Bab 6

841 Kata
Sebuah mobil berhenti tepat di depan lobby Gadi’s Hotel. Seperti biasa semua pegawai yang mengenal pemilik mobil tersebut segera berbaris rapi di depan lobby untuk menyambut atasan mereka yang abru saja datang. Dari dalam mobil keluar Daniel yang duduk di bagian kemudi, setelah itu barulah ia berdiri di samping pintu mobil bagian belakang dan segera membukakannya untuk Zevanya. Wanita itu keluar dari dalam mobil dengan wajah cemberut dan kesal menatap ke arah pria yang membukakan pintu baginya. Begitu Zevanya keluar dari mobil, terlihat dari dalam hotel Karlina sekretarisnya berlari menghampiri dirinya dengan memegang ipad di tangannya. “Selamat pagi Bu Zevanya,” sapa Karlina sambil menunduk hormat setelah sudah berada di hadapan Zevanya. Zevanya hanya memberikan anggukan kemudian berjalan masuk ke dalam lobby, melewati para pegawainya yang saat ini tengah berbaris dan menunduk hormat padanya. Karlina mengikuti langkah Zevanya dengan berjalan di belakang wanita itu. Setelah kepergian Zevanya, Daniel segera memberikan kunci mobil pada satpam hotel kemudian ikut berjalan menyusul Zevanya masuk ke dalam kantor. “Bacakan jadwal saya hari ini,” perintah Zevanya pada sekretarisnya itu setelah mereka masuk ke dalam lift. “Baik Bu,” jawab Karlina, ia kemudian segera menyalakan ipad yang ada di tangannya lalu membuka jadwal harian milik atasannya itu. “Hari ini ada jadwal meeting dengan tim marketing membahas beberapa perencanaan iklan hotel, setelah itu ada beberapa laporan yang harus ditandatangani sekaligus memeriksa beberapa proposal perencanaan yang dibuat, terakhir ada pertemuan dengan perwakilan dari Andaran Corps.” Zevanya mengangguk paham setelah mendengar jadwal kegiatan apa saja yang harus dilakukan olehnya hari ini. Ia kemudian melirik sebentar ke arah Daniel yang berdiri di sudut lift dan nampak tenang sambil menatap lekat pada dirinya. “Meeting nanti kamu bisa menunggu saya saja di ruangan,” ujar Zevanya dengan nada datar pada Daniel. Menyadari bahwa kalimat yang dilontarkan wanita itu untuk dirinya, Daniel segera memberikan gelengan dengan wajah datarnya. “Tugas saya adalah mengawasi anda dua puluh empat jam Nona Agatha, termasuk dengan bagaimana kegiatan anda selama di kantor. Apapun yang anda lakukan saya harus tahu, termasuk dalam urusan pekerjaan,” jawab Daniel dengan nada tegas, seakan menunjukkan pada Zevanya bahwa perkataannya tidak bisa dibantah sama sekali. Zevanya akhirnya hanya bisa menghembuskan nafas kasar tanpa bisa menjawab perkataan Daniel. Ia tentu saja marah dan sangat ingin membentak pria itu, namun melihat sikap Daniel membuatnya tidak ingin membuang energinya karena yakin kemarahannya sama sekali tidak berpengaruh pada pria itu. Pintu lift dihadapan mereka akhirnya terbuka. Ketiga orang yang berada di dalam lift tersebut segera berjalan keluar hendak menuju ke arah ruangan Zevanya, namun di tengah langkah mereka kaki Zevanya langsung terhenti saat menemukan genangan air di lantai. “Siapa petugas kebersihan yang bertanggung jawab di lantai ini?” Tanya Zevanya dengan nada tajam. Karlina menunduk takut. “Sebentar Bu, akan coba saya tanyakan,” ujarnya yang kemudian hendak pergi ke ruang kebersihan. Belum sampai beberapa langkah Karlina berjalan, seorang wanita paru baya yang mengenakan seragam petugas kebersihan terlihat berlari terburu-buru ke arah mereka sambil memegang ember pel di tangannya. “Selamat pagi Bu Zevanya,” sapa petugas tersebut sambil menunduk hormat ketika berada di hadapan Zevanya. Zevanya tentu saja memberikan tatapan penuh intimidasi pada wanita paru baya di hadapannya ini. “Jadi ini ulah kamu?” Tanya Zevanya. Petugas tersebut memberikan anggukan dengan wajah takut. “Maaf Bu, tadi saya tiba-tiba sakit perut jadi ke toilet dulu, akan segera saya bersihkan genangan airnya,” jawabnya. “Karlina,” teriak Zevanya dengan nada marah. Teriakan wanita itu tentu saja mengejutkan semua orang yang berdiri dengannya saat ini. Wanita apru baya yang bekerja sebagai petugas kebersihan itu juga tentu saja semakin ketakutan mendengar teriakan dari Zevanya. “Sejak kapan hotel kita mempekerjakan anita tua yang sudah tidak becus ini?” Tanya Zevanya pada Karlina. “Maaf Bu, setahu saya Ibu ini sudah bekerja sebagai petugas kebersihan di hotel ini cukup lama,” jelas Karlina. “Benar Bu, saya sudah bekerja di hotel ini sekitar sepuluh tahun,” tambah petugas kebersihan itu. “Kamu pikir saya peduli sudah berapa lama kamu bekerja di sini. Intinya, umur kamu yang sudah tua membuat pekerjaan kamu jadi tidak becus lagi,” bentak Zevanya. Melihat Zevanya membentak wanita paru baya tersebut tentu saja membuat Daniel merasa tidak tega. Ia maju mendekati zevanya. “Apa perlu anda membentak seperti itu? Ibu ini hanya melakukan kesalahan kecil nona Agatha, anda tidak perlu sampai marah sebesar ini,” imbuh Daniel. “Diam kamu, ini urusan kantor saya. Jika karyawan saya melakukan kesalahan, saya punya hak untuk memarahi mereka,” ujar Zevanya menatap tajam pada Daniel, ia kemudian beralih menatap Karlina. “Saya nggak mau tahu, hari ini hari terakhir saya melihat dia. Mulai besok dia tidak boleh lagi bekerja di kantor ini,” perintah Zevanya pada Karlina. Setelah mengatakan hal itu ia berjalan pergi meninggalkan tempat itu menuju ke ruangannya. “Baik Bu,” jawab Karlina segera. Daniel menatap kepergian Zevanya dengan tatapan kesal. “Tempramennya benar-benar buruk,” gumam Daniel. Sekarang ia tahu bahwa wanita bernama Zevanya Agatha Gadi itu benar-benar adalah wanita yang kasar dan tidak berperasaan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN