Save Me 29

1125 Kata
Sejak dilakukan tindakan Lumbal Pungsi, aku lebih sering merasakan perih di dalam kepala. Setiap malamnya harus selalu ada orang yang membelai kepala termasuk rambutku. Baik Mama, Papa ataupun Teh Widi, mereka selalu melakukan hal itu. Bahkan, ketika aku tidur, beberapa kali aku tak sengaja memergoki Alfa yang ikut menggantikan tangan Mama. Entahlah, kapan pemuda itu menyerah dan berhenti mendekati aku? Tidak ada adik di sini. Sebenarnya aku sangat merindukan Avril, tetapi dia masih anak-anak. Gadis itu baru masuk kelas enak sekolah dasar. Keluargaku merahasiakan penyakit ini darinya. Adikku Avril hanya tahu, bahwa aku sakit lambung. Hari ke tujuh berada di rumah sakit sudah mulai membosankan. Rasanya aku ingin segera pulang. Namun, dokter belum membolehkan. Aku masih butuh perawatan yang lebih khusus lagi agar bisa terbebas dari meningitis. Sore ini tiba-tiba saja aku merasa ada panas dalam tubuh. "Ma, badan aku panas semua." Aku merengek tak kuat menahannya. "Gimana dong? Mama panggil perawat aja, gimana?" "Terserah, Ma... gimana aja biar Septi nggak panas lagi." Mama pun meminta Papa untuk pergi ke ruang perawat dan memberi informasi bahwa dalam tubuhku terasa panas. Baik petugas kesehatan ataupun keluarga mengatakan, bahwa suhu badanku normal, tak sepanas yang aku ceritakan. Namun, aku benar-benar meraskan panas yang dahsyat! Untuk apa aku mengarang cerita? Setelah panas itu menjalar ke seluruh bagian tubuh, tiba-tina saja kepalaku terasa perih. "Ma, kepala aku perih," ucapku seraya menggosok-gosok kerudung yang melekat di kepala dan menutupi rambutku. Mamah terus membelai. "Yang kuatnya sayang." Aku tak kuat, ingin rasanya menangis dan berteriak dengan keras. Air mata itu mengalir begitu saja, mewakili rasa sakit ini. "Ma... panas banget badannya. Kepala aku juga perih," ungkapku tetap menangis. "Mamah nggak ngerti harus gimana? Jam segini, kan, dokter nggak ada." Mama hanya bisa ikut menangis dengan terus menciumi aku. Suster juga sudah memberikan obat penurun panas, tetapi rasa panas itu masih tetap ada. Jauh lebih panas dari pada malam pertama sebelum aku dirawat. Di tengah suasana genting karena keadaanku yang mulai memburuk, datanglah Abu Ustaz yang baru saja pulang kerja. "Septi kenapa, Kang?" Aku mendengar beliau bertanya kepada Mama dan Papa. "Beginilah, Tad... katanya panas lagi, mungkin penyakitnya lagi kambuh. Kepalanya terasa perih juga," tutur Mama menahan isak tangis. Aku melihat Abi mengambil segelas air putih, lalu membacakan ayat-ayat Allah. Setiap manusia tentu pernah merasakan sakit, baik penyakit yang ringan maupun berat sekalipun. Dalam Islam, setiap penyakit yang diderita seorang Muslim sejatinya merupakan suatu ujian kesabaran dari Allah. Ketika dilanda sakit, Nabi Muhammad SAW senantiasa menganjurkan umatnya untuk berdoa seraya berikhtiar mencari jalan kesembuhan. Berdoa meminta kesembuhan dari penyakit juga bisa meningkatkan iman seorang Muslim. Dengan berdoa, seseorang percaya bahwa ujian ini datangnya dari Allah dan hanya Allah jugalah yang bisa memberikan kesembuhan. Ketika dilanda penyakit, hal yang pertama dilakukan ialah bersabar dan menerima bahwa ini adalah takdir yang telah ditetapkan oleh Allah. Kemudian, berdoa meminta kesembuhan dari penyakit kepada Allah, dan berikhtiar dengan menjalani pengobatan. Berikut Popbela telah menyiapkan doa meminta kesembuhan dari penyakit ringan maupun berat yang ada dalam Alquran dan hadist nabi. Surat Al-Anbiya ayat delapan puluh tiga: Robbahuuu annii massaniyadh-dhurru wa angta ar-hamur-roohimiin. Artinya: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua yang penyayang." Hadis Riwayar Bukhari no. 5309: Adzhibil ba’sa allahumma rabban naasi wasyfii anta syaafi laa syifaa’a illa syifaa’uka syifaa’an laa yughaadiru saqma. Artinya: “Hilangkanlah rasa sakit Ya Allah Rabb manusia, sembuhkanlah, sesungguhnya Engkau Dzat yang Maha Menyembuhkan, tidak ada kesembuhan melainkan kesembuhan dari-Mu, yaitu kesembuhan yang tidak menyisakan rasa sakit.” Hadis riwayat. Abu Daud no. 1554; Ahmad, 3: 192: Allahumma inni audzubika minal-barashi, wal-junuuni, wal-judzami, wa min sayyiil-asqaam. Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari penyakit kulit, gila, lepra, dan dari segala penyakit buruk (mengerikan) lainnya.” Hadis Riwayat Muslim no. 2202. Ini adalah salah satu doa yang bisa diamalkan ketika ada anggota tubuh yang sakit. Misalnya, sakit gigi atau keseleo. Rasulullah SAW mengajarkan doa ini, sambil memerintah untuk meletakkan tangan di bagian yang sakit pada badannya. Bismillah (3 x). A’udzu billahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir (7 x). Artinya: Dengan menyebut nama Allah, aku berlindung kepada Allah dan kuasa-Nya dari kejelekan yang aku dapatkan dan aku waspadai. Kemungkinan, doa-doa di atas lah yang telah Abi lantunkan. Beliau memegang kepalaku, mengusap rambut ini dan masih bisa kurasakan sampai sekarang bagaimana belaian tulusnya. Lalu, ia meniupkan dan meminta aku untuk meminum air tersebut. Aku tak pernah melihat beliau menangis selain dakwah di atas mimbar, tetapi hari iniz aku mendengar beliau menangisi aku. "Ya Allah... Nak... yang kuat, ya. Septi yang kuat, Allah pasti sembuhkan." Aku hanya bisa berzikir sembari menahan rasa sakit serta panas yang ada di dalam tubuh ini. Pikiranku tak menentu dan hanya bisa berdoa, "Ya Allah, jika aku mati. Matikan aku dalam keadaan suci, sudah salat dan membaca Al-Qur'an." Sudah setengah jam berlalu, tetapi rasa panas belum juga berkurang. Aku benar-benar tidak bisa menahan rasa sakit. Suhu tinggi di badan ini juga semankin meningkat. Aku terus menangis dan berpikir, bahwa usiaku tak lama lagi. Namun, Mama melakukan hal di luar dugaan. Beliau membuka resleting gamis yang kupakai, lalu menjilati tubuh kotor ini yang hampir belum mandi selama 10 hari. Mama menjilati tanpa ada rasa jijik. Aku mendengar beliau terus menangis dan menyebut nama Allah. "Ya Allah... sembuhkan anakku. Ya Allah... sembuhkan Septi. Aku melakukan ini untuk kesembuhan anakku, Ya Allah... aku sangat menyayangi Septi! Sembuhkan dan cabutlah rasa panas serta rasa sakit yang dideritanya." Beliau berdoa agar aku diberi kesembuhan, rasa sakit dan panas dari tubuh ini semoga segera menghilang. Tak banyak yang Mama minta dariku, hanya satu, jangan menikah atau berhubungan dengan mantan pacarku dulu saat di SMP. Sejak hari itu... hatiku bertekat akan selalu patuh pada apa yang Mama inginkan. Seiring tindakan Mama yang terus menjilati bagian tubuhku. Aku terus menangis dan berpikir, "Ya Allah, aku hidup untuk apa jika tak berbakti kepada Engkau dan kedua orang tuaku? Maafkan aku, mungkin di balik sakit ini, tersimpan banyak hikmah yang indah. Aku ikhlas ya Allah, kuatkan aku." Beberapa menit setelah Mama melakukan hal tersebut, ia berkata, "Gimana? Masih panas badannya?" Keningku mengerut, rasa panas itu seketika hilang dan aku benar-benar heran. "Mama kenapa jilatin badan aku?" tanyaku merasa terharu. "Orang di kampung itu kalau bayinya sakit panas, atau pilek, ibunya pasti jilatin badannya. Makanya Mama jilatin kamu." "Tapi, kan, aku bukan bayi, Ma. Aku udah besar, badan aku kotor. Bayi, kan, wangi." Aku terus menangis. "Kamu bukan bayi. Tapi kamu anak Mama. Sebesar apa pun kamu, di mata Mama tetaplah seorang bayi," katanya dengan mata yang berbinar. Karena sakit ini, aku melihat satu keajaiban dari doa tulus seorang ibu. Karena ketulusan kasih sayang ibulah, Allah memberikan kesembuhan mengabulkan doa Mama dalam waktu yang sangat singkat. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN