Ketika kedua tanganmu menumpahkan darah seseorang dan selalu menjadi pengantar ajal, sulit bagimu untuk menghentikannya. Meski rahasia kelam itu kau genggam erat, kelak belahan jiwamu akan mengetahuinya.
--------------- PRAJA -------------------
Demi tugas, ia harus rela meninggalkan istrinya yang tengah hamil muda anak kedua, sementara anak pertamanya baru saja menginjak usia empat tahun. Ya dirinya memang agak terlambat mempunyai momongan, ini di sebabkan karena Tari sulit sekali mempersiapkan dirinya untuk bisa menerima kehamilan.
Lelaki itu tersenyum mengenang istrinya yang polos dan lugu. Sejujurnya ia agak berat meninggalkan Tari di Jenewa meskipun ada pelayan dan keamanan juga sopir yang menemani Tari dan Nada, putri kecilnya yang sudah pandai bicara dan sangat imut itu.
Namun, tugas adalah tugas, situasinya tidak bisa memboyong anak dan istri mengingat kondisi Tari yang sakit-sakitan sejak kehamilan kedua ini. Bosnya langsung, Alisha Diandre memanggilnya tanpa bisa ditunda.
Jumlah rekeningnya tiap tahun semakin bertambah tanpa harus mengirit biaya hidup yang serba mahal di Eropa. Mereka sangat berkecukupan sehingga bisa mengirim lebih banyak uang kepada ibu mertuanya. Untuk semua itu, yang perlu dilakukannya adalah memberikan kesetiaan penuh kepada Alisha dan membimbing Adiknya Verden Jaqc Raymond secara pelan-pelan sebelum dinyatakan siap mengelola galery milik mereka.
Saat itu tiba, Praja akan memboyong keluarga kecilnya pulang ke tanah air dan mulai membuka usaha dengan modal yang telah dikumpulkannya selama bertahun-tahun mengabdi kepada keluarga Laksono, hanya tinggal menunggu beberapa tahun lagi.
Kehidupannya tampak tenang di permukaan, dirinya tampil sebagai sosok ayah yang bertanggung jawab, sosok suami yang menjunjung tinggi cinta kasih kepada istri dan seorang lelaki bereputasi baik bagi orang-orang di sekitarnya. Tanpa ada yang tahu kalau kedua tangannya begitu kotor dan berbau darah.
Praja dilatih secara pribadi oleh Catur Laksono untuk menjadi pengawal dalam setiap akses kehidupan Bramantyo. Sebagai putra dari seseorang yang berjiwa mafia, Bramantyo adalah lelaki lemah yang cenderung hidup lurus dan mengedepankan musyawarah serta pengampunan.
Pekerjaan kotor atas perintah Catur Laksono, ia selesaikan dengan baik tanpa jejak, hingga Bramantyo tidak tersentuh oleh lawan secuilpun.
Padahal, bagi seorang pengusaha besar yang mempunyai resiko tinggi untuk dijatuhkan lawan. Terlalu banyak musuh dalam selimut yang menginginkan harta kekayaan sampai kedudukan yang dipunyainya.
Terbukti saat ini, Bramantyo tengah diguncang oleh musuh bebuyutan keluarganya. Seakan mereka telah memetakan kelemahan Bramantyo hingga tindakan itu diambil saat ini, bukan saat Catur tengah memegang kendali keluarga Laksono.
Fakta yang sulit dibantah! Praja hanya berharap kepada Alisha yang harus memiliki hati baja dalam menghadapi dan menyikapi prahara rumah tangganya demi menyelamatkan bisnis-bisnis raksasa keluarga Laksono.
Salah satu tugasnya adalah menyadarkan Alisha bahwa semuanya terjadi akibat dari kekuatan luar yang telah merencanakan semuanya dengan sangat baik dan sedikit banyak akibat dari kelemahan karakter Bramantyo, setidaknya itu menurut sang ayah, Catur Laksono.
Praja menerima perintah lain dari Catur yaitu, mengamankan Ihsan yang mendapat pengampunan dari Bramantyo dan masih dipekerjakan olehnya. Ia akan kembali pada perkerjaannya dahulu, membawa Ihsan ke sebuah tempat lalu menyekapnya sebagai tahanan dan memaksanya untuk buka mulut dengan segala persiapan interogasi.
Seringnya kegiatan interogasi dilakukan secara kasar dan brutal. Praja sudah membayangkan apa saja yang akan terjadi, "ma'afkan aku, Tari ... ma'afkan ayah, Nada ...," batin Praja pilu.
Namun, ia tidak punya pilihan lain, selama masih menerima gaji dari keluarga Laksono, otomatis dirinya harus menjadi garda terdepan dalam melindungi keluarga Laksono dari rongrongan musuhnya. Itulah tugas utamanya yang diamanatkan oleh Catur Laksono.
Ia akan menemui Alisha di butik mewahnya yang menguasai hampir dari setengah lantai pada mal besar tersebut. Mal kepunyaan pribadi Bramantyo. Butik itu tidak hanya memajang barang-barang bermerk tapi juga memajang lukisan-lukisan hasil karya Alisha yang nilainya selangit.
Di dalam butik terdapat sebuah kantor kecil yang sangat nyaman dan megah, meski kedatangan Alisha hanya sesekali saja, tapi kantor itu tetap dibuat sesuai selera Alisha.
Diana, ibunya Alisha yang selalu rajin datang ke butik dan mengatur segala sesuatunya. Dari seabreg bisnis Alisha yang paling disukainya adalah butik itu.
Mengusung nama "D'andre Boutique" sangat cocok dengan barang-barang yang dijual yaitu besutan produk-produk Eropa dari disainer ternama dunia.
Praja telah sampai di lokasi, ia berjalan menuju bagian belakang butik dan berbelok setelah studio lukis. Terdapat selasar yang tidak begitu panjang, ia berhenti tepat di depan pintu bertuliskan 'Alisha Diandre'.
Mereka berhadap-hadapan, Praja berkulit pucat akibat jarang terkena sinar matahari. Perawakannya masih tetap sama seperti sebelum bertugas di Jenewa, tinggi, tampan, berwajah dingin dengan otot-otot yang masih kentara.
Alisha pun tampak pucat dengan kelopak mata sembab, meski tidak mengurangi kecantikan dan keanggunannya, terlihat jelas ada kesedihan pada sorot matanya.
Yang membuat Praja terpana adalah seorang bayi dalam stroller yang tengah tidur lelap. Tidak terbuang wajah tampan khas keluarga Laksono terlihat jelas di sana. Alisha menutup pintu dan menguncinya. Ia memberikan isyarat kepada Praja agar segera duduk.
Dengan gerakan santai, Praja mengeluarkan tablet kecil dari balik jasnya, sementara Alisha duduk tegak dengan tegang dan berwajah serius, tanpa senyum seperti biasanya.
"Awalnya diketahui bahwa orang yang yang masuk ke dalam kamar bersama Veronika adalah seorang dokter yang sering melakukan intrauterine insemination, tidak ada bukti bahwa mereka membawa peralatan medis juga tidak ada bukti bahwa perempuan itu melakukan seng*gama sebab diketahui belakangan kalau Tuan tidak sadarkan diri." tutur Praja.
"Identitas dokter telah dilacak, seseorang telah berhasil merampas laptopnya dan rekaman perbuatan mereka masih ada." Lanjut Praja.
"Mereka masuk bersama dan keluar dari kamarpun bersama-sama. Menghabiskan waktu kurang lebih selama tiga jam di dalam ruangan, barangkali Nyonya mau melihat rekaman ini? Ini bukan masalah hubungan intim, Nyonya, tapi lebih mengerikan." Praja membuang wajahnya ke samping, yang ia bicarakan adalah tuan besarnya, keinginan untuk menghabisi kedua orang tersebut muncul saat ia melihat rekaman peristiwa tersebut.
Alisha terdiam, keyakinannya bahwa Bramantyo berkhianat kepadanya mulai goyah. Ia menatap kedua iris coklat Praja, mencari kejujuran di sana. Bisa saja ini hanya sekedar akal-akalan dari keluarga Laksono. Alisha menggelengkan kepalanya seraya berkata, "kirimkan ke emai saya, semuanya."
Praja mengangguk lalu mulai melaksanakan perintah sang bos. Dalam sekejap semua telah tersalin ke dalam email Alisha.
"Ada yang lain, Bos?" tanya Praja.
"Untuk sementara cukup," sahut Alisha pendek.
"Kalau begitu, saya pamit. Ada urusan sebentar ke rumah Ibu." Praja berbohong. Sebab kenyataannya dia akan menemui Catur di wilayah Puncak.
Alisha memgangguk seraya mengucapkan terima kasih, tanpa berdiri apalagi mengantar ke pintu. Perasaannya sangat kalut. Ia berpikir bagaimana kalau Bramantyo dicelakakan Veronika saat itu? Alisha bergidik, hanya saja ia membutuhkan keyakinan atas kebenaran dari rekaman yang dibawa oleh Praja.
Satu hal yang mengusik pikirannya adalah, kenapa Bramantyo memilih untuk diam?
Alisha menghela napas panjang, ia menoleh kepada Dimas yang tetap tertidur lelap. Bayi tanpa dosa telah menjadi alat kejahatan seorang ibu yang durjana, benar-benar ia tidak habis pikir.
Tangannya meraih gagang telepon dan memencet beberapa nomor. Deringan ke-empat tersambung, "Halo?" sapa suara diujung telepon.
Alisha mempersiapkan diri. "Halo, tolong ke butik sekarang saya tunggu," ujar Alisha tanpa basa-basi.
Mendengar yang menelepon adalah bosnya, nada suara orang itu berubah menjadi sopan dan sungkan.
"Oh, iya Bos, segera laksanakan," jawabnya. Alisha memutuskan sambungan dan menunggu.
Ia akan menyerahkan rekaman tersebut untuk diperiksa keasliannya. Ia tidak ingin sampai tertipu yang bisa saja mereka termasuk Bramantyo berkonspirasi untuk menipunya.
Note ; intrauterine insemination adalah tindakan yang dilakukan dokter untuk menyuntikkan sp*rm kepada indung telur.
beda dengan bayi tabung ya.