bc

The King Of The East ( Sekuel CEO, Duniamu Milikku )

book_age18+
1.1K
IKUTI
14.6K
BACA
billionaire
revenge
powerful
independent
CEO
drama
brilliant
city
betrayal
cheating
like
intro-logo
Uraian

Bacaan Dewasa ya ... Bijaklah dalam memilih.

Happy Reading.

Bima Sakti Laksono tumbuh menjadi lelaki yang sesuai harapan dinasti keluarga Laksono, Bisnis keluarga yang dipegangnya merambah dengan cepat menguasai Asia, di usianya yang masih sangat belia. Julukan The King Of The East tertanam pada dirinya.

Dengan tangannya sendiri, dia menghancurkan bisnis raksasa milik keluarga Ibunya Dimas Laksono, yaitu Veronika. Sayangnya, kehancuran itu merembet kepada kakaknya sendiri yaitu Andrea Laksono yang bersuamikan dari trah keluarga Veronika.

Andrea menjadi tawanan keluarga suaminya dan diperlakukan dengan sangat buruk. Hingga membuat Andrea begitu terpuruk. Namun hal tersebut tidak diketahui oleh Bramantyo dan Alisha kecuali Bima Sakti.

Keluarga Veronika menawarkan kesepakatan kepada Bima Sakti, agar memulihkan seluruh kerajaan bisnis mereka, maka Andrea akan dipulangkan dengan selamat.

Namun, Bima Sakti mempunyai rencana lain.

chap-preview
Pratinjau gratis
Dimas Laksono
Hidupmu berakhir saat egomu, harga dirimu, kepercayaan dirimu teronggok bagai sampah akibat pengkhianatan yang tidak sanggup kamu terima. ------------- Alisha Diandre ------------ Di sebuah balkon yang luas, Alisha Diandre duduk terpekur. Suasana hatinya tidak lagi bisa menikmati kuncup-kuncup mawar yang kini bermekaran dalam sebuah kotak kaca. saat biasanya, semerbak mawar mampu membuat perasaannya tenang, tapi tidak sore itu. Alisha merasa sangat nelangsa. Bayangan akan suaminya, Bramantyo Laksono tengah menggauli wanita lain, menyesakkan dadanya. Dunia seakan runtuh saat itu juga. Ingin rasanya ia menghilang dari muka bumi ini atau mencari alat canggih yang bisa menghapus ingatannya. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa kekasih jiwa dan raganya itu mampu tersentuh oleh orang lain selain dirinya, mengingat betapa sulitnya Bramantyo dulu berjuang untuk mendapatkannya, sampai-sampai pernikahan mereka pun atas dasar keselamatan bagi Alisha. Setelah semua rintangan-rintangan berat mereka lalui bersama yang nyatanya semakin mendekatkan mereka satu sama lain, justru kabar mengejutkan bagai terkena petir di siang bolong, mampir langsung kehadapannya. Wanita langsing berkulit pucat dan sangat cantik, berpenampilan bagai super star, di tangannya membawa seorang bayi yang terbungkus selimut sangat indah. Dia mengenalkan dirinya sebagai Veronika. Yang bercerita bahwa bayi itu adalah hasil hubungannya dengan Bramantyo, sebelas bulan yang lalu. Alisha yang tidak mudah goyah oleh kabar sepahit apapun, tersenyum dalam diamnya, memperhatikan Veronika dengan seksama. Menyapu seluruh rona dan gerak dari wanita dihadapannya itu. Dengan gerakan gemulai yang mempesona, Veronika mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah amplop yang di kepalanya tertera nama rumah sakit. Rumah sakit yang Alisha sangat kenali. Rumah sakit milik keluarga Laksono; 'RS SehatWaras'. Veronika mempersilakan Alisha untuk membuka amplop tersebut. Tanpa menanggalkan senyumnya, Alisha membuka amplop dan mengambil dua lembar kertas dari dalamnya. Deg. Hati Alisha bagai di hantam benda keras secara tiba-tiba. Matanya nanar membaca kata demi kata dalam kertas tersebut. Hanya saja yang sangat jelas bagi Alisha adalah sebuah angka; 98%, kata selanjutnya adalah 'identik' di susul nama suaminya, Bramantyo Laksono. Pandangannya mendadak gelap, namun Alisha berhasil menguasai dirinya dengan susah payah. Mimik wajahnya sangat datar, sehingga Veronika merasa heran. Dia tidak mampu membaca apa yang berkecamuk di hati Alisha yang sangat anggun dan cantik itu. Alisha berusaha menenangkan dirinya, dia tidak ingin terlihat lemah dihadapan wanita yang telah ditiduri oleh suaminya. Seulas senyum muncul di wajah Alisha, dengan mata yang terlihat agak lelah, ia bertanya kepada Veronika bernada lemah lembut, "Lalu, apa yang akan saudari lakukan sekarang? Kenapa bayi mungil ini di bawa ke sini? Apa saudari ingin meminta pertanggung jawaban suami saya?" Alisha tersenyum sambil menatap lekat kedua bola mata Veronika. "Tidak, saya tidak akan meminta pertanggung jawaban dari lelaki yang telah punya istri. Anggap saja saya tertimpa sial. Saya hanya ingin mengantarkan bayi ini dan biarlah Ayahnya yang merawatnya. Saya tidak ingin mengingat masa-masa buruk setiap kali saya melihat anak ini," tandas Veronika. Alisha tercengang mendengar kalimat yang terlontar dari mulut Veronika. Sebagai seorang Ibu, dia tidak mampu memahami jalan pikiran wanita yang terang-terangan ingin menyerahkan bayinya kepada orang lain, bahkan sengaja membuangnya. "Apakah suami saya telah mengetahui hal ini?" tanya Alisha penasaran. "Percuma, lelaki b******k itu tidak mau mendengarkan saya," jawab Veronika dengan nada gusar. "Mohon maaf, tolong ditarik kembali ucapan saudari, saya sangat mengenal suami saya, dia akan bertanggung jawab atas semua perbuatan yang telah dilakukannya. Jika saudari tidak bisa menjaga perkataan saudari, silahkan keluar dari rumah saya," tegas Alisha tanpa senyum. Veronika terkejut mendengar penuturan Alisha yang tegas dengan aura yang sulit dibantah. "Terserah. Saya tidak peduli. Saya juga tidak ingin berlama-lama di sini," sahut Veronika dengan nada semakin gusar. Dia meletakkan bayi yang digendongnya di atas meja, lalu membalikkan badan dan segera berlalu dari sana. Meninggalkan Alisha yang terpaku. Suara tangis di atas meja menyadarkan Alisha. Dia melihat bayi itu lalu mengangkatnya dan memeriksanya dengan hati-hati. Kini, dirinya tidak sanggup lagi menahan air matan yang seakan ingin berlomba keluar dari sudut-sudut mata Alisha. Sambil menangis terisak-isak, ia menggendong bayi itu dan membawanya ke kamar. Saat itu, pergumulan hati Alisha masih belum berakhir. Bramantyo Laksono belum pulang dari perjalanan bisnisnya di luar negeri. Alisha tidak ikut karena harus mendaftarkan Bima Sakti Laksono ke taman kanak-kanak. Rencananya hari kedua Alisha akan terbang menyusul Bramantyo. Namun, pada hari pendaftaran Bima Sakti itulah wanita bernama Veronika datang kepadanya. Alisha dengan sengaja mengabaikan semua pesan dan telepon dari Bramantyo. Bahkan dia mengingkari janjinya untuk menyusul Bramantyo tanpa penjelasan apapun. Hatinya terlalu pedih dan nelangsa. Lelaki yang sangat dipercayainya itu telah berlaku khianat dan bersikap tanpa dosa selama sebelas bulan. Walaupun hati kecilnya tidak percaya jika Bramantyo melakukannya dengan sengaja. Hanya saja, Sebelas bulan bukan waktu yang sekejap saja berlalu. Selama sebelas bulan Bramantyo Laksono telah menyembunyikan rahasia besar darinya, istrinya sendiri. Itu yang tidak termaafkan saat ini. "Lalu, apa yang terjadi dengan suamiku ya Tuhaaann ...,?" batin Alisha menjerit. Alisha meraih telepon genggamnya, ia melakukan sambungan telepon ke luar negeri. Tepatnya ke Jenewa, Di mana Praja masih bertugas di sana. Deringan pertama langsung diangkat oleh Praja. "Ya, Bos?" sahut Praja. "Tolong selidiki pertemuan Bramantyo dengan seorang wanita bernama Veronika sebelas bulan yang lalu ... tidak, mestinya dua belas bulan yang lalu ... ya antara itulah ...." Alisha merasa tidak yakin. Praja masih terdiam, merasa bingung dengan tujuan Alisha. "Bisa dilakukan? Selidiki sekarang juga, cari tahu di mana pertemuan mereka dan dalam rangka apa mereka bertemu. Hal ini off the record. Tidak seorang pun mesti tahu, termasuk Bramantyo," tandas Alisha dengan tegas. "Baik, Bos." Praja menutup sambungan telepon. Pertanda dia langsung mengerjakannya. Alisha bersiap untuk membawa bayi tersebut ke rumah sakit besar lain, yang bukan milik keluarga Laksono. Selain akan melakukan tes DNA, dia juga ingin memastikan kesehatan bayi itu secara menyeluruh. Alisha mencari helaian rambut Bramantyo dari kotak perlengkapan di kamar mandinya. Di tempat Bramantyo biasa menyisir rambutnya. Dia menemukan beberapa helaian pendek lalu menjapitnya dengan pinset dan memasukkannya ke dalam kantung plastik kecil bekas obat. Braaakk. Suara pintu dibanting. Alisha terperanjat, disusul suara tangis bayi yang kemungkinan terkejut tiba-tiba mendengar suara yang kencang. "Maamiiiii ... kok ada dede bayi? Mami punya dede bayi? Horeee Mami punya dede bayiii ... horeee ...." Bima Sakti Laksono, putranya yang baru berumur lima tahun itu, membuat Alisha menggelengkan kepala dan mengelus dadanya. Setelah menarik napas panjang, Alisha memasukkan plastik berisi rambut Bramantyo ke dalam tasnya dengan hati-hati lalu segera masuk ke dalam kamarnya, menghampiri bayi yang sedang menangis dan menggendongnya. Tidak lama kemudian, bayi itu kembali tertidur dengan damai. Alisha melirik kepada Bima, putra keduanya sambil memberi isyarat untuk diam. Setelah mengembalikan bayinya ke atas kasur dengan pelan-pelan, Alisha menggandeng Bima menuju ruang sebelah dan mengajak Bima duduk di sofa. "Sayang, karena ada dede bayi, mulai sekarang, dilarang berisik. Pintu gak usah dibanting. Lakukan buka tutup pintu dengan sopan. Mengerti?" Alisha mengelus kepala jagoan kecilnya. Bima Sakti mengerjapkan matanya, "Kapan Mami beli bayinya? Kok Bim gak tahu ...,?" tanya Bima kecil dengan nada serius. Alisha hanya tersenyum sebagai pengganti jawaban sambil menatap wajah putranya yang sangat lucu dan tampan sambil menahan air mata yang mendesak ingin keluar. "Mami, dede bayinya cewek apa cowok? Kalau cewek Bim gak mauuu ... Mami harus balikin. Ganti sama cowok Mamii ... biar Bim ajarin dia jadi pahlawan!" seru Bima Sakti yang dijawab dengan kekehan geli Alisha. "Dedeknya cowok, tapi sore ini mau Mami bawa ke dokter dulu ya, Bima jangan dekat-dekat dulu ya?" ujar Alisha, tersenyum tapi bernada tegas. "Ya Mami, dede bayi sakit ya? Mami belum kasih nama?" tanya Bima lagi. Alisha menggelengkan kepalanya. "Bagaimana kalau namanya Dimas? Dimas Laksono. Cocok kan mami?" ujar Bima dengan mata berbinar, kegirangan atas idenya sendiri. Alisha tertegun. Laksono? Benarkah? Jadi dia adalah bagian dari keluarga Laksono? Kembali rasa perih menyergap hatinya bagai torehan pisau tajam yang berulang. Sekuat tenaga Alisha menahan agar tangisnya tidak pecah di depan Bima Sakti. Sambil memalingkan wajahnya, ia menyuruh Bima Sakti keluar dari ruangan itu, "Sayang, tolong panggilkan Tante Mona." Suara Alisa terdengar serak dan bergetar. Bima Sakti Laksono tergugu beberapa saat sebelum kaki kecilnya berlari ke arah pintu dengan heran dan panik. Pintu telah menutup, Bima Sakti telah pergi, pecahlah tangis Alisha, tersedu-sedu seraya memeluk erat-erat bantalan sofa. ◇◇◇ (Halo, Readers Setia Bramantyo-Alisha, n****+ ini terbit atas permintaan sekuel dari para pembaca. Terima kasih atas atensinya. Jangan lupa tap love dan follow ya. Enjoy)

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Mrs. Rivera

read
47.2K
bc

Bite My Lower Lip (Indonesia)

read
109.3K
bc

Sweet Destiny

read
134.6K
bc

KISSES IN THE RAIN

read
57.7K
bc

HOT NIGHT

read
613.3K
bc

Seistimewa Yogyakarta

read
237.2K
bc

Trip To a CEO's Heart

read
5.4K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook