3

1224 Kata
Terkadang seseorang yang tidak dikenal malah menjadi sosok penolong dibandingkan orang yang sangat kita kenal. Walau tidak sempurna, tapi mampu membuat hati berbedar saat ada yang berusaha masuk menelisik ke dalam relung sanu bari. Perlahan tapi pasti mampu membuat air mata berganti senyuman indah yang sulit untuk tidak terukir di raut wajah. Keira masih terpaku karena di cium Dean. Ia langsung menggelengkan kepalanya dengan tidak percaya mencoba mencerna kejadian yang terjadi padanya. "Mana laki - laki itu kok ga ada yaa," ujar Keira sambil melihat ke berbagai arah, tapi ia tidak menemukan pria tersebut. "Awas aja dia kalau ketemu lagi akan ku balas seenaknya aja main cium bibir orang tanpa basa - basi," ucap Keira sangat kesal. Keira kembali lagi berkeliling mencari Cristo, sudah 30 menit berlalu tapi dia masih tak menemukan Cristo. Ia terkejut saat melihat ponsel dengan ada 20 panggilan tak terjawab dari Cristo. Ia dengan secepatnya menghubungi Cristo. "Hallo Sayang, Kamu dimana? Aku sudah tiba dari tadi dibandara?" "Maaf Kei, aku tidak jadi pulang." "Kenapa? Kenapa kamu ga jadi pulang. Orang tua ku bagaimana? Hari ini kan kita janjian bertemu orang tua ku untuk membicarakan lebih lanjut tentang pernikahan kita" "Maaf Kei ... kamu tahu saat pertama kali kita bertemu denganmu, aku langsung jatuh cinta pada pandangan pertama padamu. Kamu sangat cantik dan aku tak bisa untuk tidak terus menatapmu, kamu begitu mempesona. Aku mencintaimu Kei." "Aku juga mencintaimu Cris." "Tapi aku memohon maaf padamu, rencana pernikahan kita batal Kei." "Batal! Apa maksudmu? Apa kamu ingin pernikahan kita ditunda? Kamu hanya bercanda kan Cris," kata Keira dengan suara keras. "Aku tidak bisa menikah denganmu Kei. Aku akan sudah dijodohkan dengan wanita pilihan orang tua ku. Maafkan aku Keira." "Seenak saja kamu minta maaf. Kenapa kamu begitu tega pada Cris." Keira menahan rasa sakitnya tanpa terasa air mata terjatuh dipipinya. "Aku mohon jangan menangis Keira, aku pun tak sanggup berpisah denganmu, aku sangat mencintaimu Kei. Aku terpaksa melakukan ini Keira." "Kalau kamu cinta sama aku, kenapa kamu tidak menentang perjodohan orang tuamu." "Kei selama ini aku selalu hidup dengan segala fasilitas dari orang tua ku jika aku tetap memilihmu orang tua ku akan membuang aku dan aku..." "Sudah cukup!!! Tidak usah banyak alasan, putus yaa putus aja!" Keira berkata dengan emosi dan memutuskan sambungan telepon. Keira menahan rasa sakit dihatinya, ia berjongkok di lantai sambil menangis. Ia tidak percaya Cristo begitu tega padanya setelah setahun mereka berpacaran lalu saat mendekati pernikahan malah Cristo membatalkan semuanya. Dean, pria yang mencium Keira berdiri tidak jauh dari wanita tersebut. Ia memperhatikan dan mendengar semua pembicaraannya, bukan maksud Dean untuk mendengar pembicaraan Keira, tapi wanita berbicara di telepon dengan suara keras, mau tak mau dia jadi mendengar pembicaraannya. Dean berjalan mendekati Keira, ia mengulurkan tangannya memberikan tissu pada Keira. "Usap air matamu tidak ada gunanya kamu menangis seperti itu hanya untuk pria yang tidak berguna." Keira mendonggakan kepalanya saat mendengar suara seorang pria. Ia menatap tidak percaya dengan pria yang ada di hadapannya, pria yang tadi mencium bibirnya. "Terima kasih." "Berdirilah jangan berjongkok seperti itu." Mendengar perkataan pria yang ada di hadapannya, Keira langsung berdiri dan menatap wajah lelaki tersebut dengan kesal. Perasaannya sekarang campur aduk marah, sedih, kecewa, sakit hati entah rasa apa lagi yang dia rasakannya. Dean menyentuh wajah Keira dengan lembut dan menghapus air mata yang masih jatuh dipipinya. "Air matamu begitu berharga, lupa kan masa lalu lanjutkan hidupmu," ujar Dean lembut. "Ini bukan urusanmu!!!" bentak Keira dengan kesal. Dean mengerti bagaimana perasaan wanita yang sedang terluka itu sekarang, ia sangat tahu dan mengerti bagaimana rasanya dikecewakan oleh orang yang dicintai. Keira menghapus air matanya dengan kasar, membalikan badannya dan pergi begitu saja dari hadapan Dean. Dean tersenyum menatap Keira yang pergi dari hadapannya, ia tertarik pada wanita yang tidak di kenalnya. "Sayang sekali kamu sudah pergi padahal aku belum mengenalmu," ujar Dean pada dirinya sendiri. Dean menghubungi ayahnya, dia juga menunggu jemputan ayahnya dibandara. Dering ponsel Dean berbunyi, dia yakin ayahnya lah yang menghubunginya. "Dean maaf ayah terlambat menjemputmu" "Iya ayah ga apa apa. Ayah dimana?" "On the way jemput kamu." "Ayah ingat restoran yang dulu ingin datangi. Apa kah masih buka sampai sekarang?" "Restoran Orien, masih buka Dean. Ada apa?" "Kita bertemu disana aja ayah, aku nanti naik taxi kesana." "Ok. Ayah akan kesana." Dean teringat restoran Orien. Salah satu restoran yang sangat ingin ia datangi bersama ayahnya. Dulu ia tidak mampu untuk ke sana karena harga makannya yang sangat mahal. Ia dulu hanya orang tidak mampu, tidak sanggup untuk membeli makanan disana tapi berbeda sekarang. Ia sekarang sangat mampu bahkan bahkan sanggup membeli restoran tersebut bukan hanya makanannya saja. ************** Dean masuk ke dalam restoran, restoran ini masih sama seperti dulu, tapi tiba tiba matanya tertuju pada seorang wanita yang dikenalnya di bandara sekarang sedang duduk di meja sendirian, mungkin ini yang dinama jodoh. Ia mendekatinya. Wanita itu meletakkan wajahnya di atas meja. "Hai bertemu lagi nih, boleh aku duduk disini," kata Dean menyapa Keira. Keira hanya menatap Dean sekilas. Ia terlalu lelah untuk mengusir orang lain. "Duduklah dimana pun kamu mau," jawab Keira dengan tidak bersemangat. Dean duduk dihadapan Keira tak lama seorang waiters datang membawa menu makanan. "Kamu sudah memesan makanan atau minuman?" tanya Dean. Keira hanya bisa menggelengkan kepalanya. "Pesan 2 capucino ya." Dean menatap Keira dengan serius, wanita ini tidak menangis, tidak marah tapi hanya diam dengan wajahnya masih ditempat yang sama. "Aku, Keira Rose. Aku berkerja sebagai editor di majalah Kartika," ucap Keira memperkenalkan dirinya. "Aku, Dean Angelo berkerja sebagai lawyer di Dickson Davis Law firm Miami, ini kartu namaku," ujar Dean memberikan kartu namanya dimeja tempat Keira masih meletakkan wajahnya. "Ooh, baguslah kamu mengerti hukum, aku tidak akan menuntutmu karena tadi melakukan pelecehan padaku tadi." "Apa kamu masih betah menaruh wajahmu dimeja itu? Tidak berfikir kalau meja itu kotor dan bisa membuat wajahmu jadi berjerawat." Perkataan Dean tentang jerawat membuat Keira mengangkat wajahnya. "Terima kasih." Keira kembali diam. "Aku batal menikah padahal tinggal seminggu lagi, aku bingung bagaimana harus mengatakannya pada orang tua ku," keluh Keira pada Dean. "Katakan saja hal yang sebenarnya banyak orang yang gagal menikah bahkan di detik detik terakhir pernikahan," ujar Dean. "Berbicara itu gampang, kamu tidak tahu kan orang tua ku sudah bersusah payah membantu biaya pernikahanku. Aku bukan orang kaya yang bisa mendapatkan uang dengan mengedipkan mata saja dan orang tua ku pasti akan kecewa kalau mereka tau anak mereka gagal menikah." "Lalu bagaimana? Apa kamu akan tetap menikah tanpa suami?" "Entahlah... aku mau pergi dulu sebentar lagi orang tua akan sampai disini. Terima kasih tuan Dean Angelo sudah mau mendengarkan aku." Keira pergi meninggalkan Dean. Baru beberapa langkah dia pergi Dean memanggilnya kembali. "Hei, Keira capucinno belum datang." Keira membalikan badannya dan tersenyum pada Dean membuat Dean terpanah memandang Keira tersenyum padanya. Senyum Keira benar-benar mempesonanya. "Maaf aku sedang tak berminat minum kopi dan ini uang untuk aku membayar kopi yang sudah terlanjur kamu pesan," kata Keira sambil mengambil dompetnya. "Tidak usah biar aku yang membayarnya karena aku yang memesannya," ucap Dean. "Terima kasih." Keira melanjutkan lagi langkah kakinya keluar restoran Orien. Dean menatap kepergian Keira kecewa tak bisa berbicara lagi dengan gadis tersebut. Saat sedang melihat ponselnya tiba-tiba Keira ada di hadapannya dengan wajah panik membuat Dean terkejut. "Tolong bantu aku," ujar Keira panik. "Kamu kenapa?" tanya Dean heran. "Tolong jadi kekasih ku untuk sementara," ucap Keira dengan serius. Dean tidak percaya mendengar perkataan Keira. *****************
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN