Bab 5

929 Kata
Zevanya berjalan keluar dari kamarnya setelah sudah mengenakan pakaian kerjanya. Ketika sampai di ruang tengah apartemennya, ia menatap tajam ke arah dapur dimana pria bernama Daniel itu terlihat sibuk memasak di sana. “Berani-beraninya dia bertingkah seakan ini dirumahnya,” gumam Zevanya yang merasa begitu marah saat ini. Wanita itu berjalan sepelan mungkin menuju dapur, berharap pria bernama Daniel yang sedang membelakanginya saat ini tidak menyadari kedatangannya. Tangannya bergerak pelan mengambil sapu yang berada tidak jauh darinya. Zevanya tersenyum puas saat sudah berdiri cukup dekat dengan pria bernama Daniel itu. Ia langsung mengangkat sapu dan bersiap untuk memukul pria itu. Namun, baru beberapa detik dirinya bergerak ia tidak menyangka pria itu akan berbalik dengan cepat dan dalam sekali hentakan tangan pria itu menangkap sapu yang dipegang Zevanya. Semua terjadi begitu cepat hingga Zevanya sama sekali tidak bisa mencerna apa yang terjadi. Ia hanya merasakan tubuhnya ditarik oleh pria itu hingga ia berbalik dan kedua tangannya dikunci dengan cengkraman keras oleh pria itu. Tentu saja cengkraman tersebut terasa begitu menyakitkan untuknya. “LEPASIN,” teriak Zevanya penuh amarah. Daniel tersenyum sinis melihat Zevanya yang berusaha memberontak dari cengkeramannya saat ini. “Apa anda pikir bisa melawan saya dengan tenaga anda yang tidak seberapa itu?” Tanya Daniel mengejek. “Dasar cowok brengs*k,” maki Zevanya. Makian dan bentakan dari Zevanya sama sekali tidak membuat gentar Daniel. Ia malah merasa tingkah wanita bar-bar ini cukup menghiburnya. “Dengan baik hati saya menyiapkan sarapan untuk anda saat ini. Jika ada sesuatu yang ingin anda katakan, bukankah seharusnya bisa dengan cara baik-baik dan tanpa kekerasan,” ujar Daniel. Perkataan Daniel membuat Zevanya langsung menghentikan usahanya untuk memberontak dari cengkraman Daniel. “Gimana bisa saya bicara baik-baik sama pria yang udah mengambil keuntungan dari saya saat mabuk,” ujar Zevanya dengan nada sinis. “Apa anda tidak bisa mengingat baik-baik kejadian waktu itu? Jelas-jelas bukan saya yang mengambil keuntungan dari anda, malah sebaliknya anda yang mengambil keuntungan dari saya,” jelas Daniel. “Kam…..” Perkataan zevanya terhenti saat Daniel mendorongnya menjauh dari pria itu dan melepaskan cengkraman kuatnya di tangan Zevanya. Hal itu tentu saja membuat Zevanya bernafas lega. Ia segera mengusap pergelangan tangannya yang terasa sakit akibat cengkraman kuat Daniel, ia bahkan bisa melihat bekas warna kebiruan di cengkeramannya itu yang membuat Zevanya langsung menata tajam pada pria di hadapannya ini. Tanpa mempedulikan tatapan tajam dari wanita tersebut. Daniel berbalik untuk mengambil makanan yang baru saja disiapkannya kemudian berjalan menuju meja makan sambil membawa makanan tersebut. “Anda bisa sarapan terlebih dahulu, setelah itu baru kita bicarakan masalah kita,” pinta Daniel. Zevanya mendengus kesal sambil menatap sinis pada Daniel. “Saya nggak sudi makan makanan buatan kamu. Langsung bicara aja,” ujar Zevanya yang berjalan ke arah sofa dan duduk di sana. Ia lalu melipat kedua tangannya di depan d**a dan menatap tajam pada Daniel, menunggu pria itu berbicara. Menyadari bahwa ia tidak bisa memaksa wanita di hadapannya ini, Daniel segera berjalan mendekati Zevanya dan duduk di salah satu sofa yang menghadap dengan wanita itu. Beberapa detik keduanya hanya terdiam sambil saling menatap tajam. “Saya rasa anda sudah tahu tugas yang diberikan Tuan Endiwarma pada saya. Jadi mulai hari ini, kemanapun anda pergi saya akan mengawasi dan mengikuti anda,” ujar Daniel dengan nada tegas. Zevanya mencengkram kuat tangannya hingga kedua telapak tangannya memerah. Ia benar-benar tidak menyangka akan secepat ini Papanya mengirim bodyguard untuk mengawasi dirinya, ditambah lagi pria ini bahkan sudah melihat setengah tubuh telanjangnya. Mengingat hal itu membuat wajah Zevanya kembali memerah karena rasa malu. “Memang benar Papa yang sudah mempekerjakan kamu, tapi biar bagaimanapun jabatan kamu hanyalah seorang pengawal. Jadi, saya yang akan mengatur kapan kamu bersama saya dan kapan kamu bisa beristirahat dan membiarkan saya sendiri,” jelas Zevanya dengan nada tegas, berharap pria di hadapannya ini mengerti maksud ucapannya. Namun, harapan Zevanya sepertinya sama sekali tidak akan terkabul. Daniel malah terlihat tersenyum sambil menatap Zevanya dengan tatapan meremehkan dan memberikan gelengan pada wanita itu. “Bukan anda yang mempekerjakan saya nona Agatha, jadi jangan berpikir anda bisa mengatur saya. Sesuai perintah Tuan Endiwarma, saya akan mengawasi anda dua puluh empat jam dimanapun dan kapanpun sesuai keinginan saya,” ujar Daniel. Perkataan pria di hadapannya ini benar-benar memancing emosi Zevanya saat ini. Namun tidak ada yang bisa ia lakukan saat ini, karena kekuasaan Papanya sama sekali tidak bisa dirinya tembus sampai kapanpun. Akhirnya Zevanya hanya bisa berdiri dari duduknya sambil menatap tajam pada Daniel. Zevanya kemudian hendak berjalan kembali ke arah kamarnya dan dengan sigap Daniel ikut berdiri hendak mengikuti dirinya. Sontak Zevanya menghentikan langkahnya dan menatap Daniel dengan tatapan seakan ingin membunuh pria itu. “Apa papa aku juga nyuruh kamu untuk ngikutin aku sampai ke kamar? Apa Papa aku juga nyuruh kamu untuk ngelihatin aku berganti pakaian?” tanya Zevanya dengan nada kesal. Perkataan Zevanya tentu saja membuat Daniel cukup terkejut, Ia bahkan terbatuk beberapa kali. Tanpa menjawab pertanyaan Zevanya, akhirnya Daniel memilih kembali duduk di sofa. Melihat pria itu sudah tidak akan mengikutinya lagi barulah Zevanya masuk ke dalam kamarnya. Ia sebenarnya sudah bersiap tadinya, namun entah kenapa dirinya ingin kembali masuk ke dalam kamar dan berganti pakaian. Sampai di dalam kamar Zevanya segera membuka pakaiannya dan menatap pantulan dirinya di cermin. Ia menatap lekat area bahu dan lehernya yang menampilkan beberapa tanda kebirun yang sudah sedikit memudar. Zevanya mengepal kuat tangannya, menatap penuh amarah pada pantulan dirinya di cermin. Salah satu hal yang membuatnya tahu bahwa kejadian malam itu bukanlah mimpi adalah tanda tersebut. Namun saat bertemu dengan pria tersebut, Zevanya menjadi semakin merasa kesal. "Dasar cowok brengs*ek," gerutu Zevanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN