Tiga

1012 Kata
Wajah itu tetap saja sayu. Harus menerima kemarahan yang teramat dahsyat dari ayahnya. Ponselnya terpaksa disita. Kini Sekar semakin sulit untuk bisa menghubungi kekasihnya. Diri yang terkunci di dalam kamar yang tak memberikan kebahagiaan. Hanya jerit tangis membahana dalam kesendiriannya. Tubuhnya seakan tak menerima dengan mudah, sebuah perlakuan yang baru sekali diterima dalam hidupnya. Sekar tak pernah menyangka. Ayah tirinya sejahat ini padanya. Ingatannya kembali berputar, mengisi sebuah tembang masa lalu, tatkala sang ibu masih setia menemani di sisinya. “Ibu ingin engkau segera menikah, sebelum Tuhan memanggil ibu lebih dulu.” Kata-kata itu terbesit dalam pikiran Sekar saat ini. Kerinduan mencabik dadanya. Sosok sang ibu menari-nari dalam ingatannya. Senyum kasih penuh cinta itu sangat dirindukan, terdekap sampai ke jantungnya. Sekar tak bisa memungkiri, dirinya sangat merindu. Tak ragu tetes air mata itu pun kembali hadir, saat sebuah foto tergenggam di tangannya. Senyum sang ibu pada foto itu begitu meneduhkan. Sosok yang sangat mengerti akan setiap keinginan Sekar. Tapi Tuhan lebih mencintai ibunya, daripada dirinya sendiri. Ibunya telah pergi mengahadap sang kekasih abadi dua tahun yang lalu. “Ibu, aku ingin engkau hadir bersamaku, Bu.” Sekar meneteskan bulir air mata itu hingga menganak sungai. Tak dapat dihitung. Tak henti-hentinya dia tetap menghadirkan dalam sela-sela kesedihan yang dirasakannya. Pak Surya mengurung sekar seorang diri. Semua hanya untuk satu misi, agar Sekar menyerah dan menerima pinangan Fauzi. Suara kunci pintu itu terdengar di telinga Sekar. Dia segera menyeka air matanya dan menaruh kembali foto sang ibu di meja dekat dengan tempat tidurnya. Mata sekar menuju ke pintu kamarnya. Dilihatnya dengan rasa takut yang mengiringi, ayahnya telah datang dengan sepiring nasi dan segelas air putih di tangannya. “Makan ini!” Sekar tetap mengunci mulutnya, pandangannya pun seperti biasa. Menunduk dan sama sekali tak berani menatap wajah ayahnya yang garang. “Jangan membuat orang tua pusing Sekar, tinggal menurut saja, kamu akan hidup bahagia.” Nasihat yang menohok itu kembali terdengar. Sekar seakan hapal di luar kepala. Menurut untuk sebuah cinta dengan terpaksa. Tak ada rasa apa pun dalam hati Sekar. Selain takut yang berlebihan. Menolak akan membuat fisiknya lemah, menerima akan membuat batinnya semakin tersiksa tanpa arah. “Jangan diam saja, cepat makan, jangan buat ayah susah, Sekar!” Sekar dengan susah payah menahan air matanya agar tak cepat jatuh. Wajahnya semakin menunduk. Hampir saja mengenai guling yang terpangku itu. Pak Surya lalu keluar dan kembali mengunci pintu kamar Sekar. Lagi-lagi Sekar kembali menangis. Hatinya semakin teriris. Sepiring nasi itu terlihat dengan lauk kesukaan Sekar. Ayam goreng dan sambal matah. Tapi semua tak membuatnya berselera. Enggan untuk menyantapnya. Sekar membiarkan nasi dan ayam goreng itu berada di atas meja dekat dengan tempat tidurnya. Matanya kembali melirik, pada sebuah senyum yang dirindukan. Menarik kembali foto wanita paro baya di foto itu. Mata Sekar tak hentinya basah, seperti sungai deras, mengalir tiada henti pada muara kepiluan yang menggenangi. Sekar tertancap pandangannya. “Bu, bolehkan aku bercerita, tentang sebuah cinta yang aku inginkan.” Sekar menghentikan kata-katanya. Dia mencoba menahan air mata itu, mengusap sisa-sisanya yang jatuh membasahi pipi. Dan pandangan matanya tetap menyatu pada senyum simpul sang ibu. Tenang nan menentramkan. “Tuhan menghadirkan cinta ini sangat kuat, aku mencintainya memang tak melihat dari hartanya, aku mencintainya karena caranya menghargaiku sebagai wanita, Ibu, bisakah engkau mengerti akan apa yang aku rasakan kini?” Sekar terisak kembali. Tak bisa menahan beban di dadanya. Kata-katanya terhenti. Tangannya memeluk erat foto ibunya. Seolah tak ingin dekapan itu lepas begitu saja. Diam beberapa menit, hanya bisa menikmati kerinduan yang terpisah dimensi. “Apa aku tak boleh bahagia dengan cintaku, Bu? Tolong jawab Bu, jawab aku!!” Sekar histeris. Tak bisa lagi mengkondisikan dirinya. Dia terasa terjerat kasih yang tak pernah diinginkan. Membanting foto ibunya di ranjang. Lalu gelas kaca itu pun dilempar. Riuh gesekan dengan lantai membuat suaranya begitu nyaring. Pecahan gelas itu berserakan memenuhi lantai kamar sekar. “Ada apa Sekar?” Pak Surya yang mendengar suara pecahan gelas itu pun segera melihat kondisi putrinya. Masuk tanpa berlama-lama. “Jangan bodoh, jangan membuat Ayah semakin marah, Sekar!” Sekar cukup diam. Pak Surya segera keluar kamar. Sekar tak melakukan apa pun. kecuali merintih dalam sebuah tangisan. Dia sangat lemah. Semua cintanya seolah terenggut paksa. Sekar menjatuhkan tubuhnya. *** I am talking of you in my sleepless solitude tonight If it’s wrong to love you then my heart Just won’t let me be right Lagu dari Mariah Carey membuatku ingin terus mendendangkannya. Aku tak bisa tidur, malam yang panjang ini seakan menyiksaku. Suara panggilan anak tersayang itu pun membuyarkan nyanyianku. Aku segera bangkit dari tempat tidur. Membuka pintu kamarku, senyum simpul terlihat dari manisnya anak perempuanku. “Ayah, aku tak bisa tidur, aku takut.” “Tidurlah bersama Ayah, Nak.” Kupeluk erat, bidadari kecilku yang amat kucintai. Dalam hatiku akan terus memberikan yang terbaik untuknya. Sebentar lagi mimpiku untuk memberikan sosok ibu pada anakku akan segera terwujud. Wajah ayu Sekar menari-nari membayangi pikiranku. Kecantikannya membuatku semakin rindu. Aku ingin segera memilikinya. Aku sangat mencintainya, melebihi cinta pada diriku sendiri. Ku ingin malam segera berlalu. Agar aku bisa segera bertemu dengan pujaan hatiku, Sekar. Betapa wajah putih bersih membuatku semakin ingin berjumpa. Cinta yang hadir dalam d**a seakan menyuruhku untuk selalu memikirkan tentang parasnya. Gadisku yang amat kucinta. Aku akan memilikinya untuk selamanya. Jalanku hanya tinggal selangkah. Aku akan menjadi suami dan dia istriku. Cintaku melebihi samudera untuk Sekar. Mataku menatap Bintang, malaikat kecil yang rindu akan sosok ibu. “Ayah akan mengadirkan Ibu untukmu, Tuhanmu yang telah memanggil Ibumu sekarang akan menghadirkan Ibu baru yang akan merawat dan mencintaimu, Nak.” I am talking of you in my sleepless solitude tonight If it’s wrong to love you then my heart Just won’t let me be right Lampu kamar padam dan mata terpejam dalam pelukan sang Malam. *** Fauzi merasa tersanjung dengan cinta yang Tuhan berikan. Dia seakan tak bisa menahan hatinya. Debar cinta itu berdentam-dentam menusuk jantungnya. Ingin segera menyapa dalam nyata. Bersua dalam ikatan pernikahan yang membahagiakan. Dia terlena dalam lamunan yang terus mendatangkan senyuman. Harapannya untuk menikah dengan wanita yang memang telah menancapkan panah cinta untuknya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN