Keinginan dan memperatahankan orang yang dicintai membuat seseorang bisa berubah menjadi sosok yang berbeda. Walau dihati mengatakan tidak ingin melakukannya akan tetapi demi membahagiakan seseorang membuatnya rela melakukan apapun.
Cinta di dalam hati tidak selalu bahagia terkadang ada air mata dan perjuangan untuk bisa mendapatkannya. Kekecewaan, amarah, kesedihan yang datang silih berganti membuat segala sesuatu berubah menjadi lebih kuat menghadapi semua masalah kehidupan dan tetap tersenyum walau menyakitkan.
Suara alarm terdengar nyaring di telinga seorang gadis yang meraba-raba menggapai ponselnya, dengan mata setengah terpejam ia melirik jam di terlihat jelas sudah pukul 5 pagi.
"Mati aku telat bangun," serunya panik.
Ia pun segera ke kamar mandi membuat kebisingan membangunkan sahabatnya yang masih tertidur pulas menikmati mimpinya.
"Keira ini jam berapa? Berisik banget sih," teriak Vio.
"Jam 5, Vi. Bangun Vi bantu aku," ujar Keira berteriak dari kamar mandi.
Setelah selesai mandi Keira menuju kamar Vio, teman satu apartemennya. Vio sudah bagaikan saudari untuk Keira dan perkerjaan temannya itu seorang hair stylist yang dapat membantunya.
"Vi ... ayo bangun, bantu aku," ujar Keira membangunkan Vio dari ranjangnya.
"Kenapa sih? Pagi-pagi begini sudah berisik aja," keluh Vio.
"Aku harus menjemput Cristo, Vi. Pesawatnya akan tiba jam 7 di bandara," ucap Keira dengan memohon pada Vio.
"Kei, please deh ga usah terlalu terburu buru begitu, kalau kamu terlambat sedikit pasti si Cristo akan memakluminnya," ujar Vio kesal.
Keira hanya diam menandang Vio. Ia tahu kalau Vio tidak menyukai hubungannya dengan Cristo. Bagi Vio pria yang ia cintai itu egois, selalu menuntut apa yang diinginkannya tanpa memikirkan perasaan Keira.
"Vi kasian Cristo jika harus menunggu dibandara kelamaan, aku tak bisa membiarkan dia seperti itu."
"Tapi tetap aja menjengkelkan, apa dia ga bisa pulang sendiri. kayak anak kecil aja sih minta dijemput jemput segala."
"Ayo lah Vi tolong bantu aku, rambutku berantakan begini. Please ...."
"Yaa sudah aku bantuin, sini hairdryer-nya aku bantuin deh."
Keira tersenyum. "Kamu memang sahabat terbaikku, Vi."
"Tidak usah memujiku seperti itu. Aku ga suka."
Walau Vio selalu seperti itu, tapi tetap membantunya.
30 menit kemudian...
"Nah sudah cantik deh," ujar Vio melihat dengan puas hasil karyanya pada rambut Keira sudah tertata dengan rapi.
"Terima kasih yaa Vi, kamu itu memang hairstylist yang paling oke banget di Jakarta, betapa beruntungnya aku punya sahabat seperti kamu." Keira memuji Vio.
"Iiish, aku kalau bukan kamu sahabatku mana mau aku dandani kamu," sahut Vio dengan ketus.
"Vi.. aku tau kamu ga suka sama Cristo tapi aku mencintainya."
"Cinta? Buah jenis apa itu cinta? Aku tidak pernah mendengar jenis buah aneh seperti itu."
"Cinta itu tentang hati, Vi bukan jenis buah."
"Cinta ... cinta ... aku lihat kamu itu udah bukan seperti kekasih bagi dia, tapi lebih mirip pembantu Kei."
"Aku tidak merasa seperti kok, Vi."
"Lihatlah penampilanmu tidak seperti Keira yang aku kenal dulu. Kamu itu selalu cantik tanpa perlu make up berlebihan seperti ini, rambutmu tergerai lurus panjang hitam membuatmu tampak natural dan jadi lebih anggun. Penampilanmu juga terlalu di buat-buat seksi hanya demi memenuhi keingan kekasihmu si Cristo," cibir Vio.
"Vi ... aku melakukan semua yang Cristo inginkan karena aku mencintainya dan sebentar lagi aku akan menikah loh dengan Cristo."
"Apa kamu yakin dengan keputusanmu Kei?"
"Aku yakin."
"Walau kalian sudah berpacaran selama 1 tahun tapi aku masih ragu dengan si Cristo itu. Aku mau nanya apa kamu pernah bertemu dengan orang tua Cristo? Apa Cristo sudah pernah bertemu dengan orang tuamu juga? Masa tiba-tiba langsung mau menikah sih. Ini aneh Kei."
"Aku memang belum pernah ketemu sih dengan kedua orang tua Cristo atau pun keluarganya, tapi aku sudah mengenalkan Cristo ke orang tua ku."
"Kapan Om sama Tante ke Jakarta? Perasaan kamu yang selalu ke Surabaya deh."
"Melalui telepon sih ketemunya, hehe."
"Itu sih bukan ketemu Kei. Tapi ini benar-benar aneh Kei. Sebuah pernikahan bukan seperti ini, masa tinggal seminggu lagi menikah kedua keluarga belum pernah ketemu dan saling mengenal sih, Kei."
"Nanti juga akan ketemu kok. Hari ini aku juga janjian sama Papa dan Mama bersama Cristo."
"Aku tidak yakin Kei. Tolong kamu pikirkan baik-baik tentang pernikahan anehmu ini. Masa pacaran setahun itu jarang ketemu lalu pajang foto berduaan di sosial media juga ga boleh. Aku yakin ini pasti ada yang aneh."
"Cristo, anak pengusaha kaya Vi. Katanya Cristo, kami menikah dulu secara resmi baru setelah itu baru akan bertemu dengan orang tuanya."
"Aneh!! di mana-mana itu ketemu keluarga dulu baru menikah bukan sebaliknya, ayoo Kei pikirkan baik-baik deh dengan pernikahanmu. Terbukalah pikiranmu jangan jadi wanita bodoh."
"Aku ga apa-apa kok Vi. Aku sangat bahagia dan selalu bersyukur bisa bertemu dengan Cristo. Dia sangat baik padaku dan dia juga mencintaiku, aku yakin kami akan bisa melalui semua hal bersama," kata Keira dengan yakin.
"Sebuah hubungan ga melulu tentang cinta Kei tapi juga butuh yang namanya materi,keluarga. Aduh, aku pusinglah sama kamu. Apalagi sama si Cristo itu."
"Terima kasih Vi, aku tau kamu itu sangat peduli dan sayang sama aku. Aku mohon doa kan hal yang terbaik untuk aku yaa."
"Tentu saja Kei ... aku akan selalu mendoakan semua yang terbaik dalam hidupmu. Semoga langkah yang kamu ambil ini bukan suatu kesalahan."
"Terima kasih Vi."
Setelah selesai memoleskan make up di wajahnya. Keira bergegas mengendarai mobilnya menuju bandara. Ia tidak ingin terlambar menjemput Cristo, calon suaminya itu tidak menyukai orang yang tidak tepat waktu.
Tidak membutuhkan waktu yang lama akhirnya Keira tiba di bandara. Ia langsung memakirkan mobilnya dan berlari menuju pintu kedatangan
international dengan secepat mungkin sambil menghubungi ponsel Cristo. Ia khawatir Cristo marah padanya, ia sudah terlambat 30 menit dari jadwal mendaratnya pesawat Cristo.
"brugh"
Keira merasa tubuhnya limbung, ia menabrak seorang pria dan jatuh terduduk di lantai.
"Kamu punya mata ga sih?" bentak seorang pria menatap Keira dengan dingin.
Keira yang masih di lantai langsung berdiri. Ia menatap pria tersebut dengan kesal. Ia sudah terlambat menjemput Cristo malah sekarang dibentak seorang pria yang tak dikenalnya.
"Heh, kamu tuh yang jalan pakai mata. Pasti kamu sengaja kan nabrak aku? Hayoo ngaku aja deh," sahut Kayla dengan tak kalah emosi.
"Aduh, Nona sayang sekali yaa kamu itu cantik, tapi ga punya sopan santun. Sudah jelas-jelas kamu yang menabrak aku malah sekarang kamu yang ga terima dan malah menyalahkan aku. Bilang aja kamu tuh mau kenalan denganku, 'kan?" ujar pria itu dengan penuh percaya diri.
Keira terpelongo mendengar perkataan pria tersebut. Ia memperhatikan pria tersebut dari ujung kaki sampai ke ujung kepala, begitu juga sebaliknya pria tersebut juga memperhatikan Keira dari ujung kaki sampai ke ujung kepala.
"Maaf sepertinya kamu mengalami gangguan jiwa yaa, kenapa kamu bisa mempunyai kepercayaan diri tingkat tinggi seperti itu?" balas Kayla tak mau kalah.
Sekarang gantian pria itu yang tidak percaya mendengar perkataan wanita yang ada di hadapannya. Begitu banyak orang di bandara kenapa harus bertabrakan dengan wanita aneh ini?
Ia pun memperhatikan gerak-geriknya. Ia menilai penampilan wanita yang sedang menatapnya marah. Wajah wanita ini cantik, memakai dress seksi persis seperti wanita-wanita yang selalu dikencaninya. Cantik, seksi, dan menarik tapi ada sesuatu yang kurang wanita dihadapannya sangat cerewet. Ia tidak tahan mendengar ocehan wanita yang memiliki warna rambut pirang tersebut.
Wanita dihadapannya terus saja berbicara terus menerus tanpa lelah, ia menjadi pusing sendiri. Sekarang bertambah lagi ponsel wanita tersebut berdering dan tidak menyadari kalau ponselnya terus berdering membuat semuanya semakin saling melengkapi. Ia sudah tidak tahan lagi lalu menarik tubuh wanita cerewet itu dan tanpa basa-basi langsung mencium bibirnya.
Keira membulatkan matanya, tubuhnya menegang. Ia sama sekali tidak pernah menyangka kalau pria tersebut mencium bibirnya.
"Terima kasih cantik, aku suka bibirmu yang manis," ujar pria itu setelah melepaskan tautan bibir mereka.
Pria tersebut berlalu pergi begitu saja dari hadapan Keira yang masih terdiam. Ia masih shock dengan kejadian yang menimpanya hanya bisa terdiam mematung.