Bab 10. Perdebatan Calon Ayah Dan Ibu

1137 Kata
Grace langsung menghela napas berat dan panjang seraya memejamkan mata. Ia tidak menyangka ayahnya Edward akan datang tiba-tiba dan bahkan sempat berkonfrontasi dengannya dan Jason. Grace yang lemas langsung kembali duduk di kursinya. Sedangkan Jason yang memandang dari tadi mulai merasa iba. Awalnya ia ingin mempertanyakan lagi soal donor miliknya serta perjanjian yang mereka buat. Namun setelah kejadian beberapa menit lalu, Jason jadi urung melakukannya. “Apa kamu baik-baik saja?” tanya Jason lebih lembut dan sedikit mendekat. Grace terkesiap dan menaikkan pandangannya. Ia sampai lupa jika Jason ada di ruangannya. “Kamu? Oh, maaf. Uhm, apa kamu ingin bertemu denganku? Ada perlu apa?” sahut Grace balik membalas tanpa menjawab pertanyaan dari Jason sebelumnya. Jason menarik napas lebih panjang dan mengangguk. “Maaf jika aku tidak datang di saat yang tepat tapi yang tadi itu ... itu agak keterlaluan.” Jason merujuk pada Edward Reitberg yang datang dan memojokkan Grace di depannya. Grace tertegun sejenak dan raut datarnya belum berubah. Ia agak kurang suka dengan perkataan Jason meski benar. “Aku rasa itu bukan urusanmu,” sahutnya ketus. Jason spontan mencebik sinis lalu berkacak pinggang. Ia bermaksud membela Grace tapi wanita itu malah balik menyerangnya. “Lalu kamu sebut apa aku? Bukankah aku calon Suamimu?” protes Jason menaikkan nada bicaranya. “Tapi itu hanya kontrak sementara. Bukan berarti kamu bisa mencampuri urusanku!” balas Grace mulai sengit. “Aku tidak akan ikut campur jika Ayahmu tidak menghina posisiku. Memangnya kenapa jika aku masih dokter residen? Apa posisi itu buruk? Tidak kan?” Jason membalas dengan nada kesal. Grace pun terdiam lalu menundukkan pandangannya. Ia merasa bersalah pada Jason karena sang ayah sudah merendahkannya. “Lalu apa maksud kedatanganmu ingin bertemu denganku? Apa kamu memerlukan sesuatu?” Grace bertanya hal lain untuk mengalihkan perhatian. Jason yang sudah kesal masih memendam rasa jengkelnya itu. “Aku ingin memastikan jika kamu sudah menarik donor itu dan tidak jadi melakukan inseminasi,” jawab Jason masih ketus. Kening Grace mengernyit seketika. Ia jadi ikutan kesal pada Jason. “Apa kamu tidak percaya padaku?” “Tidak, sampai kamu benar-benar menunjukkan bukti jika kamu batal melakukan inseminasi itu.” Jason menjawab cepat. “Untuk apa aku membuktikannya padamu? Lagi pula donor itu sudah bukan milikmu lagi kan?” Jason kembali mencebik dan mendekati meja kerja Grace. “Jangan bercanda denganku, Dokter Reitberg. Aku sudah bilang padamu jika aku tidak mau kamu hamil bayiku!” Jason sampai begitu ngotot dan menunjuk Grace yang ikut membesarkan bola mata indahnya. Grace pun kesal lalu berdiri menentang Jason. “Lalu kalau begitu untuk apa kamu mendonorkan spermamu? Apa kamu mengira jika donor s****a dan program inseminasi itu sebuah candaan?” “Aku memang sudah melakukan kesalahan besar dengan melakukan donor s****a, tapi aku ingin menarik kembali donor itu!” sahut Jason bersikeras. “Dokter Thorn, apa kamu melihat seperti apa kondisiku saat ini? Aku sangat membutuhkan donor itu agar aku bisa hamil!” balas Grace tak sadar kelepasan bicara. “Jadi kamu berniat membohongiku ya? Kamu bilang kamu akan membatalkan rencana inseminasi itu.” Jason langsung memekik dengan suara tertahan. Grace begitu kesal. Jason tidak bisa diberikan pengertian sama sekali. Grace sampai keluar dari meja kerjanya demi menghadapi dan menjelaskan pada Jason. “Apa kamu tidak bisa melihat yang terjadi padaku saat ini? Aku terdesak untuk segera menikah dan hamil. Aku sudah membayarmu menjadi suami bayaran dan sekarang aku harus hamil!” sahut Grace bersikeras. “Kalau begitu cari saja pria lain sebagai Ayah dari bayimu. Jangan aku!” balas Jason tak mau mengalah. “Aku tidak punya waktu mencari pria sembarangan,” rengek Grace sudah kehilangan akal. Sikap Grace yang biasanya dingin serta angkuh, kini malah tampak menggemaskan. Ia merengek dengan suara manja. Jason sempat mengeraskan rahangnya bukan cuma karena kesal tapi juga karena ia gemas. “Masih banyak pria di luar sana. Kamu hanya perlu membuka dating apps dan menemukan mereka.” Grace langsung melotot dan menggeleng. “Aku tidak mau. Aku tidak mau memakai dating apps!” Grace menyahut keras. Jason jadi kesal lalu mengibaskan kedua tangannya ke udara. “Oh, man. Aku tidak siap jadi Ayah!” seru Jason makin sengit. “Tapi aku siap jadi Ibu!” “Tidak, kamu melakukan ini semua demi warisan kan? Kamu juga tidak siap jadi Ibu. Bagaimana wanita sepertimu bisa menjadi Ibu dari anakku nanti?” olok Jason membuat Grace nyaris ingin memukulnya. Perdebatan di antara mereka tidak menemukan titik temu karena seperti sebelumnya, Grace bukanlah wanita yang disukai oleh Jason, baik sebagai atasan maupun sesama dokter. “Aku punya semua hal yang dibutuhkan untuk menjadi seorang Ibu dan aku tidak perlu membuktikannya padamu.” Napas Jason menderu dengan rahang mengeras menatap tajam pada Grace yang begitu keras kepala tidak mau menarik donor tersebut. Jason tidak tahu caranya lagi mengancam. Ia pun berkacak pinggang dan menunjuk Grace. “Tarik donor itu sekarang atau kontrak kita batal!” “Tidak, kamu sudah menandatanganinya dan tidak boleh mundur!” Grace menyahut keras. “Jadi kamu mau aku mengaku pada keluargamu jika kamu berbohong soal kehamilanmu? Oke, akan kulakukan sekarang juga!” Jason hendak berbalik dan Grace dengan panik meraih lengannya. Grace langsung memelas agar Jason mengurungkan niatnya. “Tolong ... tolong jangan lakukan itu! aku mohon!” pinta Grace berubah cemas. Jason diam memperhatikan dan masih tetap dengan keinginannya. Grace yang putus asa terus menatap Jason dengan mata berkaca-kaca dan seperti akan menangis. “Aku bersedia menjadi suami bohongan untuk menipu keluargamu tapi aku tidak mau menjadi Ayah dari bayi yang akan kamu kandung,” ujar Jason menjelaskan dengan nada lebih rendah. Hatinya mulai tidak tega jika menekan lebih keras. “Kenapa? Aku tidak meminta tanggung jawabmu. Kamu hanya menyerahkan donor itu padaku. Selebihnya itu akan menjadi tanggung jawabku,” kilah Grace membalas. “Apa kamu tidak mengerti rasanya? Apa kamu tidak bisa membayangkannya jika kamu hamil anak dari pria yang tidak kamu kenal. Dan aku tahu aku memiliki darah daging di rahimmu tapi aku tidak bisa berhubungan atau mencari tahu soal anakku. Itu semua kekacauan, apa kamu mau hidup dengan cara seperti itu?” tukas Jason kembali emosi. Grace terdiam mendapatkan reaksi seperti itu. Bukan ia tidak memikirkan situasi yang akan dialaminya jika berhasil hamil dari program inseminasi tersebut. Namun, pilihan hidupnya tidak seperti orang kebanyakan. Ia harus hamil atau akan kehilangan semuanya tanpa ampun. “Andai aku punya pilihan, aku tidak akan melakukan ini. Aku sudah putus asa, Thorn,” ujar Grace seraya menghela napas berat. Matanya yang sebiru lautan meneteskan air mata penderitaan dan beban yang tidak pernah diketahui Jason. Hilang sudah kegarangan dan emosi Jason saat ia melihat air mata Grace. Rasanya seperti ada yang menghisap seluruh amarahnya seketika. “Aku mohon, hanya satu bulan. Aku janji tidak akan mengganggumu lagi setelah ini. Aku akan berikan jabatan yang kamu mau dan separuh warisanku. Tolong, jangan beritahukan hal ini pada siapa pun.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN