BAB 29 - Bad Mood

1102 Kata
Sialan Tidak bisa tidur, bagaimana bisa aku memiliki rasa gugup untuk memikirkan hal apa yang akan aku katakana nanti pada Ana. Bagaimana caranya membahas hal itu? bisanya aku memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi namun apa yang terjadi padaku hari ini. Memalukan. Aku mencoba untuk tertidur lagi setelah melihat jam dan mendapati diriku hanya tertidur selama 3 jam. Sejak keluar dari kamar Ana jam 2 karena hampir terlelap di sana namun saat tertidur di kasurku aku kehilangan selera untuk tidur. Aku menghentikan push up di hitungan ke 150 saat ponselku berdering di atas meja. Tubuhku di penuhi keringat karena olahraga sejak jam 4 lewat karena tidak bisa tidur. Ada email masuk tentang Shitler di ponselku, aku memutuskan untuk mandi dan akan membaca informasi panjang dari seorang informan yang tengah ditugaskan dalam misi ini. Dia bekerja untuk kakek namun kini ia juga memberikan informasinya padaku, permintaan kakek agar aku tahu apa yang akan aku lakukan jika dia berlari cepat untuk menusukku juga. Setelah selesai mandi aku berniat untuk meminta Gail membuatkanku kopi, aku bisa mendengar suaranya dari lorong kamar, ia sudah berkutat di dapur untuk membuat sarapan pagi-pagi sekali. Saat aku keluar dari kamar aku mendapati Ana sedang berada di pantry bersama dengan Gail. Apa yang dilakukannya di sini, sepagi ini. Padahal dia bekerja terlalu lelah kemarin, namun sudah bangun sepagi ini. Mengejutkan karena Ana melakukannya di hari minggu, biasanya dia bangun cukup siang. Sebelah alisnya terangkat tinggi saat melihatku, pandangannya beralih begitu pula tangannya seolah tidak ingin melihatku, apa yang salah denganku? Apa aku melakukan kesalahan?. Aku mengambil tempat persisi di sebelahnya, ia bahkan tidak melirikku sama sekali, hal itu membuatku bertanya-tanya. Apa yang salah dengannya? Dan apa salahku sebenarnya. “kau baik-baik saja?.” Ana menghela nafas, mengabaikanku membuatku kesal. Kepalaku miring untuk menatapnya, namun dia masih mengabaikanku, aku melirik Gail, wanita itu mengendikan bahunya tidak tahu, seolah memahami pertanyaan dalam pikiranku. “berhenti, abaikan saja aku.” “ada apa denganmu? Kau sakit?.”aku menjadi khawatir, ia bekerja terlalu lelah kemarin dan mungkin saja ia mengalami sedikit demam atau gejala kurang sehat hingga menyebabkan moodnya sangat buruk pagi ini. Walau ia sering marah-marah Ana tidak akan mengabaikanku dan bersikap menyebalkan seperti ini. “aku habis bermimpi buruk jadi mood ku dalam keadaan yang tidak bagus, kau harus menjauhiku dan menghindariku.”Apapula yang dikatakannya itu. “kenapa jadi aku yang harus melakukannya!.” Gail menaruh kopi di hadapan Ana yang kemudian diambil nya lalu pergi dari sisiku, meninggalkanku begitu saja tanpa kata sedikitpun bahkan melirikku saja tidak. “terima kasih Gail.”katanya dengan bibir tersenyum, jadi mood buruknya itu hanya kepadaku!. “ada apa denganmu sebenarnya!.”dia membuatku kesal, ia tetap mengabaikanku, pergi menuju kamarnya yang berada di lantai 2. Aku tidak bisa memahaminya, sikapnya pagi ini benar-benar aneh. Saat kopiku jadi aku menoleh pada Gail dengan terheran-heran menatapnya bingung. Bertanya-tanya sikap Ana yang menganehkan pagi ini, bagaimana mungkin hanya masalah mimpi ia bersikap sangat menyebalkan pada orang lain, bahkan hanya padanya. Dia tidak mungkin tahu jika aku berada di dalam kamarnya cukup lama semalam, karena dia tertidur seperti orang mati. Aku mencari-cari, mencoba mengingat apa yang telah ku lakukan semalam, dia mulai menarik diri sejak kami keluar dari hotel. Aku baru mengingatnya, namun masa iaya itu adalah masalah yang serius. “ada apa dengannya? Apa Ana mengatakan sesuatu padamu? Sesuatu yang membuatnya bersikap menyebalkan seperti itu?.”pertanyaanku malah membuat Gail tersenyum lucu, ia menggelengkan kepalanya sebagai jawaban, mataku menyipit tidak percaya. Mereka berdua sama-sama wanita, kemungkinan besar bisa saling memahami. “dia mengatakan jawaban yang sama, mengalami mimpi yang sangat buruk.” “lalu apa hubungannya denganku!.” “mungkin moodnya dalam keadaan buruk karena pms. Wnaita bisanya memiliki mood yang cukup sensitive.” “ahh begitukah? Aneh sekali.”aku belum pernah benar-benar mengetahui tentang hal itu, jika adikku dia memang sering marah-marah tidak jelas, jadi aku tidak memahami ap aitu, nenek tidak pernah melakukannya, kecuali jika kakek melakukan sesuatu yang membuatnya kesal. wanita yang dekat denganku hanya jika kami menghabiskan waktu semalam dan tidak lebih dari itu. aku tak memiliki banyak pengalaman untuk memahami wanita, dan kesan untuk pertama kali yang ku dapatkan dari Ana adalah, merepotkan. Aku menghabiskan waktu di meja meja makan dengan secangkir kopi dan buah, membaca koran dari tablet milikku. Aku mendengar suara langkah kaki menuruni anak tangga, mataku menangkap pantulan dirinya dari kaca pintu kulkas, Ana berhenti di tangga dan menatapku dari belakang. Ana menutupi sisi wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya, secara terang-terangan tak ingin melihat wajahku, menghindariku. Mataku menyipit curiga, kekesalan terbit, dia semakin membuatku kesal. “sikapmu sangat aneh.” “memangnya kau pikir yang tidak aneh itu apa, aku memang tidak suka melihat wajahmu.” Karena aku duduk di pantry ia mengisi kursi mekan, menghindariku. Galy memberikannya sarapan lalu pamit untuk berbelanja, meninggalkan kami berdua di sana. Aku bangkit dari kursiku, mengambil tablet dan gelas kopi miliku yang masih terisi setengah untuk pindah ke hadapannya. Ana terkejut namun dia ingin pergi dengan cepat aku menahan kedua kakinya menggunakan kakiku, membuatnya tak bisa pergi kemanapun, pokonya ia harus di sini dan mendengarkanku bicara. Ia melototiku marah karena aku menahan kakinya. “lepaskan kakiku Tristan.” “kini kau menatapku huh!.”Dia mencoba untuk menarik kakinya, namun aku tidak peduli. Aku terkejut saat ia membalasku dengan menginjak kakiku. “ada yang harus kita bicarakan.”kataku, dia menatapku bingung. Untuk sesaat berpikir lalu ia memilih untuk mendengarkan. Baguslah. “baiklah. Jangan lama-lama, dan lepaskan kakiku. Kau menyakiti kakiku.” “maaf.” Ia hanya menatap ke makanan dan ke jendela yang berada di dapur, tak pernah melirik ke arahku. Dia semakin membuatku jengkel. Aku ingin dia berhenti bermain-main seperti ini. “Katanya ada yang ingin kau katakan.”Ia benar-benar tidak sabaran, apa dia tidak tahu jika aku gugup sekarang. “kau baik-baik saja? tidak biasanya kau begini.”aku bertanya denga suara yang lebih lembut, tak ingin memulai perang dingin ini dengannya sebelum aku berbicara serius. “Ya. Aku tidak baik-baik saja. Jadi katakan padaku, apa ini tentang tadi malam?.”dia adalah wanita yang paling jujur dan frontal yang pernah ku kenal. “kau marah padaku?.” “apa itu penting? Cepat katakanlah.”Katanya menuntut. “untuk masalah yang tadi malam, itu bukan masalah. Kau tidak perlu memikirkannya.”Aku tidak akan mengatakan apapun sejauh itu, bahkan orang-orang yang membuntuti kami semalam, Ana tidak perlu tahu dan biarkan aku yang menyelesaikannya sendiri. Dengan ragu-ragu aku mulai bicara. “kau pernah bilang bahwa kau akan menuruti keinginanku jika aku membantumu untuk masalah Equinot.” Kepalanya mengangguk kecil. Ia melirkku penasaran. “Ana.. Menikahlah denganku.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN