Setelah Dua Bulan

1014 Kata
Dua bulan setelah kejadian malam kelam itu. Valery mulai bisa melupakan semuanya. Dia kembali fokus mengejar mimpi menjadi Super Model agar bisa mewujudkan keinginannya keluar dari rumah yang dihuni orang-orang toxic. Saat ini. Valery sedang melakukan pemotretan untuk sebuah Majalah terkenal. Blitz kamera yang mengarah ke wajahnya terlihat menyilaukan mata saat fotografer profesional mengabadikan setiap gerakan dan pose terbaiknya. "Bagus. Iya, pertahankan gaya itu," ucap fotografer yang tengah mengambil gambar Valery. Fotografer tersenyum lebar mengagumi kecantikan Model di depannya. Valery mengangkat dagu ke atas memperlihatkan jenjang lehernya yang indah. Wajahnya yang hanya menggunakan polesan make-up tipis terlihat begitu cantik memesona. Tiba-tiba gerakan Valery tidak konsisten saat ia merasakan mual yang teramat sangat seperti ada sesuatu yang mengaduk lambungnya. "Maaf," ucap Valery mengangkat tangannya ke depan meminta fotografer untuk menghentikan sesi pemotretan. "Sedikit lagi Val, satu kali pose lagi," ucap sang fotografer meminta Valery untuk melanjutkan. "Tunggu sebentar. Aku ingin ke toilet." Valery berlari menggunakan sepatu hak heels menuju toilet. Seorang wanita yang bekerja sebagai asisten pribadinya menyusul Valery ke kamar mandi. Asisten tersebut membantu Valery menyingsingkan rambut yang menutupi wajah Model cantik itu. Valery mengeluarkan semua isi di dalam perut hingga membuat tubuhnya lemas, dan wajahnya pucat pasi. "Kamu belum sarapan tadi pagi?" tanya Hanna. "Sudah. Akhir-akhir ini aku memang sering merasa mual. Tapi hanya di pagi hari, nanti siang juga mualnya hilang," jawab Valery lalu mengusap sudut bibir menggunakan tissue yang diberikan Hanna. Hanna menatap Valery dengan tatapan penuh tanya. Ingin bertanya lebih jauh tentang keluhan Valery, tetapi dia takut Valery tersinggung. Dia mencurigai kalau Valery sedang mengalami Morning Sickness, keluhan yang biasa dialami ibu yang tengah hamil muda. Keluhannya sama, saat pagi hari ibu hamil akan mengalami mual, tetapi di siang hari perasaan mual itu hilang. Persis dengan keluhan yang dialami Valery sekarang. Namun, dia yakin Valery adalah wanita baik-baik yang tidak pernah melakukan hubungan terlarang itu. Hanna bekerja dengan Valery hampir setengah tahun, selama itu ia tidak pernah melihat Valery dekat dengan lelaki lain selain Jarvis. Hubungan mereka pun sudah lama kandas karena perselingkuhan yang dilakukan Jarvis. Tidak mungkin Valery mengandung anak dari lelaki lain. Siapa? Hanna tidak pernah melihat Valery dekat dengan siapapun selain Jarvis. "Sudah lebih baik?" tanya Hanna. "Sudah," angguk Valery lalu ia kembali ke studio pemotretan setelah selesai memuntahkan isi perutnya hingga membuat tubuhnya lemas tak bertenaga. Sudah beberapa hari ini Valery merasa ada yang aneh di dalam tubuhnya. Namun, dia terus menepis kecurigaan itu. Menurut dokter, kalau hanya melakukan hubungan badan satu kali kemungkinan mengandung sangat kecil. Dia berharap dari kemungkinan kecil itu, tidak akan terjadi sesuatu yang akan menghancurkan semua mimpinya. Fotografer kembali mengambil pose terbaik Model cantik itu. "Oke, selesai. Kerja bagus, Val," puji fotografer sambil menyalami Valery. "Terima kasih." Valery tersenyum ramah lalu berjalan keluar dari dalam studio pemotretan. "Jam dua siang nanti, kita akan melakukan rapat dengan Agency Hello Star, dan jam delapan malam kamu ada janji pertemuan dengan seorang Model laki-laki yang akan menjadi pasangan pemotretan untuk Majalah Dewasa," jelas Hanna sambil berlari mengikuti langkah kaki Valery. Jadwal Valery akhir-akhir ini memang sangat padat. Bahkan, Valery kesulitan membagi waktu untuk sekedar membawa ibunya terapi ke rumah sakit. Valery masuk ke dalam mobil setelah pintu dibukakan oleh Hanna. Dia bersandar di sandaran kursi mobil lalu memejamkan kedua mata. Dia masih memikirkan kondisi tubuhnya yang tidak stabil. Merasa pusing, mual dan tidak nafsu makan. "Besok kita ada janji pertemuan dengan CEO dari perusahaan BarTex. Perusahaan mereka ingin mengajakmu untuk menjadi Brand Ambassador mengiklankan ponsel keluaran terbaru yang baru saja launching dari perusahaan itu," jelas Hanna. Dia merinci semua jadwal yang sudah tertulis di buku agenda. "Perusahaan BarTex? Aku baru dengar perusahaan itu," gumam Valery masih memejamkan kedua mata. "BarTex perusahaan baru. CEO dari perusahaan itu adalah anak dari Pak Albian. Pemilik perusahaan Albian Group, yang bergerak dibidang Arsitektur. Perusahaan BarTex sudah berkembang pesat dalam beberapa bulan ini. Bahkan CEO yang bernama Bara sudah dikenal sampai ke beberapa negara." Valery mengangguk pelan tidak terlalu menanggapi ucapan Hanna. Pikirannya tengah melayang jauh, takut kalau ternyata dia benar-benar sedang mengandung. Bisa redup karirnya di dunia Modeling. "Dia tampan, dan belum menikah," sambung Hanna tersenyum lebar. Valery kembali menganggukkan kepala, tidak perduli dengan status dan wajah CEO itu. Yang ada di pikirannya saat ini hanya mencari uang, dan mengejar kesuksesan. Kedua mata Valery terbuka lebar saat dia mengingat kalau dia sudah terlambat datang bulan. "Kamu tahu di mana toko yang menjual jamu-jamu untuk kesehatan?" tanya Valery pada Hanna. "Memangnya kenapa?" Hanna menatap Valery lekat. Kecurigaan tadi kembali mengotori pikirannya. Apa mungkin benar kalau ternyata dia tengah mengandung. "Aku ingin membeli jamu untuk menambah nafsu makan," dusta Valery lalu kembali memejamkan mata. Hanna masih menatap curiga, tetapi tidak berani bertanya pada Valery, apa yang sebenarnya terjadi. *** Bara masih memikirkan kejadian malam itu, walau sampai detik ini tidak ada satu pun wanita yang datang meminta pertanggung jawaban darinya. Berita tentang skandal malam itu juga tidak pernah terdengar. Walau merasa sedikit bingung, tetapi dia bersyukur karena karirnya aman dari konspirasi murahan seperti itu. "Sama sekali tidak ada berita tentang Anda, atau seseorang yang mencari informasi tentang diri Anda, Tuan," jelas Joan yang datang menemui Bara. "Kamu yakin wanita itu tidak pernah datang lagi ke hotel Gemintang?" Bara menatap lelaki di depannya sangat lekat. "Hanya ada satu wanita cantik yang datang ke sana. Dia Model pendatang baru yang saat ini namanya sedang naik, dia pernah bertanya tentang kamar 212," jelas Joan. "Dia Model? Tidak mungkin dia datang ke Hotel dalam keadaan mabuk dan memesan Gigolo. Aku yakin bukan dia." "Sepertinya memang bukan dia." Bara menyangga dagunya dengan kedua tangan yang bertumpu di atas meja, "Kemungkinan dia juga sudah melupakan tentang kejadian malam itu," gumamnya. Bara berfikir kalau wanita pada malam itu sedang depresi berat, karena dia menyerahkan tubuhnya begitu saja. Dan yang lebih mengejutkan baginya, ternyata wanita itu masih perawan. Bahkan, dia meninggalkan uang dengan jumlah cukup besar di atas nakas. "Mungkin dia memang mengira kalau Anda …. " Joan tidak berani melanjutkan ucapannya saat melihat tatapan mata Bara seperti ingin menelannya hidup-hidup. "Itu yang aku pikirkan sejak awal! Dia sudah menghina dan menginjak harga diriku! b******k!" Bara mengepalkan tinjuan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN