Save Me 49

1303 Kata
Aku pernah merasakan sakit hati yang teramat dalam dan baru kali pertama kurasa sepanjang kehidupan. Beruntungnya aku memiliki Allah dan keluarga yang sangat sayang, Terutama orang tua dan kakak. Papa memberi semangat hingga aku kembali bangkit dari segala jenis keterpurukan. Aku berhasil bangkit dengan wajah dan suasana hati yang baru. Bukan hanya terbebas dari penyakit! Aku juga harus terbebas dari belenggu cinta yang salah! Aku tak menyangka, waktu berjalan sangat cepat, tak terasa tanggal pernikahan sudah ditentukan dan akan terlaksana dua bulan ke depan. Telinga yang dinyatakan tidak bisa sembuh juga tiba-tiba pendengaran ini kembali lagi ketika menerima telfonan dari Rizki... Alfarizki yang nantinya jika menikah denganku akan kusebut dengan panggilan Mas Rizki. Aku benar-benar tidak menyangka jika pendengaran sebelah kanan ini kembali normal. Di tanggal 06 Mei 2017 aku berangkat dinas di salah satu puskesmas. Tapi, apel pagi membuatku ambruk. Hari itu aku pingsan hingga mengharuskan aku untuk dibawa ke rumah sakit. Hari itu aku dirawat lagi. Yah, lagi! Keluarga calon suamiku mengetahui berita aku dirawat. Bukan celaan atau makian yang aku dapatkan, mereka justru memberiku semangat agar aku sembuh dan tetap melanjutkan rencana pernikahan ini. Karena sakit hari inilah telinga yang sebelumnya sembuh, kembali hilang lagi pendengarannya. Hingga detik ini. Aku hanya bisa mendengar dengan satu telinga yaitu sebelah kiri. *** Dua hari sebelum menikah ternyata Allah memberikanku sebuah peringatan agar aku selalu bersyukur dan mengingat-Nya. Aku sakit dan harus dirawat lagi karena kesehatan yang belum terlalu pulih. Dokter menyarankan agar aku dirawat malam itu juga. Tapi, aku tak mau karena menuju khitbah itu hanya dua hari lagi saja. Aku yakin, jika dirawat tak akan cukup tiga hari menginap di rumah sakit. Beruntungnya aku, dokter mengizinkan pulang setelah aku merengek meminta pulang dan berjanji untuk rutin kontrol. Dua hari kemudian, aku dipersunting oleh lelaki yang bisa menerima segala kekurangan, yang mengetahui bahwa aku mantan penderita meningitis dan masih butuh banyak waktu untuk memulihkan kesehatan. Seperti sebuah keajaiban. Ketika aku berkomunikasi dengan calon suami lewat telefon, tak sengaja ponsel tersebut kutempelkan pada telinga sebelah kanan yang sudah terdiagnosa tak akan sembuh dan tak bisa mendengar lagi. Aku terkejut tiba-tiba saja telinga kananku kembali berfungsi dan bisa mendengar suara di telefon dengan sangat jelas. Hari itu aku sangat bersyukur dan bahagia. Ya... walau hal itu hanya berlangsung sementara. Namun aku tetap merasa sangat bersyukur. *** Minggu 11 Juni 2017 aku resmi menjadi seorang istri dari Alfarizki, laki-laki yang tak pernah merendahkan atau mengungungkit kekuranganku. Bahkan, di hari pernikahan, aku malah pingsan! Keputusan aku menikah dengan Alfarizki memang tepat. Allah sudah menakdirkan lelaki itu menjadi suamiku. Ya... walau sangat lama hingga akhirnya aku bisa menaruh hati pada dia. Tujuanku menikah selain untuk ibadah adalah karena ingin merasakan kasih sayang seorang suami. Aku takut... takut jika Allah memanggilku dalam waktu dekat. Pernikahan adalah tujuan bagi sebagian besar pasangan yang saling mencintai. Pernikahan dianggap sesuatu yang sakral dan menjadi awal kehidupan baru bagi banyak orang. Akan tetapi, tujuan menikah tak selamanya sama bagi setiap orang, bahkan dua individu dalam sebuah hubungan pun bisa memiliki tujuan yang berbeda. Sebuah survey yang diselenggarakan oleh organisasi Relationship Australia dalam jangka beberapa tahun, menunjukkan adanya beragam alasan dan tujuan yang membuat seseorang memutuskan untuk menikah. Berikut adalah sejumlah tujuan mengapa seseorang menikah: Cinta. Supaya ada yang menemani dalam menjalani kehidupan. Menyatakan komitmen seumur hidup. Memberikan keamanan bagi anak-anak. Membuat komitmen publik pada satu sama lain. Mendapatkan status legal (sah) dan keamanan finansial. Memenuhi ajaran agama. Di sisi lain, tidak sedikit orang yang menolak untuk menikah. Berdasarkan survey yang sama, hal ini disebabkan karena beberapa hal, seperti: Pengalaman buruk sebelumnya dalam hubungan sebelumnya. Tidak ingin berkomitmen. Memandang bahwa untuk berkomitmen tidak memerlukan pernikahan. Merasa takut gagal berumah tangga. Menikmati hidup sebagai lajang Dari sudut pandang Islam, tujuan menikah dalam Islam tidak hanya semata-mata untuk menyatukan dua orang yang saling mencintai. Pernikahan dalam Islam adalah bagian dari menjalankan perintah agama (mendapatkan rida Allah) dan mengikuti sunah sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Islam juga menganjurkan umatnya untuk menikah dan hidup berpasangan untuk beberapa tujuan lainnya. Dilansir dari laman Kementrian Agama, inilah beberapa tujuan menikah dalam islam. Pertama. Menjaga diri dari perbuatan maksiat. Dalam pandangan Islam, menikah merupakan salah satu cara untuk menjaga diri dari perbuatan maksiat. Memiliki hawa nafsu atau dorongan s*****l merupakan fitrah atau hal yang lumrah bagi laki-laki dan perempuan. Namun, seseorang yang tidak mampu menahan dorongan s*****l dapat terjerumus dalam perbuatan maksiat. Dengan menikah, seseorang dapat lebih mengendalikan nafsu sehingga perbuatan maksiat bisa dihindari. Di sisi lain, membahagiakan pasangan dalam pernikahan Islami bisa mendatangkan berkah dan pahala. Anjuran menikah ini adalah bagi mereka yang telah mampu untuk memikul tanggung jawab dalam pernikahan. Namun, jika merasa belum mampu maka sebaiknya Anda menjalankan puasa sebagai cara untuk mengendalikan diri. Ke dua. Mendapatkan kenyamanan dan kedamaian dalam menjalani kehidupan. Tidak semata-mata untuk menghindari dosa, tujuan menikah dalam Islam adalah untuk mendapatkan kenyamanan dan kedamaian dalam menjalani kehidupan. Oleh karena itu, umat Islam dianjurkan memilih pasangan yang dapat memberikan kenyamanan. Pasangan yang menikah diharapkan bisa bersama-sama membangun rumah tangga Islami yang sakinah (tenang, tenteram, rukun), mawaddah (penuh cinta), dan rahmah (penuh kasih sayang). Ke tiga. Memiliki keturunan dan memperbanyak jumlah umat islam. Tujuan pernikahan dalam islam selanjutnya adalah memiliki keturunan. Selain sebagai penerus kedua orangtuanya, anak-anak ini juga dapat memperbanyak jumlah umat muslim. Dengan demikian, umat muslim dapat semakin kokoh dan kuat. Anak-anak kaum muslim juga diharapkan dapat menjadi penerus yang berguna bagi masyarakat, bangsa, dan agamanya. Ke empat. Membangun keluarga Islami dan memperkuat penerapan syariat. Keluarga adalah unit terkecil dalam bermasyarakat. Untuk menerapkan syariat Islam secara menyeluruh di dalam kehidupan, maka harus dimulai dari keluarga terlebih dahulu. Dengan membina keluarga Islami, maka penerapan syariat Islam juga dapat dilakukan di dalam anggota keluarga. Hal ini mendorong terciptanya kondisi bermasyarakat dan bernegara yang diridai Allah SWT. Dengan memahami tujuan menikah secara umum dan dalam Islam di atas, semoga dapat membantu Anda mempertimbangkan matang-matang sebelum memutuskan untuk menikah. *** Sejak menikah, aku memanggil Alfa dengan sebutan Mas Rizki... sesuai dengan janjiku padanya. Memang panggilan itu sangat cocok dengannya. Dia adalah rizki (rezeki) yang telah Allah berikan untukku. Parasnya yang tampan bisa memperbaiki keturunanku nanti. Hidungnya sangat mancung, dengan alis yang tebal dan kulitnya yang putih bersih. Mama Rosa adalah asli keturunan Arab, sedangkan suaminya, ayah kandung Rizki seorang pria tampan nan gagah. Bekerja di BUMN membuat beliau tampil selalu rapi. Aku paham sekarang, anak sulungnya yang selalu berpenampilan rapi itu menurun dari siapa. "Tapi aku nggak mau dipanggil Adek sama kamu!" ujarku pada lelaki yang sudah menjadi suamiku. "Kenapa?" "Sebenarnya aku ingin kita seperti Aisyah dan Fahri di film Ayat-ayat Cinta." Lelaki tampan itu terkejut. Matanya terbelalak seketika. "Kamu mau aku poligami, Septi? Tidak! Aku nggak mau! Aku hanya mencintai kamu dan sampai kapan pun aku akan selalu mencintai kamu." Kalimat yang suamiku ucapkan itu benar-benar romantis. Namun, aku malah ingin tertawa. "Bukan gitu maksud aku! Sebenarnya aku ingin memanggil kamu dengan sebutan nama saja dan kamu pun begitu. Panggil aku Septi saja. Namun... karena aku sudah berjanji akan memanggil kamu dengan sebutan Mas Rizki... jadi... mulai sekarang aku panggil kamu dengan sebutan, Mas!" Mas Rizki tersenyum. "Septi... apa aku boleh mencium keningmu?" Aku menarik napas sangat panjang. Tadinya aku ingin menolak. Namun, setelah ingat bahwa perbuatan itu dosa dan hanya akan membuatku dilaknat. Maka aku iyakan. Malam ini untuk kali pertamanya, Mas Rizki mencium keningku. Pria itu mengecup dengan penuh kelembutan. Setelah itu... ia memberikan doa untukku. "Apa aku boleh memeluk kamu?" tanyanya lagi. Aku mengangguk dan Mas Rizki segera mendekap tubuhku. Aku terkejut ada air yang menetes di permukaan lenganku. Ternyata, suamiku meneteskan air mata. "Kamu kenapa, Mas?" tanyaku heran. "Aku bahagia sekali karena telah menikahi kamu. Aku nggak percaya... perempuan yang sudah lama aku idamkan akhirnya menjadi jodohku." Aku benar-benar tidak menyesal karena telah menikah dengan lelaki itu. Dia sangat memuliakan aku. Bahkan, ia pun membiayai aku untuk melanjutkan kuliah. *** Bersambung...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN