1

1436 Kata
Hidup dalam kemewahan tidak menjamin seseorang akan lebih bahagia, terkadang banyak hal yang harus ditutupi dibalik sebuah senyuman. Rasa ingin dicintai dan kenyamanan membuat seseorang sering berganti-ganti pasangan untuk mendapatkan mana hal yang terbaik. Dean Angelo merupakan pengacara atau lawyer yang berwajah tampan, kharismatik, pintar, sukses, dan kaya. Karirnya sekarang dalam masa keemasan, ia selalu memenangkan setiap perkara pengadilan yang ditanganinya. Selain memiliki banyak kelebihan, ia juga seorang pria yang banyak digandrungi wanita. Ia tidak pernah setia pada satu wanita, selalu saja berganti-ganti pasangan. Dean terkenal dengan julukan 1 women for 1 month. Sesuai dengan julukannya, ia tidak pernah lebih dari sebulan saat berhubungan dengan seorang wanita. Seperti saat ini ia sedang bersama Calista, wanita yang sudah menjadi wanitanya satu bulan ini. ''Dean aku ingin bertanya, apa kamu mencintaiku?" tanya Calista pada Dean. "Menurutmu bagaimana?" jawab Dean acuh. Calista menjadi kesal pada Dean, bukannya Dean menjawab pertanyaannya malah balik bertanya. "Kamu apa tidak bisa menjawab pertanyaanku." Calista meninggikan suara nya. "Aku minta putus!" ucap Calista menatap Dean emosi. Dean masih tidak memperdulikan Calista, ia sibuk menatap berkas-berkas yang ada di atas mejanya. "Laki-laki sepertimu tak pantas denganku!! Kau lelaki yang seenak saja tidur dengan sembarangan wanita dan mencampakkan wanita itu jika sudah bosan. Jadi lebih kita putus." "Sudah selesai? Pergilah dari ruanganku, aku sibuk. Mendengarkan ocehanmu yang tak berguna mengangguku saja," ucap Dean. Calista sangat kesal Dean tidak memperdulikannya, ia ingin sekali mencakar pria yang ada di depannya dan membuang playboy berkedok pengacara ke laut mati di makan hiu. "Aku rasa kamu tak pernah mencintai siapapun selain dirimu sendirikan? Aku menyesal telah mengenalmu Dean!!" Calista menghentakan kakinya keluar dari ruang kerja Dean. Dean mendongakkan kepalanya saat mendengar perkataan Calista. Mungkin benar yang dikatakan Calista kalau dia tak pernah mencintai siapapun? Buat apa mencintai seorang wanita jika akhirnya hanya kecewa. Wanita pertama dikenalnya meninggalkan rasa sakit dan kepercayaannya pada seorang wanita. Wanita itu ibunya. Ibunya pergi meninggalkannya meski ia sudah mengiba, menangis, memohon pada wanita yang melahirkannya tapi wanita itu tetap pergi tanpa sekalipun menoleh kebelakang demi seorang pria idaman lain. "Wanita hanya membuat masalah," ucap Dean. Calista merasa sangat marah, kesal, jengkel, sedih, dan berbagai perasaan yang lainnya berkecamuk dalam hatinya. Percuma waktu satu bulan yang dihabiskan bersama Dean. Perkenalan hari pertama dia sudah tidur dengan Dean, menghabiskan waktu berdua berlibur selama seminggu. Selama seminggu Dean tak membiarkan Calista meninggalkan kamar hotel dengan lama, melayani nafsu Dean yang begitu besar dan liar. Walau Dean melakukannya hal tersebut padanya, malah membuat Calista tidak tahan untuk meminta lagi dan lagi. Dean juga bukan lelaki yang pelit, dia sangat royal memberikan berbagai macam barang bermerk yang disukai Calista. Setelah selesai liburan seminggu dia tetap bersama Dean hingga hubungan mereka sebulan. Setelah perayaan hubungan sebulan mereka Dean mulai menghindarinya. Berbagai alasan diberikan Dean agar tidak bertemu dengannya. Dean seorang pengacara yang sukses dan selama 6 tahun belakangan ini tak pernah kalah dalam kasus yang ditanganinya. Calista juga tau kalau pria tersebut seorang Casanova yang suka bergonta ganti pasangan tak pernah berhubungan dengan wanita lebih dari sebulan. Ia berharap bukan salah satu wanita yang hanya berhubungan sebulan dengan Dean. Berbagai cara ia lakukan agar Dean tidak bosan dengannya, tapi ternyata usahanya sia sia. Akhirnya ia menjadi salah satu bagian wanita sebulan Dean. ************* "Rosie Walington" Born 15 June 19xx Dean 12 Desember 20xx Dean memandang sinis melihat papan nisan seorang wanita. Wanita yang meninggalkannya saat masih membutuhkan kasih sayang seorang ibu, seorang wanita yang tega dan sangat egois meninggalkan anaknya hanya demi lelaki lain yang lebih kaya. Tak pernah sekalipun wanita itu melihat Dean. Saat Dean sakit, ulang tahun, dan memohon pada ayahnya agar bisa bertemu dengan ibu nya tak sekali pun Rosie datang untuk Dean. Flashback Saat berumur 16 tahun Dean mencari Rosie, disebuah rumah mewah berwarna abu-abu. Dengan kerinduan yang tak bisa ia tahan lagi berjalan dengan semangat untuk bertemu Rosie. Dibalik pagar berwarna coklat Dean melihat ibunya sedang bermain dan tertawa bahagia dengan keluarga barunya. Seorang anak perempuan yang mungkin berumur 10 tahun memanggil ‘mama’ pada ibunya dan ibunya menjawab dengan sebutan ‘iya sayang’ hatinya terasa sakit saat mendengar anak itu dipanggil sayang. Ia juga ingin dipanggil dengan seperti itu oleh ibunya. "Ibu itu siapa?" tanya anak perempuan itu sambil menujuk Dean. Rosie menoleh keluar pagar, ia bingung siapa pemuda yang berdiri di sana. Ia pun mendekat dan membuka pintu pagar. "Siapa yaa? Mau cari siapa?" tanya Rosie dengan senyuman yang sangat indah. Tubuh Dean bergetar, mata nya berkaca-kaca saat wanita yang sangat dirindukannya berada tepat dihadapannya. "Ibu ..." panggil Dean dengan suara perlahan. Mata Rosie membulat, wajahnya seketika pucat, senyuman yang tadi mengembang diwajahnya sudah berubah. Ia menatap Dean dengan tajam, terlihat dari raut wajahnya kalau ia tak menyukai kedatangan putranya. "Bibi bawa Gracia masuk dalam rumah," ucap Rosie pada asisten rumah tangganya. Setelah Rosie memastikan Gracia masuk ke dalam rumah. Ia menatap Dean dengan pandangan rendah, penampilan putranya yang lusuh membuatnya malu. "Pergi! jangan pernah datang lagi kerumahku. Aku sudah bahagia dengan suami dan anakku, aku tak mau bertemu denganmu, Dean," ucap Rosie dengan dingin pada Dean. "Tapi aku juga anakmu, Ibu. Aku sangat merindukan Ibu." Dean berkata serak menahan rasa kecewa pada Rosie. "Aku mohon jangan mengusirku, Ibu. Aku lulus Sekolah dengan nilai tertinggi. Lihat ini ibu nilai ijazahku." Dean memperlihatnya amplop coklat yang ada di tangannya pada Rosie. Rosie menutup matanya. Ia tidak tega pada Dean, walau bagaimanapun Dean anak yang lahir dari rahimnya. Ia melihat nilai Dean dan tersenyum tipis. Dean, anak yang pintar. Rosie berkata dalam batinnya. "Tunggu sebentar." Rosie masuk ke dalam rumahnya. Dean tersenyum bahagia. Sekilas ia melihat kalau Rosie tersenyum, ia berharap Rosie bangga padanya tidak mudah lulus sekolah menengah atas favorit dengan nilai nyaris sempurna. Rosie kembali menemui Dean, ia memberikan Dean amplop tebal. "Ini untukmu, Dean." Rosie memberikan amplop tebal di tangan Dean. "Apa ini ibu?" tanya Dean bingung. "Ini hadiahku untukmu, belilah pakaian yang layak, dan hidup yang baik. Jangan mengganggu hidupku dan keluargaku." "I-ibu ke-napa?" Dean berkata terbata-bata menahan air mata disudut pelupuk matanya. "Pergi!" "Apa ibu pernah sekali saja menyayangi aku? Apa ibu pernah sekali saja merindukan aku?" tanya Dean bergetar. Air mata terjatuh dipipinya. "Apa pernah ibu? Sekali saja ibu mengingatku?" tanya Dean dengan tubuh bergetar. Ia sangat kecewa dengan perlakuan Rosie padanya. "Tidak pernah! Sekali pun tidak pernah. Pergi Dean!! Aku malu melahirkan anak sepertimu yang lusuk, jelek, dan jorok. Pergi Dean." Dean mengepalkan tangannya, ia tidak menyangka wanita yang melahirkannya menghina dirinya. Air mata masih terus turun dipipinya. "Ingat jangan pernah memanggilku ibu. Kalau suatu hari kita bertemu lagi jangan pernah menyapaku, jangan pernah memanggil namaku. Anggap kau dan aku tak pernah saling kenal. Pergi Dean, pergi!" teriak Rosie dengan keras pada Dean. Dean dengan emosi yang tertahan langsung membalikan badannya berjalan menjauh dari Rosie. Rosie menghela napasnya, menatap kepergian putranya dengan mata memerah. Dengan langkah gontai Rosie masuk ke dalam rumahnya, masuk ke dalam kamarnya dan menangis ditepi ranjang. Anak yang 10 tahun lalu ia tinggalkan sekarang sudah besar. "Maaf kan ibu Dean, ibu selalu merindukanmu, Nak, ibu menyanyangimu, Dean. Maaf ibu yang menghinamu. Ibu tak bisa kembali pada kehidupan seperti dulu dan tak memiliki apapun. Maafkan ibu Dean." Rosie berbicara sendiri menangis memikirkan Dean. Dean menangis sepanjang perjalanan pulang menuju rumahnya yang sederhana. Bukan rumah mewah seperti rumah Rosie. Mengingat penghinaan yang dilakukan Rosie membuatnya bertekat harus sukses. Ia harus sukses agar tidak ada satu orang pun bisa menghina dan merendahkannya terutama oleh Rosie, ibunya. Rasa sayang Dean pada Rosie berubah menjadi rasa benci yang sangat mendalam dan membuatnya tidak lagi percaya dengan yang nama wanita. Flashback off Dean merasakan kehadiran seseorang disampingnya. Ia melirik wanita tersebut dengan tidak suka. "Hai ... kak Dean kan? Aku adikmu, Gracia," ujar Gracia. Ooh, ini anak si Rosie yang masih kecil itu. Dean berkata dalam benaknya. Dean tidak memperdulikan wanita tersebut, ia memilih pergi dari sana. "Kak, tunggu aku," panggil Gracia. "Mama menyayangimu, kak." Dean menghentikan langkahnya. Ia terkejut saat mendengar perkataan Gracia. "Mama tak pernah melupakanmu kak dan setelah papa meninggal terlebih dahulu, mama menceritakan tentang kak Dean ke aku. Mama sangat sedih sudah meninggalkan Kakak dulu. Mama selalu berdoa agar Kakak selalu sehat dan sukses," ujar Gracia. "Apa maumu?" tanya Dean. "Aku tidak menginginkan apapun Kak. Aku tidak memiliki seorang adik dan cuman punya Kakak. Aku harap Kakak dan aku bisa bersama sebagai saudara." Dean menatap Gracia dengan sinis. Ia tidak memerlukan adik. Ia pun melanjutkan jalannya lagi tak memperdulikan Gracia. "Kak tunggu aku," ucap Gracia mengejar Dean. Dean tetap tidak memperdulikan panggilan Gracia. Bagi dirinya ia adalah anak tunggal tidak mempunyai adik, hanya dirinya dan ayahnya saja yang ada di dalam keluarganya bukan orang lain.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN