Cerpen 1: Summer in My Love - Part 5

750 Kata
Jessy hanya cengar-cengir nggak jelas mendengar pertanyaan Kesha, dan sumpah! Jessy yang bertingkah seperti itu membuat Kesha dongkol. “Oh….. please…. Tingkahmu konyol, tuh! Sadar nggak, sih?”   “Itu, loh! Asran! Cowok akuntansi 405! Ugh! Sumpah! Dia keren banget!” erang Jessy menahan perasaan girangnya.   “Oh! Cowok aneh itu?” ucap Kesha tanpa niat meledek.   Mata Jessy menyipit, “Cowok aneh itu?” ulangnya dengan nada suara protes.   “Maaf. Aku nggak ada niat meledeknya, tapi bener, kan?” tangan Kesha sibuk membuka lembaran-lembaran buku tebal itu. Kesha tahu betul mengapa temannya itu sampai membanggakan sang cowok lollipopnya, coba saja kalau Jessy tak akrab dengan si cowok musim panas, mungkin mereka berdua saling menjerit histeris satu sama lain mengagumkan idola masing-masing. Kesha hanya dapat menelan emosinya yang mengambang itu.   Jessy mengerucutkan mulutnya, mengangguk pelan lalu berkata setengah menahan tawa. “Yah…  ada benarnya juga, sih. Sudah gede masih ngemut permen ke mana-mana. Freaky boy!” kali ini Jessy tertawa ngakak.   (Freaky boy artinya cowok aneh)   Kesha miris melihat Jessy, sebelah alisnya terangkat.   “Kau juga aneh. Pasangan top, deh, kalau jadian.” komentarnya iseng.   Kedua mata Jessy terbeliak kaget. “Tangkiu co mach!” jeritnya histeris, tak kalah dengan jeritannya kemarin di ruang kuliah pas lagi ngamuk.   Prang!   Suara piring pecah terdengar seketika. Mata Kesha bergerak liar ke arah seorang pelayan yang panik memungut pecahan beling yang berserakan di bawahnya. Kaget gara-gara jeritan Jessy.   “Tangkiu co mach apaan?” Kesha menuding sang pelayan dengan dagunya, yang segera dibantu oleh pelayan yang lain, “gara-gara kau, tuh!”   Jessy terkikik. “Sorry!” tanpa permisi, Jessy berjalan menuju ke arah kedua pelayan itu dan membantunya dengan sigap, sempat dicegat untuk tak membantu mereka tapi kalah dengan sikap ngotot Jessy yang ingin membantu mereka. Kesha hanya menggeleng-geleng pasrah dan kembali berkutat dengan buku tebalnya. Tiga menit kemudian, Jessy datang dengan kedua tangan penuh dengan dua piring berisi pisang kipas dan kripik pisang.   “Nih! Enak, loh!” katanya pada Kesha.   Terkejut, Kesha otomatis memekik setengah berbisik, bola matanya membesar. “Gile loe! Loe anggep gue nyemot? Pisang semua lagi!”   Jessy hanya terkikik.   “Apa, kek, yang lain!” protes Kesha.   "Udah, deh ! makan aja mumpung gue traktir ! Nyemot, ya, nyemot! Biarin! Yang penting gue nggak punya ekor!” ujarnya berkelit, tertawa terbahak-bahak.   “Huh! Dasar! Bilang aja pelit! Dasar pelit!” ledek Kesha.   "Enak aja masih protes! Kumakan semua baru tahu rasa kamu !" tangan Jessy menarik kedua piring itu ke sisinya.   "Eh ? Enak aja ! udah ngasih nggak boleh diambil kembali ! Pamali’ !" Kesha menarik balik kedua piring itu ke tengah  meja. Dicomotnya satu pisang kipas berbalut coklat dan ceres warna-warni, lalu memamerkannya di depan Jessy.   "Nyemot emang nggak bisa lepas dari pisang !" tawa Jessy membahana, kali ini tidak sampai seheboh tadi. Namun  cukup membuat para pelanggan lain geleng-geleng kepala. Bukannya protes, Kesha malah ikutan tertawa dan ketika tawa Jessy semakin menjadi-jadi, iseng tangan Kesha memasukkan satu pisang kipas ke mulut Jessy yang terbuka lebar, tersentak kaget, Jessy semakin menjadi-jadi saja.   Siang yang penuh tawa hari itu. Setelah selesai menyantap pisang sebagai saingan berat nyemot dan tugas telah komplet. Kesha dan Jessy berpisah di sudut gedung perpustakaan.   Yakin seratus persen kalau Jessy bakal menguntit Si Cowok lollipop-nya, deh! Itu terbaca jelas di kening Jessy saat pamitan dengan muka berseri-seri.   Andai Kesha bisa mengungkap perasaan jatuh cintanya seperti itu….   Si Cowok musim panas itu berbeda dengan Si Cowok lollipopnya Jessy.   Dia lebih sulit di dekati dan tak masuk akal jika sampai cowok musim panas menyukainya yang, pikir Kesha sama sekali tak ada alasannya bagi cowok musim panas menyukainya. Jangan harap, deh…. Bicara sekali pun pada cowok musim panas itu pun tak pernah.   Kesha menghela napas, kedua bahunya lemas.   Tak pantas ia memikirkan cinta egoisnya saat ini. Dia harus fokus untuk meraih beasiswa dari Universitas H yang tiga bulan lagi datang ke kampusnya untuk menawarkan beasiswa melalui ujian terbuka bagi 2 orang yang beruntung. Dan Kesha tak ingin melepas kunci perubahan itu darinya. Tidak! Walaupun terdengar naïf jika berusaha tak memikirkan masalah cintanya.   Langkahnya pelan menyusuri tangga batu memasuki gedung perpustakaan yang amat tinggi menjulang di hadapannya. Hal yang dapat dilakukannya terhadap masalah cintanya hanya mampu dibagi dengan buku harian setianya. Menulis hal-hal romantis dan penuh angan-angan tak masuk akal baginya dengan cowok musim panas itu, merupakan hal yang lebih realistis daripada berharap Sang Cowok musim panas menyukainya. Dia lebih suka begitu. *** 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN