Save Me 13

2621 Kata
Setelah memiliki pengalaman di dunia keperawatan saat berdinas di Rumah Sakit Umum Daerah Subang. Di akhir tahun 2015 ini aku mempunyai pengalaman baru, yaitu mulai menjadi Bicil, Bidan Cilik. Beberapa dokter koas juga menyebut kami dengan panggilan Debi, Dede Bidan. Usia 18 tahun memang terlihat sangat muda untuk menjadi seorang Bidan. Di Rumah Sakit Umum Daerah Sumedang ini aku pertama kali bertugas di ruang IGD VK. IGD arah singkatan dari Instalasi Gawat Darurat, sedangkan VK sendiri singkatan dari  Verlos Kamer yang artinya ruang bersalin. Jadi, IGD VK adalah ruangan pertama yang didatangi para pasien dengan keluhan seputar kandungan. Dari penyakit kista, miom, keguguran, kehamilan yang bermasalah, melahirkan atau ibu nifas yang bermasalah akan masuk ke sini dulu sebelum mendapatkan perawatan. Selama beberapa hari di sini, banyak pasien yang datang dengan beragam keluhan. Pasien yang masih kuingat sampai sekarang adalah ibu nifas dengan keluhan yang jahitan vaginanya robek. Pagi itu aku berniat puasa. Malamnya, aku sudah makan sahur dengan ketoprak. Usai dinas malam, pagi-pagi buta IGD kedatangan pasien dengan banyak darah yang keluar dari organ kewanitaannya. "Dianamnesa dulu, Neng," ujar salah satu bidan senior. Anamnesis atau anamnesa adalah teknik pemeriksaan medis pertama yang dilakukan secara langsung atau melalui orang yang lebih akrab dengan kondisi kesehatan pasien melalui wawancara antara dokter atau ahli kesehatan lainnya. Anamnesa bertujuan untuk mengumpulkan data tentang masalah kesehatan dan medis pasien sehingga mereka dapat mengidentifikasi perkiraan diagnosis atau masalah medis yang dihadapi pasien. Anamnesis adalah komunikasi aktif atau dialog antara dokter, staf medis, dan pasien, sehingga komunikasi aktif adalah bentuk komunikasi yang melampaui komunikasi empatik. "Apa keluhannya, Bu?" tanyaku seraya membawa catatan kecil di tangan. "Ini, Bu Bidan. Saya dua hari yang lalu melahirkan di puskesmas. Karena robek, terus dijahit. Tapi, jahitannya sekarang robek lagi." Aku mencatat semua keluhan pasien. Setelah lengkap, tangan ini mulai menutup tirai-tirak pembatas tempat tidur pasien guna menutupi privasi pasien. "Dilepas dulu celana dalamnya, ya, Bu." Aku berjalan ke rak penyimpanan diapers dan alas yang biasa digunakan untuk melahirkan. Kami biasa menyebutnya dengan underpad. Pasien itu membuka celana dalamnya dan kembali berbaring dengan alas yang sudah kusiapkan. Aku melihat begitu banyak darah yang keluar dari sana. "Astaghfirullah... tunggu bentar, ya, Bu." Karena merasa itu adalah sudah bukan wewenanganku lagi. Akhirnya aku memanggil bidan senior untuk memeriksa pasien. Usai melakukan inspeksi. Inspeksi adalah proses pemeriksaan dengan metode pengamatan atau observasi menggunakan pancaindra untuk mendeteksi masalah kesehatan pasien yang sedang sakit. Benar saja, bidan senior itu terkejut mendapati luka robekan yang amat parah. Daging itu benar-benar koyak sehingga darah pun mengalir begitu deras. Aku benar-benar merasa ngolu dan mual. Sarapanku pagi ini adalah melihat darah yang begitu banyak. "Neng, siapin alat untuk heckting, ya." Heckting adalah menjahit luka yaitu dengan tindakan mendekatkan tepi-tepi luka dan mempertahankan dengan benang atau jahitan sampai terjadi kontinuitas jaringan. 3.5 Sebelum dilakukannya tindakan medis, keluarga pasien harus menandatangani surat persetujuan tindakan medis. Saat itu aku mengambil dan menyiapkan heckting set yang berisi: Bak instrumen. Pinset cirugis. Pinset anatomis. Gunting angkat jahit. Needle holder atau nald voeder. Gunting operasi lurus (tajam/tajam atau tajam tumpul). hecting nald atau jarum jahit. Dan Catgut chromik, atau benang heckting. Usai meletakkan heckting set di dekat bidan. Aku berdiri tepat di samping kirinya. "Neng, ambil lampu sorot, ya. Siapin di sini." Dengan sigap aku pun menuruti instruksi sang bidan. Dan segera mengarahkan lampu tersebut ke lokasi yang akan dilakukan penjahitan. Aku melihat bidan senior melakukan anastesi lokal pada daerah kewanitaan ibu berusia tiga puluh tahun itu.  Anestesi lokal (bius lokal) merupakan prosedur pemberian obat-obatan yang dapat memblokir sementara rasa nyeri dan sensasi pada area tubuh tertentu selama operasi. Prosedur ini akan membuat area tubuh mati rasa. Pasien akan tetap sadar dan mungkin merasakan sedikit tekanan selama operasi dilakukan, namun tidak akan merasa nyeri sama sekali. "Tarik napas, ya, Bu... jangan tegang." Bidan memberikan aba-aba. "Aw... aduh sakit, Bu!" "Sebentar, kok, sakitnya. Tahan, ya... sebentar lagi, kok. Ini biar nggak sakit pas dijahit." Beberapa saat kemudian, obat bius itu bekerja. Lalu, bidan senior langsung melakukan tindakan dengan menjahit perineum yang telah koyak parah. Perineum sendiri adalah otot, kulit, dan jaringan yang ada di antara kelamin dan a**s. "Ya Allah, ini, kok, yang robek sampai mau ke a**s!" Bidan itu merasa prihatin melihat luka pasien. "Aduh, iya, Bu Bidan. Kemarin juga pas buang air besar sampai lewat lubang yang di depan." Mendengar ucapan pasien, kami semua para petugas kesehatan yang menangani pun ikut bergidik. "Siapa yang jahit, Bu? Bidan di puskesmas?" tanya bidan senior. "Iya, Bu Bidan." "Ini bidannya nggak benar! Seharusnya kalau luka seperti itu tidak boleh dijahit sendiri. Harusnya dia rujuk ke rumah sakit. Bahkan saya juga sudah tidak berwenang melakukan hal ini, Bu." Kebetulan di sana juga ada dokter yang menyaksikan. Lalu, beliau angkat bicara. "Udah nggak apa-apa. Tanggung, selesaikan aja. Insya Allah nggak apa-apa." "Neng Septi, arahkan lampunya ke sini, ya. Ini kurang jelas." Sambil mengarahkan senter, aku terus menahan mual. Darah di sana terlihat begitu banyak. Selain karena puasa, sebenarnya sejak kecil aku takut pada darah. Bahkan, aku pernah pingsan ketika menyaksikan sapi kurban disembelih saat di sekolah dulu. Usai mendekatkan senter ke bidan senior, kepalaku semakin pusing saja. Aku takut pingsan. Aku berusaha menjauhkan diri dari hadapan pasien. Aku tidak mau pingsan di sini. Namun, baru saja kaki ini mundur beberapa langkah ke belakang. Aku terjatuh dan tidak sadarkan diri. Ya, hanya itu yang bisa kuingat. Atas alasan itulah aku selalu ingat dengan pasien tersebut. Karena aku pingsan untuk pertama kalinya di hadapan pasien. Rasanya sangat malu dan menurunkan wibawaku sebagai petugas kesehatan. *** Bukan hanya melihat kegiatan menjahit jalan lahir, selama mengikuti Praktik Klinik Kebidanan dasar di Rumah Sakit Umum Daerah Sumedang ini aku mendapatkan banyak pelajaran. Memantau kala I sampai kala IV persalinan. Pada kala I, kontraksi uterus akan dirasakan semakin sering dan kuat sehingga ibu hamil dapat dibiarkan di tempat tidur dengan posisi sesuai keinginan ibu agar merasa nyaman. Namun, dapat disarankan agar ibu berbaring miring ke kiri bila punggung janin ada di sebelah kiri. Setelah pembukaan lengkap dan memasuki kala II, ibu sebaiknya berada di meja bersalin agar dapat diposisikan setengah duduk dan litotomi. Posisi ini dipertahankan hingga janin dan plasenta dilahirkan. Memasuki kala IV, ibu dapat berbaring kembali atau duduk untuk memulai inisiasi menyusu dini (IMD). Kala I dimulai dengan kontraksi uterus dan dilatasi serviks, terbagi menjadi dua fase yaitu fase laten dan fase aktif. Fase laten adalah pembukaan serviks 1–3 cm dan berlangsung sekitar 8 jam, sedangkan fase aktif adalah pembukaan serviks 4–10 cm berlangsung sekitar 6 jam. Pemeriksaan yang perlu dilakukan pada kala I adalah: Pemeriksaan tanda vital ibu, yaitu tekanan darah setiap 4 jam serta pemeriksaan kecepatan nadi dan suhu setiap 1 jam. Pemeriksaan kontraksi uterus setiap 30 menit. Pemeriksaan denyut jantung janin setiap 1 jam, pemeriksaan denyut jantung bayi yang dipengaruhi kontraksi uterus dapat dilakukan dengan prosedur cardiotocography (CTG). Pemeriksaan dalam dilakukan setiap 4 jam untuk menilai dilatasi serviks, penurunan kepala janin, dan warna cairan amnion. Terdapat beberapa tindakan yang dilakukan pada kala I tetapi kurang memberikan manfaat, sehingga tidak dilakukan secara rutin, yaitu pemasangan kateter urin dan prosedur enema. Sebagai petugas kesehatan, kota harus pastikan bahwa pasien dilarang mengejan sebelum kala I selesai, karena dapat menyebabkan kelelahan dan ruptur serviks. Kala II merupakan fase dari dilatasi serviks lengkap 10 cm hingga bayi lahir. Pada kala ini pasien dapat mulai mengejan sesuai instruksi penolong persalinan, yaitu mengejan bersamaan dengan kontraksi uterus. Proses fase ini normalnya berlangsung maksimal 2 jam pada primipara, dan maksimal 1 jam pada multipara. Tindakan persalinan normal pada kala II adalah: Persiapan melahirkan kepala bayi. Jaga perineum dengan cara menekannya menggunakan satu tangan yang dilapisi dengan kain kering dan bersih. Jaga kepala bayi dengan tangan sebelahnya agar keluar dalam posisi defleksi, bila perlu dilakukan episiotomi. Periksa apakah ada lilitan tali pusat pada leher, jika terdapat lilitan maka dicoba untuk melepaskannya melalui kepala janin, jika lilitan terlalu ketat maka klem dan potong tali pusat. Persiapan melahirkan bahu bayi setelah kepala bayi keluar dan terjadi putaran paksi luar. Posisikan kedua tangan biparietal atau di sisi kanan dan kiri kepala bayi. Gerakkan kepala secara perlahan ke arah bawah hingga bahu anterior tampak pada arkus pubis. Gerakkan kepala ke arah atas untuk melahirkan bahu posterior. Pindahkan tangan kanan ke arah perineum untuk menyanggah bayi bagian kepala, lengan, dan siku sebelah posterior, sedangkan tangan kiri memegang lengan dan siku sebelah anterior. Pindahkan tangan kiri menelusuri punggung dan b****g, dan kedua tungkai kaki saat dilahirkan. Saat proses melahirkan kala II ini, dilarang mendorong abdomen ibu karena dapat menyebabkan komplikasi ruptur uteri. Kala III adalah setelah bayi lahir hingga plasenta keluar. Asuhan persalinan yang dilakukan adalah: Periksa adakah bayi ke-2. Suntikkan oksitosin intramuskular pada lateral paha ibu, atau intravena bila sudah terpasang infus. Pasang klem tali pusat 3 cm dari umbilikus bayi, lalu tali pusat ditekan dan didorong ke arah distal atau ke sisi plasenta, dan pasang klem tali pusat ke-2 sekitar 2 cm dari klem pertama. Gunting tali pusat di antara kedua klem, hati-hati dengan perut bayi. Lalu bayi diberikan kepada petugas kesehatan lain yang merawat bayi, atau bayi segera diletakkan di d**a ibu untuk inisiasi menyusu dini (IMD). Lakukan peregangan tali pusat saat uterus berkontraksi untuk mengeluarkan plasenta. Cara peregangan tali pusat adalah satu tangan membawa klem ke arah bawah, sedangkan tangan lainnya memegang uterus sambil didorong ke arah dorso kranial. Jika tali pusat bertambah panjang maka pindahkan klem hingga jarak 5-10 cm dari vulva ibu, lakukan peregangan tali pusat berulang dengan perlahan hingga plasenta lahir spontan. Jika dalam 30 menit plasenta tidak lahir spontan, atau terjadi retensio plasenta, maka lakukan manual plasenta. Saat proses melahirkan plasenta, dilarang menarik tali pusat terlalu keras karena dapat menyebabkan plasenta keluar tidak utuh. Plasenta yang keluar harus diperiksa apakah keluar utuh. Jaringan plasenta yang tertinggal di dalam uterus dapat menyebabkan komplikasi di masa nifas seperti infeksi postpartum atau perdarahan pervaginam. Kala IV adalah fase setelah plasenta lahir hingga 2 jam postpartum. Pada kala ini dilakukan penilaian perdarahan pervaginam, bila ditemukan robekan jalan lahir maka perlu dilakukan hecting. Setelah itu, tenaga medis harus menilai tanda-tanda vital ibu, memastikan kontraksi uterus baik, dan memastikan tidak terjadi perdarahan postpartum. Selain itu, ibu sebaiknya dimotivasi untuk melakukan IMD dalam waktu minimal 1 jam setelah melahirkan. Setelah proses IMD selesai atau 1 jam setelah lahir, bayi akan diberikan suntikan vitamin K secara intra muskular di anterolateral paha kiri, dan 1 jam setelahnya diberikan imunisasi hepatitis B pada anterolateral paha kanan. Memandikan bayi selama 24 jam pertama sebaiknya dihindari untuk mencegah hipotermia. Follow up persalinan normal dilakukan pada kala IV. Setelah proses melahirkan selesai perlu dilakukan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam. Observasi dilakukan setiap 15 menit pada 1 jam pertama, dan setiap 30 menit pada 1 jam kedua.  Pemantauan lain yang dilakukan adalah tekanan darah, nadi, dan fungsi kandung kemih. Pengukuran suhu dapat dilakukan setiap jam selama 2 jam pertama. Perhatikan tanda bahaya yang muncul pada ibu setelah melahirkan, seperti perdarahan pervaginam yang semakin banyak, tanda syok, tingkat kesadaran, perubahan pola napas seperti dispnea atau takipnea, demam, sefalgia dengan pandangan kabur, nyeri d**a, gangguan urin, nyeri pada perineum disertai tanda infeksi, dan bau pada cairan v****a. Perlu pemantauan juga timbulnya tanda depresi postpartum yang dapat disertai dengan ide bunuh diri. Setelah memantau ibu melahirkan di ruang bersalin, maka, bidan senior akan meminta kami para bidan yang sedang belajar di lapangan untuk mengantar para pasien ke ruang nifas. Wanita yang baru selesai melahirkan akan langsung memasuki masa nifas. Masa ini dimulai ketika wanita telah mengeluarkan plasenta dan berlanjut hingga beberapa minggu kemudian. Masa nifas pada umumnya berlangsung sampai enam minggu setelah melahirkan. Dalam enam minggu tersebut, tubuh wanita akan mengalami perubahan, yaitu adaptasi dari masa kehamilan dan melahirkan, sampai berangsur-angsur kembali lagi ke keadaan seperti sebelum hamil. Sebagian besar wanita tidak mengetahui proses pemulihan yang dialami tubuhnya selama masa nifas. Padahal, ini penting diketahui agar dapat melakukan perawatan yang tepat setelah melahirkan. Setelah melahirkan, pasien dapat merasa sangat lelah dan merasa nyeri. Tubuh umumnya membutuhkan waktu selama enam sampai delapan minggu untuk pulih, dan kemungkinan membutuhkan waktu lebih lama lagi jika pasien melahirkan secara caesar. Lalu apa yang terjadi pada tubuh wanita setelah melahirkan? Setidaknya ada lima organ yang terkena dampak langsung akibat kelahiran normal. Petama, v****a. v****a yang mengalami peningkatan aliran darah dan pembengkakan, akan kembali seperti semula dalam waktu 6-10 minggu. Pada ibu yang menyusui, kembalinya kondisi v****a akan lebih lama karena kadar estrogen yang rendah. Ke dua Perineum. Perineum adalah bagian yang ada di antara v****a dan a**s. Pada proses persalinan, bagian ini dapat robek baik karena proses mengejan atau karena tindakan episiotomi. Ke tiga vulva. Ketika masa nifas, vulva yang membengkak akan kembali pulih dalam waktu 1-2 minggu, sedangkan kekuatan otot-otot perineum akan kembali ke keadaan semula selama enam minggu setelah persalinan. Namun pada sebagian kasus, kekuatan otot perineum ini mungkin tidak akan sempurna seperti sediakala akibat beratnya robekan yang terjadi. Ke empat Rahim. Ketika hamil, berat rahim sendiri bisa mencapai 1000 g. Ukuran rahim akan terus menyusut, dan berat rahim pada minggu keenam setelah melahirkan akan menjadi hanya 50-100 g. Debit darah yang keluar pun terus berkurang, dengan warna yang berubah dari merah menjadi putih kekuningan. Ke lima Leher rahim (serviks). Bagian ini juga berangsur-angsur kembali seperti semula, meski bentuk dan ukurannya tidak dapat benar-benar kembali sama seperti ketika sebelum hamil. Ke enam dinding perut. Jika Anda ingin dinding perut kembali kencang, diperlukan latihan secara rutin. Sebab, beberapa minggu setelah melahirkan, bagian ini akan mengendur. Ke tujuh p******a. p******a wanita yang memasuki masa nifas akan terasa kencang, penuh, dan nyeri. Hal ini merupakan proses alami, karena tubuh mempersiapkan diri untuk proses menyusui bayi. Pada masa nifas, ibu disarankan untuk menyusui dengan rutin agar ASI dapat tersalurkan kepada bayi. Menyusui pada masa nifas juga dapat membantu mengurangi rasa nyeri pada p******a setelah melahirkan. Ketika menjalani masa nifas, pasien cenderung membutuhkan waktu untuk beristirahat. Namun, mereka juga tidak boleh terlena dengan diri sendiri, karena bayi juga membutuhkan perhatian ibu. Cara untuk mensiasati hal itu dengan melakukan beberapa hal berikut ini: Minta bantuan anggota keluarga lainnya untuk melakukan pekerjaan rumah. Tidur ketika bayi sedang tidur agar ibu pun cukup beristirahat. Usahakan agar bayi  senantiasa mendapatkan ASI. Namun jangan lupa, sebagai petugas kesehatan harus mengingatkan pasien agar ibu sendiri juga harus selalu mencukupi asupan cairan. Penuhi kebutuhan gizi dan energi selama masa nifas untuk pemulihan, dan juga untuk mencukupi kebutuhan ASI. Minta anggota keluarga lainnya untuk membantu dalam mengurus keperluan Anda dan bayi. Jangan lupa juga memberikan konseling agar pasien sesekali luangkan waktu untuk berjalan-jalan keluar rumah, agar bisa mendapatkan suasana baru dan mengurangi stres akibat kelelahan. Minta juga kepada pasien untuk berkonsultasi dengan dokter mengenai perawatan tubuh, urusan s**s, dan pemilihan a**************i. Ketika pasien kontrol rutin ke dokter setelah melahirkan, dokter akan melakukan: Pemeriksaan berat badan untuk memantau status gizi setelah melahirkan. Pemeriksaan tekanan darah, suhu tubuh, pernapasan, dan laju nadi. Pemeriksaan kesehatan jasmani dan mental. Pemeriksaan otot-otot yang digunakan selama proses persalinan. Pemeriksaan bekas jahitan ketika proses melahirkan. Masa nifas juga berpengaruh kepada emosi pasien. Karena hal ktaj sebagai petugas kesehatan harus menyarankan ibu untuk bisa merasa bahagia karena kehadiran seorang anggota baru di tengah keluarga, namun di saat yang bersamaan, pasien mungkin juga merasa lelah dan cemas karena memiliki tanggung jawab baru dalam mengurus bayi. Ada juga wanita yang mengalami sindrom baby blues pada masa nifas. Sindrom ini biasanya dimulai di hari kedua atau ketiga setelah melahirkan dan cenderung mereda beberapa hari kemudian. Berkonsultasilah dengan dokter jika kondisi baby blues disertai keinginan untuk menyakiti diri sendiri atau bayi, dan jika mengarah ke depresi. Pada dasarnya, perawatan pada masa nifas difokuskan agar kondisi ibu tetap sehat, baik secara fisik maupun mental. Manfaatkan masa ini untuk memulihkan diri, menguatkan ikatan dengan bayi Anda, dan mengatur rutinitas untuk merawat bayi. Di ruangan nifas aku bisa menemukan banyak pengalaman baru. Seperti yang sudah kujelaskan. *** Bersambung ...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN