"Malam, Ke," sapanya sambil tersenyum. Sikapnya sok manis sekali. Matanya pun dibuat sayu saat menatapku. Ia seolah ingin menjelma menjadi sosok yang penyayang. Aku menghela napas malas. "Malam, Mas. Ada perlu apa ke sini?" balasku langsung bertanya pada pokok persoalan. Aku tidak mau berbasa-basi. Bahkan sebenarnya aku enggan untuk berurusan lagi dengannya. Akan tetapi, dia datang baik-baik. Tidak elok jika aku bersikap kasar. "Mas hanya ingin bertemu denganmu saja, Ke," jawabnya lembut. Kedua alisku bahkan spontan bertaut mendengar begitu lembutnya jawaban yang baru saja ia lontarkan. Tidak pernah ia berkata selembut itu, apalagi membahasakan diri dengan sebutan 'Mas' di depanku. "Ingin bertemu denganku?" "Iya." "Untuk apa?" "Hanya ingin bertemu apakah harus ada keperluan apa,