12

1320 Kata
Jana bersyukur Raja tidak menjadikan kejadian tersebut sebagai bahan ledekan mengingat kebiasaan pria itu. Saat akhirnya mereka keluar dari gang sempit dan mencari tempat makan di daerah yang berbeda, Jana tidak banyak bicara. Memesan makanan yang paling pertama yang ada di buku menu kemudian duduk diam dengan kepala tertunduk. Selama di restoran tersebut, Jana pikir Raja akan memperhatikannya apalagi posisi mereka duduk saling berhadapan. Tapi ternyata tidak, well, sebenarnya Jana pun tidak mengetahui apakah Raja memperhatikannya, tapi yang pasti tidak sekalipun pria itu membahas kejadian paling memalukannya. Malah terasa seperti Raja justru berusaha membantunya mengatasi rasa malu yang menggerogoti jiwa dan raga sang Puti Sumatera. “Lo beli yang kira-kira bakal disukain sama Nenek sama Papa. Gue beliin buat Mama,” ucap Raja pada Jana yang sekarang mengenakan jaket denimnya. Dia juga sudah mendapatkan topi baru yang kali ini tidak boleh hilang lagi atau Raja tidak akan mau membelikan Jana untuk yang kedua kali. Katanya begini, “Gue cucu lo, harusnya gue yang dijajanin. Bukan sebaliknya.” Saat ini keduanya sedang berada di salah satu pusat perbelanjaan. Pria itu memberikan keranjang merah untuk Jana kemudian keduanya berpisah. Di sanalah Jana merasa bahwa Raja memberikan cukup waktu baginya untuk menenangkan diri. Jana tentu tidak membutuhkan drama malu berkepanjangan karena dia masih belum menemukan teman sekolah Ayah yang tau tentang Nia. Yang itu artinya dia masih membutuhkan Raja. Tapi yang gadis itu tidak pernah tau adalah bahwa kemanapun dia pergi, sebenarnya Raja diam-diam selalu mengikutinya dalam radius beberapa meter. Raja tidak punya banyak kesempatan untuk mengamati Jana diam-diam di rumah karena tidak ada yang boleh tau bahwa pria itu tidak menganggap Jana sebagai seorang Nenek. Kembali pada Jana, gadis itu berhenti cukup lama di depan rak keripik kentang, cemilan kesukaan Nilam. Adik yang sangat disayanginya sampai selalu dibawa kemana-mana. Bahkan Nilam selalu ada di antara dia dan Shadiq setiap kali keduanya jalan jauh sebelum mereka pacaran. Kalau Nilam tau bahwa Kakaknya adalah anak Ayah dengan wanita lain, apakah dia masih akan menganggap Jana Kakak? “Kenapa? Takut gue ga bisa bayarin?” tanya Raja yang berdiri di sisi Jana. “Engga lah. Ini keripik kesukaan adikku,” ucap Jana sambil memasukkan beberapa bungkus ke dalam keranjangnya. Saat menoleh pada Raja, Jana mendengus. Pria itu memberiknya keranjang merah sedangkan dia membawa sebuah troli. Seperti sengaja sekali ingin memoroti Jana. Tadi saat pria itu menyindir bahwa dia lah yang cucu sehingga Jana lah yang harus membelanjakannya, Jana memang menyanggupi untuk membelikan Raja apapun yang pria itu mau. “Kebanyakan?” cibir Raja yang dalam hati tidak akan pernah membiarkan Jana membelanjakan uangnya untuk Raja. Gadis itu boleh saja menjadi Neneknya tapi hanya sebatas itu. Tadi Raja bicara demikian hanya untuk mencairkan suasana. “Ngga.” “Uang jajan Puti Sumatera berapa sih, Nek?” “Uang jajan Puti Sumatera ga seberapa. Tapi uang jajan anak cewek kesayangan Papa Denis ga akan bisa kamu bayangin,” kekeh Jana. Kemudian karena menyadari bahwa Raja tidak mengenal siapa Denis, Jana menambahkan bahwa Papa Denis adalah suami dari Kakaknya Ayah. Ayah Jana hanya memiliki satu saudara kandung dan itu adalah Mama Fay. Yang tentu saja dikenal baik oleh Raja. Meskipun tidak kenal dengan pria yang menjadi ayah Jana, tapi Raja tau keluarga Abizard dengan baik. >>> Jana berdeham kemudian melirik sekitar sebelum membalas chat dari orang yang duduk di ruangan yang sama dengannya. Saat ini ia dan semua keluarga Kak Siti sedang duduk bersama setelah menyelesaikan santap malam. Raja: Besok jadi ke Kalimantan? Berhubung Kak Siti penglihatannya tidak sejernih saat beliau muda, dan Jana yakin bahwa Kakaknya itu bukan orang yang kepo, dia membalas pesan tersebut dengan santai meskipun sang Kakak sepupu berada tepat di belakangnya. Sedang mengepang rambut Jana dengan sepenuh hati. Asal muasal kenapa Kak Siti jadi hobi menata rambut Jana adalah sejak Raja memuji keterampilan sang Nenek. “Cantik Nek,” ucap Raja. Pria itu mendekat karena penasaran apa yang Nenek lakukan dengan rambut Jana. Setelah dilihat dari dekat ternyata Nenek dari tadi sedang mengepang rambut adik kesayangannya itu. “Aku? Ih, baru sadar dia. Kemana aja dari kemaren, Ja?” ucap Jana semangat. “Rambutnya. Muka lo dibanding muka Nenek masih cantikan Nenek.” Siti terkekeh mendengar pujian tidak bertempat yang cucunya berikan. Mana mungkin kecantikan Jana kalah oleh wajahnya yang sudah keriput ini. Raja duduk di samping sang Nenek kemudian dengan sengaja mendorong punggung Jana dengan lututnya. Posisinya Jana duduk di lantai sedangkan Raja dan Neneknya di atas sofa. “Sakit!” pekik Jana karena selain tubuhnya yang terdorong ke depan gara-gara lutut runcing cucu kurang ajarnya itu, Raja juga menarik rambutnya ke belakang. Mendengar pekikan Jana, Bilal langsung melirik pada putranya. Selalu saja ada yang berteriak kesal di rumah ini setiap harinya. Kalau tidak Raja ya pasti Jana. “Lo kejauhan Nek. Nenek kandung gue jadi susah ngepang rambut lo,” kekeh Raja yang untuk beberapa menit setelahnya duduk diam memperhatikan Neneknya mengepang rambut Jana. Murni memperhatikan kedua tangan Neneknya dengan helai hitam milik Jana. “Sayang Nenek ga punya cucu cewek, ya,” ucap Raja yang kini memeluk Neneknya dari samping. “Kamu itu udah cucu terbaik Nenek, Ja,” kekej Siti. Dia juga menceritakan bahwa awal Papa dan Mama Raja menikah, sang Mama juga memiliki rambut panjang. Nenek juga sering menata rambutnya dulu. “Mama rambutnya panjang?” tanya Raja yang dalam ingatannya rambut Mama selalu sebahu. “Panjang, halus,” terang Siti yang membuat Rizka yang duduk di samping suaminya menyeringai sombong pada sang putra. “Halusan mana sama rambut Jana?” tanya Raja bukan bermaksud untuk membuat obrolan dengan Nenek mudanya melainkan untuk menggoda Mama. “Halusan rambut Mama dong!” serobot Rizqa kemudian agak memaksa meminta persetujuan sang Mama mertua. Me: Jadi. Raja: Cari penerbangan paling pagi. Me: Siap. Kemudian dalam beberapa jam ke depan, sepasang Nenek dan cucunya itu sudah berada di penerbangan paling pagi. Pamit pada semua orang dengan alasan main ke Bogor nyatanya mereka mendatangi pulau Kalimantan. Selama ini Raja mengetahui misi Jana dalam menemukan pasangan yang jauh lebih baik dari yang dicarikan oleh kedua orang tuanya. Tapi dia tidak pernah yang benar-benar mengikuti gadis itu. Karena.. sakit aja gitu rasanya. Tapi pada perjalanan ke Kalimantan kali ini, meskipun tidak ikut masuk ke dalam rumah teman sekolah Ayahnya Jana, tetap saja Raja mendapati ekspresi yang selama ini tidak pernah ia dapatkan. Maksud Raja, selama ini meskipun Jana tidak menemukan ada pria yang sesuai kriterianya, mereka baru bertemu lagi beberapa jam setelahnya karena Raja punya kegiatannya sendiri. Jadi, meskipun Jana kecewa, dia pastu sudah lebih tenang saat nanti bertemu lagi dengan Raja. Tapi hari ini pria itu menunggu di depan gerbang rumah, di dalam mobil yang mereka sewa dan menemukan raut kecewa dan putus asa di wajah Jana. “Kenapa, Jan?” “...” “...” “Anak Tante-nya udah nikah dua bulan yang lalu,” ucap Jana. Dia tentu tetap harus teguh pada kebohongan yang ia berikan pada Raja. Sebenarnya lagi-lagi ia mendapatkan jawaban bahwa tidak ada Nia di sekitar Ayah. Sekalinya Ayah dekat dengan seseorang, orang itu adalah Bunda Aini. Raja menghela napas dalam namun dalam hati sempat-sempatnya merasa lega mendengar hal tersebut. “Berarti kali ini cowoknya ganteng?” “Ganteng,” angguk Jana. “Lo harus banget jadi istri pertama?” “Maksud kamu apa? Kamu rela Nenekmu jadi madu orang lain?” “Ya kalo yang ini ganteng dan mereka berdua mau punya madu Puti Sumatera, kenapa engga?” tanya Raja yang dibalas dengan delikan tajam Nenek Mudanya. Raja mengambil ponsel Jana kemudian menunjukkan bahwa masih ada banyak calon suami yang belum Jana temui. Pria itu sengaja menggulir layar untuk menunjukkan seberapa mengerikannya niat Jana untuk mencari jodoh sendiri. Namun hal itu diam-diam bisa membuat Jana memupuk harap. Benar seperti yang Raja katakan, mungkin yang belum ia datangi lah yang mengetahui keberadaan Nia. “Tuh, banyak, Jan. Ke ujung dunia juga gue siap nemenin lo nyari laki. Jangan sedih dong.” “Janji, ya..” “Janji.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN