Bab 8. Sandiwara Cinta

1091 Kata
Jason tidak punya pilihan untuk lari. Saat ini ia terjebak pada ancaman akan menjadi calon Ayah di masa depan. Meski program inseminasi itu memiliki tingkat probabilitas tinggi tetap saja peluang gagal juga masih tinggi. Jason dan Grace masuk ke dalam sebuah ruang kerja Paduka Putri Margareth. Mereka harus menghadap Putri Margareth untuk menjelaskan apa yang sudah terjadi. “Ceritakan bagaimana kalian bisa bertemu? Apa Russel mengetahui hubungan kalian?” tanya Margareth pada Grace lalu melirik tajam pada Jason. Jason sedikit mengernyit dan melirik pada Grace. Grace-lah yang bertanggung jawab menjawab semua pertanyaan. “Iya, Grandma. Itu sebabnya mengapa kami putus. Dan setelah aku tahu aku hamil, aku kembali pada Jason,” jawab Grace sembari tersenyum seraya mengarang cerita. Grace dan Jason duduk dengan jarak yang cukup membuat Margareth curiga tapi ia masih memperhatikan tingkah keduanya. “Mengapa kamu menyembunyikan semua ini, Grace?” tanya Margareth lagi dengan sikap tubuh yang tegak layaknya seorang Ratu. “Grandma, aku tidak ingin membuat semua orang kecewa terlebih dirimu. Itu sebabnya mengapa aku menyembunyikan semuanya.” Margareth mengangguk pelan dan sedikit menundukkan pandangannya. Kemudian ia beralih pada Jason. “Tuan Thorn, jelaskan tentang dirimu. Apa pekerjaanmu dan siapa keluargamu.” Putri Margareth kini mendesak Jason untuk bicara. Jason mendeham pelan lalu menegakkan posisi duduknya. “Namaku Jason Michael Thorn seperti yang aku katakan tadi ... Paduka Putri. Aku seorang Dokter bedah dan bekerja di rumah sakit yang sama dengan Grace. Keluargaku ... uh, bagaimana aku menjelaskannya ...” Jason sedikit kebingungan memilih kalimat yang tepat untuk ia katakan. “Apa pekerjaan Ayahmu?” tanya Putri Margareth menimpali. Kedua alis Jason naik bersamaan dan ia menyengir canggung. “Hanya ... orang biasa, Paduka Putri.” Jason menjawab dengan sikap ragu. Ia tidak ingin memberitahukan tentang kedua orang tuanya pada Putri Margareth karena yakin jika perjanjian kontrak itu mungkin tidak akan lama. Setidaknya itulah yang ia harapkan. “Aku menghormati profesimu yang baik, Dokter Thorn ....” Jason tersenyum lalu mengangguk paham pada Putri Margareth. “Meskipun demikian, aku harus memastikan jika kamu adalah Ayah dari bayi yang sedang dikandung oleh Grace. Apa kamu bisa bertanggung jawab?” sambung Putri Margareth lagi dengan sikap tegas. Jason tertegun mendengar semua itu. Sesungguhnya ia sangat tidak siap menjadi seorang Ayah. Usianya belum 30 tahun tapi memiliki bayi dari hasil inseminasi, hal itu bukanlah prestasi sama sekali. Tangan Grace lalu meraba tangan Jason dan menggenggamnya. Jason yang tertegun diam lantas menoleh pada Grace yang sesungguhnya memberikannya kode untuk menjawab. “Grace adalah cucuku dan penerus keluarga ini. Seperti yang kamu lihat, dia bukan orang biasa.” Putri Margareth kembali menekankan. Jason pun menoleh kembali pada Putri Margareth dengan raut tanpa senyuman. “Aku dan Grace sudah sepakat untuk masalah ini. Aku rasa ... aku siap ....” ‘Bicara apa aku ini!’ teriak Jason dalam benaknya. Putri Margareth mengangguk paham dan berdiri dari kursinya. Ia pun mengangguk pada kepala Butler, Lester Phillips yang kemudian akan mendampinginya untuk kembali ke ruang perjamuan. “Kalian bisa kembali ke dalam. Selamat atas pertunangan kalian berdua,” ujar Putri Margareth dengan senyuman ramah. Wajah tegang Grace tersapu dengan senyuman dan helaan lega. Ia pun memeluk neneknya itu dengan erat di depan Jason yang tertegun menatap keduanya. Margareth lalu mempersilakan pasangan baru itu keluar untuk bertemu anggota keluarga yang lain. Grace dan Jason berjalan masuk ke ruangan tersebut bersama. Sedangkan anggota keluarga lainnya mendekat untuk memberikan ucapan selamat. “Ini dia pasangan baru. Wah, kalian tampak sangat serasi,” puji salah satu paman jauh Grace yang juga seorang bangsawan. Grace tersenyum dan mengangguk sopan. Tak lupa Grace tetap melingkarkan sebelah tangannya pada lengan Jason. “Aku sangat tersinggung, Grace. Kamu belum pernah memperkenalkan pria ini,” ujar Edward Reitberg menyela. Istrinya Olivia ikut memandang kedua pasangan ini dengan sikap yang angkuh. Jason sedikit mengernyit tak suka dan mulai membuang muka. “Aku sudah tidak ingin lagi mempublikasikan pria yang dekat denganku, Dad. Aku rasa kamu mengerti,” jawab Grace dengan sikap yang ditahan sedapat mungkin. Jason sedikit melirik pada Grace dan ia bisa melihat jika wanita itu tak nyaman dengan orang tuanya. “Biar bagaimanapun dia adalah calon suamimu, tentu saja aku harus mengetahuinya.” Edward mulai menegangkan situasi. Matanya menatap tak suka pada sosok Jason yang sudah menyelamatkan posisi Grace sebagai pewaris. “Aku sudah cukup dewasa untuk membuat keputusanku sendiri ... kurasa!” balas Grace menyindir cukup keras. “Aku dengar kalian berselingkuh di belakang Russel ya?” Olivia menyeletuk tajam langsung menyudutkan Grace dengan sengaja. Grace spontan memberikan delikan pada ibu tirinya tersebut tapi Olivia makin menantang. “Siapa Russel?” tanya Jason mulai tak suka dianggap hanya pajangan pada arena saling sindir tersebut. Grace pun menoleh pada Jason dengan wajah cemas. “Dia ....” “Dia tunangan Grace sebelum denganmu. Apa kamu tidak tahu jika kamu dijadikan pelampiasan oleh Grace? Atau kalian sebenarnya ....” sahut Edward berusaha menguliti hubungan Jason dan Grace. Grace sudah menahan napasnya dan akan menyahut tapi Jason ternyata lebih dulu memuntahkan amunisinya. “Oh pria itu ... ah, dia tidak lebih baik dariku, Tuan Reitberg. Dia tidak pintar menjaga Grace dan mencintainya dengan tulus,” jawab Jason dengan senyuman seraya melingkarkan sebelah lengannya di pinggang Grace lalu menariknya lebih dekat. Tak lupa Jason turut memberikan tatapan penuh cinta pada Grace yang sedang terperangah menatapnya. “Tidak perlu mengingat masa lalu. Aku dan Grace akan segera menikah serta memiliki banyak anak. Siapa pun pria atau wanita lain, itu hanyalah masa lalu saja.” Jason menambahkan seraya tersenyum lebih lebar. “Kalian sangat romantis. Tapi kalian tidak berciuman setelah memasangkan cincin tadi,” celetuk Olivia lagi masih usil. Grace mulai mengeraskan rahangnya menatap Olivia yang sedang mengusiknya. Jason menghela napas panjang dan menoleh pada Grace lalu menyentuh sebelah pipinya untuk kemudian mencumbu bibirnya. Grace kaget tapi tak berbuat apa pun. Saat Jason mengulum bibirnya dengan lembut, Grace menaikkan kedua tangannya meraba d**a dan kerah jas yang dikenakan oleh Jason lalu memejamkan matanya. Perlahan ia ikut membalas ciuman tersebut sampai akhirnya melepaskannya perlahan. Ujung bibir Jason masih ingin maju untuk berciuman tapi Grace melepaskan pagutan manis itu lebih cepat. Grace menoleh kembali pada Edward dan Olivia yang menatap berang pada ciuman manisnya dan Jason. Jason pun menoleh kembali pada orang tua Grace sambil terus merangkul pinggang Grace dekat. “Selamat untuk kalian berdua. Ayo kita pergi, Olivia!” ucap Edward menahan rasa marah. Ia langsung berbalik meninggalkan Grace dan Jason. Jason memalingkan perlahan wajahnya menatap Grace yang juga ikut menatapnya. Jarak mereka begitu dekat untuk meneruskan ciuman itu lagi tapi Grace kembali menjarakkan dirinya. “Terima kasih.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN