MANTAN ORGANIK 23 - TENTANG CINTA

1642 Kata
Ajeng, Ayu, dan juga, Andin pun kini sudah berada di rumah Ajeng. Mereka ingin membahas hal yang selanjutnya, memang bagi mereka hal ini memang dibicarakan. “Gimana?” tanya Ajeng yang tiba-tiba ingin menanyakan mengenai pendapat teman-temannya terhadap Dafa. “Gimana apanya?” tanya Andin. “YA kan lo pada udah liat kalau Dafa itu emang orang yang baik, ak kayak yang kalian pikirin selama ini.” kata Ajeng. Ayu dan Andin saling lirik, ini ternyata yang menjadi pertanyaan Ayu atau Andin, padahal dia mengira Ajeng akan menanyakan mengenai rencana Geng Amo mereka. “Ehm, gue si masih nggak yakin sama si Dafa walaupun kemarin gue salah sangka.” kata Ayu. “Gue nggak tau, Jeng. Soalnya gue juga gak yakin.” ata Andin. “Ya ampun kalian bener-bener deh. Kalian kan gak ada buktinya, jadi aku bakalan tetap deket sama Kak Dafa, jangan larang-larang gue lagi ya. Gue bisa jaga diri baik-baik kok. Gue sangat amat yakin juga kalau Kak Dafa itu orang yang baik.” kata Ajeng. Ayu melirik Andin. “Yaudah lah ya, mau gimana lagi, kita kan cuma bisa kasih tau, gak bisa maksa. Yang punya rasa ya lo sendiri.” kata Andin. Ayu hanya bisa mengangkat bahu, dia sendiri bingung harus melakukan apa. “Eh, Guys … liat liat!” kata Ajeng. Ajeng sedang membuka website Geng Amo untuk mencari target baru dan ternyata Ajeng menemukan seseorang yang bisa dia comblangkan. Dia tidak tahu apakah orang itu benar-benar orang yang baik atau tidak namun sepertinya iya jika melihat dari wajahnya. Ayu dan Andin mendekat, “Apaan?” tanya mereka berdua. “Kita ada target baru.” kata Ajeng sambil menunjukkan laptopnya kepada kedua sahabatnya itu. Ayu dan juga Andin pun menghela napas, “Yaelah, baru juga napas gue.” kata Ayu. “Semangat dong ayo ayo ayo./” kata Ajeng. Ayu pun menganggukkan kepalanya saja, percuma berdebat dengan Ajeng. Dia lebih suka menurut saja. “Gue mau ngetik dulu dah. Soalnya gue kejar target ini.” kata Ayu. Ayu memang penulis yang setiap harinya harus menyetor naskah kepada penerbit online yang mengontraknya. Dia pun langsung pamit kepada Ajeng dan juga Andin. “Iya, gue juga mau pulang nih, si Moli badannya padas kata emak gue./” kata Andin. Moli adalah kucing milik Andin. Ajeng yang mendengar apa yang dikatakan oleh kedua sahabatnya pun hanya bisa mengerucutkan bibirnya dan juga menganggukkan kepalanya. Mungkin sahabatnya itu sedang lelah jadi dia tidak bisa terlalu memaksakan diri untuk hal ini. Masih ada hari esok kalau mereka memang masih dikasih kesempatan untuk bernapas. “Yaudah yuk, Ndin. Kita cabut.” kata Ayu mengajak Andin. Andin pun menganggukkan kepalanya. Dia memungut tasnya, dia ingin pulang dan merebahkan tubuhnya di atas kasur. Bukannya Ajeng tidak memiliki kasur namun bagaimanapun mereka lebih suka tidur di kasur mereka sendiri. “Yaudah kalian hati-hati ya. Gue anter deh smape depan.” kata Ajeng. Lalu Ajeng pun mengantar teman-temannya untuk turun, kemudian kedua teman Ajeng berpamitan dengan orang tua Ajeng. Setelah pamit, selanjutnya mereka pun langsung pergi ke rumah masing-masing. Tentunya sebetulnya mereka tidak benar-benar pulang ke rumah. “Hati-hati di jalan!” kata Ajeng. *** Andin menelepon pacarnya dan meminta bertemu di sebuah cafe. Laki-laki itu adalah Zafir. Laki-laki yang dia sudah menjadi pacarnya kembali setelah dia menjadi agen rahasia. Melihat laki-laki itu datang, senyuman Andin merekah, dia memang sangat mencintai Zafir yang begitu baik kepadanya. “Halo, sayang!” kata Zafir yang langsung datang dan mencium pipi Andin. Hal itu membuat Andin tersipu malu. Zafir yang melihat pipi Andin memerah pun langsung terkekeh dan duduk di seberang Andin. Andin jadi teringat pada Ajeng. Dia ingin mengeluh kesahkan Ajeng kepada pasangannya. Hanya Zafir yang bisa mendengarkan kisah ini dengan baik. “Kenapa? Kok muka kamu kayak bete gitu?” tanya zafir. “Aku tuh lagi sebela sama si Ajeng.” kata Andin yang mulai cerita. “Ada apa, Sayang? Memang si Ajeng kenapa?” tanya Zafir. “Kemarin tuh Geng Amo kan dapat target baru ya, nah ternyata cowok yang kita comblangin itu b******k gitu. Dia suka morotin uang cewek. Trus kita bikin dia ketemu sama mantan-mantan dan pacar-pacarannya yang super banyak dan ya … begitu dia dia akhirnya kita permalukan.” kata Andin. Zafir mengerti bagaimana cara sistem kerja Geng Amo karena dia juga termasuk alumni dari sana. Ya meskipun alih-alih berpacaran dengan target yang mereka berikan, dia justru berpacaran dengan Andin. Dia juga tau kalau cepat atau lambat hal ini akan terjadi. Manusia memang tidak bisa diukur dari sebuah lembaran kertas, sebab, ada ruang yang tak bisa dimasuki oleh orang lain, hati. Sebab, hati orang tidaklah bisa ditebak. “Trus gimana?” tanya Zafir. “Ya gitu deh.” kata Andin. “Bukannya kamu seharusnya senang karena sudah mempermalukan laki-laki model begitu?” tanya Zafir dengan suara merdunya. “Ya, iya sih seneng tapi tuh si Ajeng mau cari target baru. Ya ampun emang gak ada capek-capeknya nih si Ajeng.” kata Andin. “Kenapa kamu nggak nolak aja?” tanya Zafir. Andin menggelengkan kepalanya, “Aku nggak mau persahabatan aku rusak, Fir. Dia itu keras kepala. Tapi aku masih sayang sama Ajeng dan Ayu. Mereka teman-teman yang baik.” kata Andin. “Yaudah kalau kayak gitu. Tapi kenapa kamu sama Ayu keliatannya menentang banget agen itu?” tanya Zafir. “Ya karena pertama, kita nggak bisa maksa orang buat suka sama orang lain gak sih? Dan Ajeng itu naif banget, dia tih polosnya keterlaluan. Dia pengen comblangin semua orang baik dengan orang baik sampai dia lupa kalau dia sendiri aja jomblo.” kata Andin. “Nah, kalau gitu buktiin aja kalau cinta itu nggak bisa dipaksakan. Siapa tau Ajeng itu ngerti.” kata Zafir. “Gimana caranya ya?” tanya Andin. “Kalau itu mungkin kamu bisa temukan nanti kalau ada target yang bermasalah lagi. Kasih aja Ajeng pengertian pelan-pelan, nanti juga pasti dia ngerti.” kata Zafir. Andin menatap Zafir. Laki-laki itu terlihat sangat dewasa dan sangat nyaman untuk diajak berdiskusi. Dia jadi menyesal karena sebelumnya dia pernah memutuskan cowok itu. Dia sungguh tidak tahu kalau sebenarnya cowok itu memang benar-benar cowok yang baik. “Kenapa kamu menatap aku kayak gitu? “Tanya Zafir yan bingung dengan apa yang dilakukan oleh Andin. Andin menatapnya lekat-lekat. Andin tersenyum, “Aku baru sadar kalau aku nyesel banget.” kata Andin. “Nyesel untuk apa?” tanya Zafir. “Nyesel pernah putus sama kamu.” kata Andin. Zafir pun langsung terkekeh begitu saja. Zafir meraih tangan Andin dan mengusapnya, “Yang penting kan kita udah pacaran lagi.” kata Zafir. “Iya sih.” kata Andin. “Udah nggak sedih lagi kan?” tanya Zafir. Andin menggelengkan kepalanya, kini dia justru memamerkan gigi putihnya ke arah Zafir. “Iya, enggak kok.” kata Andin. “Trus gimana jadinya?” tanya Zafir. “Gimana apanya?” tanya Andin. “Ya rencana kamu sama agen-agenan itu.” kata Zafir. Andin pun langsung mengerti dan menggelengkan kepalanya, “Nggak tau. Tapi kayaknya masih akan tetap aku ikutin ide gilanya Si Ajeng.” kata Andin. “Ajeng pasti beruntung punya sahabat yang sangat perhatian dan sangat memikirkan perasaan dia kayak kamu.” kata Zafir. “Aku juga beruntung punya temen kayak dia yang walaupun otaknya suka aneh.” kata Andin. “Oh ya? Kenapa?” tanya Zafir. “Ya kan karena dia jadi kita bisa sama-sama lagi.” kata Andin. Zafr pun langsung terkekeh begitu saja. Apa yang dikatakan oleh Andin memang benar saja. Kalau saja dia tidak mendaftarkan diri di website geng AMO maka mereka tidak akan bertemu. “Iya, itu namanya takdir,mungkin kita jodoh.” kata Zafir. “Aku aminin ah yang kenceng. Amiiinnn.” kata Andin. Zafir dan Andin pun langsung tertawa melihat kekonyolan mereka berdua. “Tapi … kenapa kamu ikut daftar itu sih? Kamu sengaja ya pengen cari cewek lain?” tanya Andin. Kalau memikirkan hal itu Anding jadi cemburu, entah mengapa rasa cemburunya itu tidak bisa dibendung. Bagaimana bisa laki-laki di depannya itu mencoba mencari cewek melalui situs kencan online? “Kamu cemburu ya?” tanya Zafir. Andin langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain, dia ingin mendengar penjelasan dari Andin mengenai apa yang terjadi. “Oke, iya awalnya. Aku memang cari pacar. Aku benar-benar frustasi. Sejak aku nggak pacaran lagi sama kamu, dunia aku sepertinya hancur, aku nggak bisa ngerasain cinta lagi. Aku juga sudah buka hati untuk orang baru. Aku bener-bener stuck. Tapi untungnya aku ketemu sama kamu. Aku sangat bersyukur saat itu.” kata Zafir. Andin pun menganggukkan kepalanya begitu saja. “Udah ya, jangan ngambek lagi. Kamu lebih cantik kalau senyum-senyum kayak tadi.” kata Zafir yang mulai menggombali Andin. “Apaan sih? Kamu gombal banget.” kata Andin. Zafir mengambil tangan Andin dan mencium punggung tangan Andin. “Aku beruntung banget punya pacar kayak kamu.” kata Zafir. “Kamu sangat menyenangkan.” Jantung Andin berdegup dengan sangat kencang, dia juga merasakan perasaan yang sama seperti apa yang Zafir rasakan, “Iya, Zafir. Aku juga sangat beruntung punya kamu.” kata Andin. “I love you!” kata Zafir. Andin mau tak mau langsung tersenyum ke arah kekasihnya itu, “I love you too …” kata Andin. Zafir pun terkekeh begitu saja. Kemudian, mereka pun langsung mulai menyantap kopi dan juga makanan ringan mereka sambil mengobrolkan hal-hal yang tidak penting. Di sini, dan selama bersama dengan Zafir. Andin memang terlihat menjadi sosok yang berbeda. Dia terlihat sangat bahagia dan penurut. Zafir juga tak kalah baiknya, dia terus meratukan Andin seakan-akan dia takut kalau sampai dia membuat salah sedikit Andin akan pergi meninggalkannya. Cinta memang sesuatu yang aneh, dan kedatangannya selalu tak bisa diprediksi. Bahkan waktu cinta bekerja tidak pernah bisa diukur dengan apapun. Begitulah cinta Andin. Meski Andin masih menggunakan seragam SMA dan juga masih sangat muda dalam mengartikan Cinta namun dia merasa beruntung karena bertemu dengan orang yang dia cintai. Dalam menemukan cinta, tidak semua orang beruntung bukan?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN