Angkasa Vs Vocksar

2161 Kata

. Naviza hanya melotot tak terima. Kenapa dia harus menjauh? Dia harus menagih permintaan maaf orang itu. “Kau meremehkan kemampuanku?” protes Naviza, percaya diri bercampur angkuh.             “Kuanggap kau bersedia mati di tangannya,” jawab Angkasa dingin. Dia mengeratkan genggaman pedangnya di tangan kanan. Sedangkan tangan kirinya reflek merentang mencegah Naviza maju. “Bukankah kau bilang ingin merebut gelar Migliore?” tanya balik Angkasa. Pertanyaan itu membuat Naviza tersadar dua ratus persen. “Benar! Aku melupakan sejenak soal turnamen kelulusanku!” Naviza menelan ludah. Dengan wajah bersalah dia mundur pelan-pelan. “Tapi tunggu! Aku tidak pernah mengatakan itu pada pria ini!” pekik Naviza dalam batinnya. Dia bingung darimana Angkasa mengetahui soal itu, tapi itu tak penting se

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN