Part 44 (Makan Malam Keluarga)

1255 Kata
Bara dan Rania sibuk di dapur membuat berbagai jenis masakan untuk makan malam nanti. Mereka mengundang kedua orang tua Rania, juga Pandu dan istrinya untuk makan malam bersama di kontrakan sederhana mereka. Bara yang semakin hari semakin mengetahui minat dan bakatnya, semakin bersemangat mencoba membuat berbagai jenis masakan. Dan Rania yang selalu menjadi orang pertama yang menyicipi masakannya. Malam ini, Bara khusus memasak menu makan malam dari olahan seafood. Ia sudah berbelanja berbagai jenis seafood pagi tadi, seperti udang, kepiting, kerang, juga cumi-cumi, ditemani oleh sang istri yang libur bertugas di hari Minggu. Sore ini keduanya sedang membuat kepiting kerang saus tiram, cumi udang lada hitam, udang bakar jimbaran, serta cumi bakar isi. Rania sedang memotong jagung yang akan dicampurkan ke dalam masakan kepiting kerang saus tiram. Sedangkan Bara, menyiapkan bahan-bahan yang akan ia gunakan untuk membuat cumi bakar isi. Bara membersihkan cumi-cumi yang berukuran tidak terlalu besar, juga tidak kecil. Ia keluarkan telur cumi dan meniriskan badan serta kepala cumi. Kemudian Bara mencincang kasar telur cumi beserta udang, lalu dicampur dengan telur ayam yang sudah dikocok, dan diberi garam, lada bubuk, serta bawang putih bubuk. Isian tersebut kemudian dimasukkan ke dalam perut cumi, lalu ditutup dengan kepala cumi dan disematkan dengan lidi. Setelah itu Bara menyiapkan bumbu marinasi untuk cumi bakar itu dengan mencampurkan air asam jawa, bubuk cabai, saus barbeque, dan gula pasir. Lalu aduk rata cumi dengan bumbu marinasi dan diamkan selama tiga puluh menit. Sambil menunggu waktu marinasi cumi bakar isi, Bara memasak cumi udang saus tiram yang bahan-bahannya sudah disiapkan oleh sang istri. Bara memang hanya menugaskan bidadarinya untuk memotong-motong bahan yang bisa dilakukan sambil duduk di meja makan. Ia tak ingin sang istri terlalu lelah jika terlalu banyak membantunya di dapur. Dengan celemek masak berwarna hitam dan kaus putih kegemarannya, Bara tampak semakin maskulin ketika mengaduk masakan di wajan, layaknya seorang koki profesional. Kini, tiga jenis masakan telah siap. Hanya tinggal menunggu waktu marinasi cumi selesai dan tinggal membakarnya saja. Rania bangkit dari kursinya dan menghampiri sang suami yang masih berdiri di depan wastafel untuk membereskan hasil pekerjaannya. Ia peluk erat sang suami dari belakang dan menyandarkan wajahnya di punggung lelaki itu. Merasakan pelukan hangat sang istri, Bara segera mencuci tangannya dan menyambut pelukan itu. Ia berbalik dan menghujani wajah cantik bidadarinya dengan bibirnya, bertubi-tubi di seluruh wajah hingga bibir sang istri, hingga membuat Rania geli dan ingin melepaskan pelukan. Sayangnya, Bara justru mendekapnya semakin erat. “Geliii, Kak!” pekik Rania yang tak bisa lagi menahan tawanya. “Kalau begini, geli atau tidak?” tanya Bara. Tanpa menunggu jawaban sang istri, ia labuhkan cintanya dengan menyatukan kedua bibir mereka dengan lembut, hangat, dan mesra. Mereka pun hanyut dalam sebuah kehangatan cinta yang halal. Bara lalu melepaskan ciumannya dan menatap lembut sang istri. “Kakak semakin hari semakin pintar memasak. Terlihat tambah tampan suamiku,” puji Rania yang masih berada dalam dekapan sang suami, yang masih mengenakan celemeknya. “Kalau tidak masak, apakah ketampananku berkurang?” gurau Bara. “Hmmm ... mau tahu saja!” balas Rania, yang membuat Bara semakin gemas. Ia ingin kembali mencubit kedua pipi sang istri. Namun, wanita itu sudah lebih dulu melepas pelukannya dan melarikan diri. Aksi kejar-kejaran di dapur pun tak terelakkan. Keduanya berlarian mengelilingi meja makan sambil mengumbar tawa. Bara akhirnya berhasil menangkap Rania dan membawa sang istri ke dalam sebuah kegiatan penyatuan cinta yang tak akan pernah hilang manisnya. Berpahala jika dilakukan oleh pasangan halal, dan berdosa jika dilakukan oleh pasangan haram. *** Meja makan di rumah kontrakan sepasang pengantin baru itu penuh dengan berbagai macam hidangan. Rania sudah selesai menata semuanya dengan rapi. Kini, ia tinggal menunggu keluarganya datang, juga sang suami yang sedang menjemput Pak Amin. Orang tua itu tidak boleh ketinggalan dalam acara keluarga di rumahnya. Bagi Bara, Pak Amin adalah orang tuanya, yang menjadi tempat itu bercurah segala rasa selain kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Rania sudah memberi saran agar Pak Amin berangkat saja bersama keluarganya. Namun, Bara ingin mengajak langsung orang tua itu dan menjemputnya. Rasanya ia begitu rindu dengan suasana di masjid An Nur. Sejak menikah, ia belum pernah lagi berkesempatan datang ke sana. Tak lama, deru mobil terdengar di depan rumahnya. Kedua orang tua Rania beserta sang kakak dan kakak iparnya sudah tiba. Rania menyambut kedatangan mereka dengan gembira. Ia memeluk sang ibu dengan erat dan mengajak mereka semua ke dapur. “Masyaa Allah, banyak sekali kalian memasak. Apa tidak lelah?” tanya Umi begitu melihat hidangan yang tersaji di meja. “Tidak, Umi. Kami senang memasaknya untuk menyambut keluarga.” “Sejak kapan kamu bisa masak makanan ini, Rania? Tambah pintar saja, ya,” sahut Pandu, yang dicubit pelan pinggangnya oleh sang istri karena selalu menggoda adiknya setiap kali mereka bertemu. “Yang memasak semua Kak Bara. Aku hanya membantu memotong-motong bahan saja.” Jawaban Rania membuat semua orang tercengang. Mereka tak menyangka Bara bisa memasak, meski tahu lelaki ia membuka warung ayam penyet. “Kenapa pada tidak percaya?” tanya Rania seraya tertawa. “Benar Bara yang masak semua?” tanya Abi. “Benar, Abi. Untuk apa Rania berbohong. Kak Bara ternyata punya potensi di dapur. Mungkin, kami bisa buka restoran kelak,” ujar Rania. “Masyaa Allah. Semoga Allah mudahkan urusan kalian, ya, Nak,” ucap Umi. “Aamiin. Terima kasih, Umi.” “Ngomong-ngomong, Bara ke mana, Ya? Dari tadi tidak kelihatan,” tanya Pandu. “Jemput Pak Amin, Kak.” “Loh, kenapa tidak minta tolong kita saja untuk menjemput Pak Amin. Dekat rumah gini, kan bisa sekalian,” sahut ayah mereka. “Kak Bara mau sekalian salat Isya di sana, Bi. Katanya rindu salat di masjid An Nur.” Semuanya mengangguk mendengar jawaban Rania. Suara pintu diketuk tiba-tiba terdengar. “Itu pasti Kak Bara. Rania ke depan dulu, ya,” ucap Rania lalu beranjak menuju pintu depan rumahnya. Bara dan Pak Amin sudah tiba di depan rumah. Rania menyambut orang tua itu dengan hangat dan ramah, tanpa harus berjabatan tangan karena Pak Amin bukanlah mahramnya. “Silakan masuk, Pak. Keluarga saya sudah di dalam,” sambut Rania. “Terima kasih. Senang sekali bisa ikut makan malam bersama keluarga kalian,” sahut orang tua itu. Mereka pun berjalan ke dapur, menghampiri keluarga yang sudah menunggu. Makan malam keluarga itu berjalan dengan baik. Sembari menikmati hidangan lezat buatan Bara, mereka mengobrol banyak hal, termasuk menanyakan tentang bakat Bara yang baru terlihat. “Abi hampir tidak percaya kamu yang memasak semua ini, Bara,” ucap ayah Rania di tengah-tengah obrolan mereka sambil menikmati hidangan. “Iya. Saya juga tidak menyangka Bara pintar memasak,” timpal Pak Amin. “Kamu belajar dari mana, Nak,” tanya Umi. “Alhamdulillah. Saya meniru resep-resep yang ada di internet, Umi. Tidak semuanya berhasil, ada gagalnya juga. Saya coba-coba terus dan kadang-kadang saya modifikasi,” terang Bara. “Masyaa Allah. Kamu sepertinya memang berbakat di dapur, ya,” puji Umi. Bara tersenyum malu menerima pujian keluarga barunya. “Jadi, kapan kita buka restoran?” celetuk Pandu. “Doakan terus, ya, Kak. Biar kami bisa mengembangkan usaha di bidang kuliner,” jawab Bara. “Berjuanglah. Insyaa Allah Abi akan membantu kalian semampu Abi,” ucap lelaki paruh baya yang terkenal berada di wilayah tempat tinggalnya. “Terima kasih dukungannya Abi. Tapi saya dan Rania akan memulai dari bawah. Mohon restui kami, Abi, Umi,” ujar Bara. Ayah dan ibu mertuanya terenyuh mendengar penuturan pemuda itu. Mereka merasa bahagia telah merestui sang putri satu-satunya menikah dengan Bara. Pemuda yang awalnya tersesat, kini benar-benar berubah dalam hidayah-Nya, dan sangat bertanggung jawab terhadap mahligai rumah tangganya bersama Rania, wanita terkasih.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN