"Jangan merasa percaya diri dan berpikir saya peduli. Saya hanya mengharap satu timbal balik," ucapnya angkuh sebelum sempat aku menanggapi kalimatnya. Aku mengembuskan napas jengkel. Laki-laki ini tingkahnya memang super menyebalkan. Dia yang datang ke rumah, dia yang bersikap arogan. "Mas Rashad tidak perlu mengantar saya. Saya pun tidak berpikir untuk melakukan sebuah timbal balik," sahutku tidak kalah angkuh. Jujur saja, greget sekali rasanya. Entah apa mau laki-laki ini. "Ayah ...!" Tiba-tiba saja Maisa datang dari arah dapur. Gadis kecilku itu indera pendengarannya cukup tajam. Ia bisa mengenali suara laki-laki ini walau dari dapur. Aku menepi dari muka pintu, memberi ruang pada Maisa yang berlari antusias ke arah Mas Rashad. Tubuh mungil itu serta merta menubruk laki-laki yan