang dia pegang ke arah Deon, tetapi langsung menghentikan aksinya saat sang pria berbalik sempurna. Hampir saja dia menabrak tubuh laki-laki asing tersebut, beruntung segera mengerem hingga berhenti di waktu yang tepat. Keduanya kembali beradu tatap, saling memindai dibantu cahaya bulan yang masuk melalui atap bolong. “Aku lapar.” Deon masih saja mengatakannya meski sudah jelas Bee sedang malas meladeni tamu tak diundang, “buatkan makan malam.” “Kenapa aku harus patuh pada orang asing?” Bee memberikan tanggapan tanpa mau bersikap jinak, “jangan karena Om memberiku uang, lalu bisa memebodohi. Apa kalian sedang merencanakan sesuatu agar aku tutup mulut selamanya?” Deon tentu saja langsung membulatkan mata dengan sempurna, apa yang sedang dipikirkan oleh gadis SMA itu? Dia bahkan sama sekali tak memiliki niat jahat, justru rencana bagus sedang tersusun dalam otak. Kenapa Beatarisa sangat hobi berburuk sangka? “Jadi, Om ke sini untuk memeriksa kondisiku yang sangat kacau. Setelah tahu aku tinggal sendiri dan dikejar rentenir, tentu bos di perusahaan itu memerintahkan agar penulis asli dihabisi karena tak akan ada yang peduli dengan kematiannya. Kemudian, kalian merayakan lenyapnya nyawaku dengan pesta yang dibiayai dari penjualan naskah hasil plagiat. Woah, sempurna!” Bee masih saja meracau tentang imajinasi yang sangat mengejutkan bagi Deon, dari mana pemikiran fantastis tersebut muncul? “Kamu memang pengarang berbakat, hanya manusia dengan imajinasi tinggi yang sanggup berpikir segila itu.” Deon mengatakan kalimat sarkasme sembari mendorong kepala Bee, “buatkan aku makan malam agar nyawamu masih melekat hingga satu menit ke depan.” “Om Psikopat?” Gadis itu masih saja bertanya meski jelas wajah Deon menunjukkan raut kesal setengah mati, “kenapa Om datang ke sini dan ikut menyiksaku?” “Karena aku akan membantumu membalas plagiat itu. Jadi, berhenti berpikir buruk tentangku.” Deon harus mengatakan tujuannya dengan cepat agar tidak memancing pemikiran aneh lainnya bermunculan karena Bee bukan tipikal manusia normal yang bisa menyikapi masalah menggunakan logika, gadis tersebut lebih rumit dibanding siapa pun yang ia kenal. “Membantuku?” ulang Bee yang tampak bingun dengan kalimat dari Deon, “menolong maksudnya?” “Sejak kapan membantu memiliki konotasi lain dari hal paling positif di dunia?” balas Deon dengan tatap serius, “jadi, buatkan aku makan malam sekarang sebelum pikiran berubah dan laki-laki ini benar-benar menjelma sebagai Psikopat. Bukankah mudah membunuhmu sekarang?” “Oke, aku akan menjadi b***k Om selamanya asal ‘membantu’ masih memiliki makna paling mulia.” Bee langsung memberikan tanggapan sambil melompat senang, “apa yang ingin Om makan, Pop Mie atau nasi goring abang-abang di depan gang?” “Kamu bercanda?” “Aku bahkan hanya membeli mie instan, jangan memerasku dengan meminta makanan mahal.” Bee justru mengeluhkan kehidupan yang begitu sial, “bagaimana dengan bakso?” Deon menggeleng-geleng sambil mendorong tubuh sang gadis hingga berbalik, lalu menyeretnya keluar dari rumah yang masih ditempati meski tak layak huni. Dia memang sedang kelaparan sekarang, satu-satunya hal untuk mengembalikan kewarasan dalam diri memang makan. Dengan begitu, pria tersebut bisa berpikir dengan baik. “Kita akan ke mana?” Pertanyaan yang diabaikan, Deon terus membawa gadis itu keluar dari halaman, dan menuju mobil yang terparkir di dekat pagar rusak. Kemudian, tanpa perasaan mendorong kembali Bee hingga masuk mobil. Pria itu tak berbicara sepatah kata pun, tetapi sikap jelas menunjukkan otoritas yang tidak bisa dilawan. Jadi, sang gadis hanya memilih diam. “Om gak akan menjualku, ‘kan?” tanyanya saat Deon duduk di sisinya sembari menyalakan mesin mobil, “aku bahkan tak memiliki hutang pada Om, seharusnya kalian merasa berhutang padaku. Jadi ….” “Berapa semua hutangmu?” Deon memotong ucapan sang gadis yang terlihat kaget, kini mobil benar-benar melaju dengan kecepatan sedang. “Kenapa Om bertanya?” balasnya dengan satu gerakan kepala memandang pria yang hanya menatap lurus jalanan, “tante yang merawatku melarikan uang tabungan warga, nominalnya mencapai ratusan juta. Sertifikat rumah pun berada dalam genggaman rentenir, aku ….” “Berapa?” Deon masih tak mau bersikap lembut pada gadis tersebut, dia hanya ingin mengetahui semua hutang yang dibebankan pada Bee. “Dua ratus lima puluh juta,” jawab Bee yang memaksa Deon menginjak rem mobil seketika, refleks yang membuat tubuh tanpa self belt terdorong ke depan. Beruntung tak kencang, jidat gadis itu hanya terbentur. Bukan kecelakaan parah. “Om benar-benar mau membunuhku?” tegur Bee dengan nada gusar sambil melotot pada Deon, “akan kutarik penilaian tentang Om yang baik hati karena memberikan uang!” “Kamu mau ke mana?” Deon langsung mencekal pergelangan sang gadis saat Bee mencoba membuka pintu, “aku akan membayar semua hutang beserta uang sekolahmu, tetap di sisiku sebagai gantinya.” Mendengar ucapan Deon memaksa gadis itu membuka mulut lebar-lebar, tentu dia terharu sekarang. Begitu yang sedang dipikirkan sang pria, siapa yang tak akan senang saat mendapat bantuan tidak terduga? Apalagi dari orang asing. “Apa Om seorang Sugar Daddy?” Pegangan Deon dilepas seketika, apa yang salah dengan gadis itu? Kenapa dia selalu berpikir buruk tentang dirinya? Sekarang, pria itu hanya bisa menggeleng-geleng tak mengerti. Apa yang akan dia lakukan pada Bee? ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN