Positif

1047 Kata
Tubuh Valery lemas seperti tidak memiliki tulang. Kepala terasa sakit, pandangannya berkunang-kunang hingga tidak sanggup untuk sekedar membuka mata. Namun, Valery tetap memaksa bangun dari tempat tidur karena hari ini dia memiliki banyak jadwal pemotretan, belum lagi siang nanti dia akan melakukan pertemuan dengan CEO dari perusahaan BarTex. "Kalau sakit lebih baik istirahat dulu saja," ucap Hanna yang menemaninya menginap di kamar hotel, karena akhir-akhir ini pekerjaan Valery sangat padat. Dia pulang bekerja sampai larut malam, sedangkan di rumahnya tidak mungkin ada yang mau membukakan pintu. "Aku harus tetap bekerja, kalau aku mengecewakan Klien. Aku bisa kehilangan kepercayaan dari mereka." Valery tetap keukeh dengan keinginan untuk bekerja dan mengedepankan profesionalismenya sebagai seorang Model. "Tapi kamu terlihat tidak baik-baik saja. Apa mungkin kamu bisa tetap bekerja?" "Sudah tenang saja. Hanya melakukan meeting beberapa jam dan melakukan sesi pemotretan, tidak akan membuatku tumbang." Valery tersenyum lebar lalu berjalan ke kamar mandi. Dia terdiam di depan cermin menatap wajahnya yang sangat pucat. Akhir-akhir ini dia memang merasa tidak enak badan dan yang lebih membuat hatinya gelisah, adalah hingga sampai saat ini dia belum datang bulan. Valery mengambil testpack yang telah disiapkan di dalam saku pakaian tidurnya. Melihat ke pintu memastikan kalau pintu sudah dikunci, takut Hanna memergokinya. Setelah melakukan beberapa proses seperti yang ada di buku petunjuk. Valery menunggu dengan hati gelisah. Hingga akhirnya hasil testpack keluar, ia melihat hasil itu. "A-aku, aku hamil?" Tubuh Valery lemas ketika dia melihat hasil dari testpack yang bergaris dua. Valery terduduk di atas lantai kamar mandi, menarik rambutnya dengan putus asa. Menangis sejadi-jadinya. Tidak sanggup menerima kenyataan ini. Mimpinya untuk menjadi Super Model terkenal belum terwujud. Dia ingin membawa ibunya keluar dari rumah Albert, menjauh dari ayahnya yang jahat. Valery memukul perutnya lalu meremas sangat kencang, "Aku tidak mungkin hamil!" Dia memegang mulutnya dengan telapak tangan, takut tangisannya di dengar Hanna. Tidak ingin karirnya hancur hanya karena bayi di dalam perutnya. "Aku tidak mungkin hamil! Aku tidak ingin mengandung anak ini!" isak Valery. *** "Siang ini Pak Bara ada jadwal pertemuan dengan seorang Model pendatang baru yang sedang naik daun bernama-Valery. Dia akan menjadi Brand Ambassador untuk mengiklankan ponsel keluaran terbaru dari perusahaan BarTex." Sekretaris Bara merinci jadwal agenda harian. "Ada lagi?" tanya Bara yang terlihat sibuk menatap layar laptopnya. "Hanya itu Pak." "Ya sudah. Kamu boleh keluar," titah Bara. Bara menatap pintu melihat seorang wanita masuk ke dalam ruangannya. Lagi-lagi orang yang tidak diharapkan selalu datang merusak mood. "Jangan kesal dulu. Kakak datang ke sini karena Kakak ingin memberimu sesuatu," ucap Ayana yang tahu kalau Bara tidak suka dengan kedatangannya. Bara tidak mempedulikan, dia tetap fokus menatap layar laptop di atas meja. Ayana melempar sesuatu ke atas meja Bara, benda kotak seperti sebuah buku tipis. Dan di atasnya tertulis ucapan--Selamat Menempuh Hidup Baru. Kedua mata Bara membulat sempurna melihat nama di atas surat undangan itu. Nama--Erelyn kekasihnya yang tengah berada di luar negeri. Dan nama mempelai pria--Aarron--sahabatnya sendiri. "Kamu jauh-jauh datang ke sini hanya ingin mengantar surat undangan ini?" Bara menatap dingin berusaha untuk tidak memperlihatkan kekecewaannya. Ia tidak ingin terlihat lemah di depan kakaknya. Usaha Bara berhasil. Ayana terlihat bingung dengan ekspresi wajah adik tirinya tampak biasa saja. "Dia kekasihmu, bukan? Lalu kenapa kamu terlihat biasa saja? Dia sudah mengkhianatimu Bara!" Ayana yang justru naik darah. "Aku sudah lama putus dengannya. Kalau kedatangan-mu hanya ingin memberikan surat undangan ini. Aku tidak memiliki waktu untuk berlama-lama menanggapi-mu, aku sedang sibuk dan banyak urusan." Bara mengambil tas tenteng berisi berkas lalu melangkah menuju pintu. "Lain kali bawa berita yang lebih hot," bisik Bara menyeringai sinis. Ayana mengepalkan tinjuan karena kesal. Awalnya dia pikir Bara akan mengamuk dan menunjukkan sifat aslinya yang arogan. Nyatanya Bara tampak biasa saja. "Pak, Model bernama-Valery sudah menunggu kita di restoran," ucap Bella saat melihat bosnya keluar dari dalam ruangan. Bara menganggukkan kepala lalu melangkah menuruni gedung perusahaan menuju parkiran. *** Valery sudah berada di restoran Frizee, restoran mewah yang menyediakan menu makanan dari Perancis. Saat ini dia tengah duduk berdua dengan Hanna. "Kamu yakin mau melanjutkan meeting ini? Wajahmu sangat pucat," tanya Hanna khawatir. "Aku baik-baik saja. Meeting ini sangat penting. Kamu tahu kan bayarannya sangat tinggi hanya untuk mengiklankan satu produk." Valery meminum jus jeruk untuk menghilangkan rasa mual yang mengaduk-ngaduk lambung. Sudah berusaha ditahan, tetapi rasa mual semakin terasa menyiksa. Valery berdiri dari tempat duduknya. "Aku ingin ke toilet sebentar." Valery berlari menuju toilet. Suara Valery yang tengah memuntahkan segala macam makanan di lambungnya terdengar kencang. "Ayo dong, Sayang. Mommy mau bekerja. Please, jangan menyiksa Mommy terus. Sebentar lagi setelah Mommy mendapatkan uang dari pekerjaan ini, Mommy akan berhenti bekerja sampai kamu lahir," ucap Valery sambil memegang perutnya yang masih rata. Valery sudah bisa menerima kenyataan bahwa dia sedang mengandung anak dari lelaki yang tidak dikenal. Dia sudah memutuskan untuk merawat bayi itu, membesarkannya, memberi kasih sayang tulus walau tanpa suami. "Ma, maafin Valery karena sudah mengecewakan Mama. Mungkin Valery harus menunda semua mimpi Valery untuk membeli rumah, tapi Valery berjanji setelah anak ini lahir. Valery akan kembali bekerja dengan giat, agar hidup kita bahagia. Kita akan pergi jauh dari Papa dan wanita selingkuhannya." Valery menghapus sisa muntah yang ada di bibirnya, mulai kembali memoles wajah agar terlihat lebih segar. Dia yakin CEO itu sudah datang, tidak ingin memberi kesan buruk pada penampilannya. Dia harus terlihat cantik agar Bara tidak berubah pikiran dan mencari Model lain. *** "Pak Bara Albian?" sapa Hanna mengulurkan tangannya pada Bara dan sekretarisnya. Bara mengedarkan pandangan mencari Model yang akan bekerja sama dengan perusahaannya. "Oh, Nona Valery. Dia sedang ke toilet. Mungkin sebentar lagi dia datang. Silakan duduk dulu, Pak." Hanna bersikap ramah. Bara kembali duduk sambil melihat daftar menu yang diberikan pelayan restoran. Sesekali pandang matanya tertuju pada pintu toilet wanita, lalu melihat jam yang melingkari pergelangan tangan kekarnya. Setelah sekian menit menunggu. Valery keluar dari dalam toilet melangkah menuju meja yang ia pesan tadi. "Selamat siang, Pak Bara," sapa Valery tersenyum ramah. "Siang." Bara memandang dingin tidak menyambut uluran tangan Valery. Valery melihat telapak tangannya, kemungkinan lelaki di depannya takut ada kuman yang menempel. Hatinya kesal, tetapi harus ia tahan kemarahan itu demi kontrak kerjasama di antara mereka. Namun, ia mulai merasakan perasaan aneh di perutnya saat kembali menatap Bara. Rasa mual hilang dan perasaannya menjadi tenang. 'Dia bukan Daddy-mu, Sayang,' gumam Valery dalam hati seraya membelai lembut perutnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN