Bab 6. Bertemu Ellen

1209 Kata
Happy Reading. Ellen tersenyum sopan saat mengakhiri rapat bersama jajaran dewan direksi. Kecantikannya benar-benar terpancar dengan aura kepemimpinan yang kuat. Kemudian dengan langkah anggun Ellen berjalan keluar diikuti oleh Rika. "Apa masih ada jadwal meeting setelah ini?" "Ada, Bu. Dari perusahaan Abelard Grup yang sudah mengadakan janji temu tiga hari yang lalu, apakah Ibu mau menerima tawarannya dari mereka?" Ellen berhenti sejenak dan mengingat nama Abelard Grup. Itu adalah perusahaan mantan suaminya yang sudah dengan tega membuangnya demi cinta masa lalu. Ellen tidak tahu kenapa tiba-tiba perusahaan Derrick mengajukan kerja sama? Apakah perusahaan itu sedang berada dalam masalahnya? Bukankah perusahaan Derrick termasuk perusahaan besar yang banyak mendapatkan investor. Ellen sebenar malas untuk berinteraksi dengan Derrick lagi karena pasti akan membuka lukanya kembali, tetapi dia merasa sedikit penasaran. "Bawa proposalnya ke ruang kerjaku, aku akan memeriksanya," ujar Ellen akhirnya.. "Baik, Bu," jawab Rika sopan. Ellen masuk ke ruang kerjanya di ikuti oleh Rika yang sudah membawa proposal dari Abelard Grup. "Letakkan di situ, kamu boleh kembali." "Baik, apakah Anda menginginkan kopi?" tanya Rika. "Ya, buatku aku kopi hitam. Jangan terlalu manis dan pahit, yang sedang saja." "Baik, Bu. Saya segera kembali." Rika membungkuk kemudian berjalan keluar dari ruangan Ellen. Ellen tidak langsung mbuka map itu, dia masih merasa sakit jika mengingat Derrick. Pria yang selama tiga tahun dia curahkan hidup hanya untuknya. Pria yang dia layani dengan sepenuh hati, bahkan Ellen sempat memiliki harapan ketika pria itu bersikap sedikit lembut padanya. Harapan agar pria itu memiliki cinta untuknya, akan tetapi semuanya tetap saja sama. Hati Derrick hanya untuk Calista. "Huh, astaga! Kenapa aku masih mengingatnya! Ayolah Ellen, buktikan padanya jika kamu sudah tidak ada perasaan lagi!" Ellen langsung membuka map itu dan mempelajarinya. Sepertinya perusahaan Derrick membutuhkan dana yang banyak, kenapa dengan perusahaan itu? *** Derrick menatap sang sekretaris dengan tatapan berharap. Stevani mengatakan jika pihak Halim Grup sudah memberikan jawaban. "Bagaimana? Apakah berhasil?" tanya pria itu. Stevani tersenyum lebar. "Iya tuan, CEO Halim Grup sendiri yang akan bertemu kan dengan Anda untuk membahas kerja sama ini. Meskipun mereka belum memberikan jawaban secara pasti, tetapi pihak Halim Grup sudah menerima proposal kita, jadwal bertemu dengan CEO nya dua hari lagi. Mereka yang akan menentukan di mana kita meeting," jawab Rika. "Tidak apa-apa, kita menurut saja. Yang penting mereka sudah mau bertemu dengan kita dan semoga saja proposal kita di Acc, hanya perusahaan itu yang bisa kita andalkan sekarang. Banyak perusahaan besar yang menolak kerjasama kita," jawab Derrick. Tentu saja dia menaruh banyak harap pada perusahaan besar itu. Karena selama beberapa bulan ini hanya Halim Grup yang mau menerima tawarannya. Derrick akhirnya bisa merasa lega, setidaknya dia masih memiliki harapan besar untuk menyelamatkan perusahaannya dengan memohon pada CEO Halim Grup agar mau menjadi investornya. *** Derrick bekerja dengan keras pagi, siang, sore, bahkan sampai malam. Dia sangat jarang pulang ke rumah karena takut akan terkenang lagi dengan mantan istrinya. Meskipun perceraiannya mereka belum resmi, tetapi kata Talak sudah dia ucapkan untuk Ellen. Derrick merasa banyak hal yang berbeda setelah dia memutuskan untuk melepaskan wanita itu dari hidupnya. Derrick seakan baru menyadari jika ada hal yang hilang setelah wanita itu pergi. Selama ini Ellen selalu memenuhi semua kebutuhannya dan Derrick pun menerimanya dengan senang hati. Hanya karena janjinya pada Calista akan menikahi wanita itu setelah kembali, membuat Derrick terus saja menyampingkan perasaannya pada Ellen. Dering ponsel Derrick sejak tadi terus saja berbunyi, dia tahu itu dari Calista. Sejak terakhir kali dia bertemu dengan wanita itu hanya kemarahannya yang dia berikan pada Calista. Entah kenapa Derrick tidak bisa mengontrol emosinya pada wanita yang katanya dia cintai itu. "Halo?" Akhirnya Derrick tidak tega dan mengangkat panggilan tersebut. "Derrick, kenapa kamu seperti ini? Kenapa kamu nggak mau balas pesan ku? Aku minta maaf jika aku membuatmu marah, maaf karena tidak mengerti kamu yang tengah dilanda masalah di perusahaan, hiks. Derrick, aku nggak bisa tanpamu, jangan marah, ya?" Derrick yang mendengar itu hanya menghela napas. Entah kenapa mendengar suara Calista yang tengah menangis mendayu tidak membuatnya suka lagi. Yang ada dia merasa jengah. "Baiklah, aku memaafkan mu. Sekarang aku lagi lembur jadi nggak bisa diganggu." "Oh, baiklah. Maaf telah mengganggu mu, selamat malam!" Derrick menatap layar ponselnya yang sudah menggelap. Apakah benar dia masih mencintai Calista seperti tiga tahun yang lalu? Bukankah dulu dia sempat kecewa karena Calista memilih pergi meninggalkannya karena merintis karir di luar negeri. "Entah kenapa rasanya sudah tidak sama, justru hatiku selalu memikirkan mu," gumam Derrick *** Dua hari kemudian. Derrick sudah bersiap untuk bertemu dengan CEO Halim Grup. Dia dan Stevani sudah berada di restoran tempat di mana pihak Halim Grup akan mengadakan meeting. Di sebuah ruangan VIP Derrick dan Stevani harap-harap cemas karena CEO dan sekretaris Halim Grup belum juga datang. "Ini sudah lebih dari 10 menit dari janji yang mereka tentukan, tetapi kenapa masih belum datang?" tanya Derrick dengan wajah cemas. Dia yang sangat suka kedisiplinan dan tepat waktu tentu saja merasa jika 10 menit itu sudah sangat lama. "Kita tunggu sebentar lagi, Pak. Mungkin macet di jalan, tadi saya sudah mengirim pesan pada sekretarisnya dan mengatakan jika mereka sudah on the way," jawab Stevani berusaha menenangkan sang atasan. "Huh, baiklah, kita tunggu mereka." Lima menit kemudian pintu ruangan VIP terbuka, sosok wanita muda membuka pintu itu dan mempersilahkan atasannya masuk. "Silahkan, Bu." Rahang Derrick menganga ketika melihat siapa yang masuk. Wangi rose bercampur lavender menguar seketika, mengingatkan Derrick pada sebuah parfum yang sangat dia kenal. Matanya terpaku pada sosok cantik yang kini sudah duduk dihadapannya dengan wajah datar dan dingin. Tidak ada senyum keramahannya sama sekali. "Bu Ellen dan Bu Rika?" tanya Stevani. "Iya, saya Rika sekretaris Bu Ellen. Bu Ellen ini adalah CEO Halim Grup yang baru, menggantikan Pak Dilan yang harus kembali ke Jerman.* "Maaf, Pak Derrick. Saya terlambat. Kita bisa mulai meetingnya?" tanya Ellen. Derrick masih terpaku, sungguh Derrick tidak menyangka jika Ellen ternyata adalah seorang CEO di perusahaan besar di Indonesia. Derrick merasa malu sekaligus terharu karena bisa melihat Ellen lagi. Sungguh dia tidak mengenali Ellen, wanita yang dia tahu hanya seorang cleaning service. "Sial, apakah ini hanya sebuah drama?" batin Derrick masih belum bisa percaya. "Baik, Bu. Tidak apa-apa, kita bisa mulai meetingnya," jawab Stevani karena sejak tadi Derrick hanya diam seperti orang linglung. Ellen tersenyum tipis menanggapi Derrick yang masih diam saja. Stevani berusaha membuat kesadaran Derrick kembali dengan memanggilnya sedikit keras. "Pak, kita mulai meetingnya!" "Ah, iya. Jadi, apakah kamu benar-benar CEO Halim Grup?" tanya Derrick dengan mata yang memicing membuat Rika mengerutkan keningnya. "Maaf, kenapa Anda bertanya seperti itu, sekana tidak percaya dengan kami? Kalau tidak percaya kami bisa membatalkan meeting ini," ujar Rika tidak senang. Ellen masih diam saja tanpa ekspresi dan hal itu membuat Derrick sedikit kesal. "Maaf, Bu Rika. Bukan maksud pak Derrick seperti itu. Pak, kita mulai saja ya?" Rika memberanikan diri bertanya dan akhirnya membuka tabnya untuk presentasi. Derrick benar-benar takjub dengan Ellen yang bisa dengan lugas menjelaskan tentang perusahaannya. Derrick tahu jika Ellen sudah seperti sangat berpengalaman dan ternyata memang benar jika Ellen adalah CEO Halim Grup. Ingin mundur tetapi Derrick benar-benar butuh dana besar untuk perusahaannya. Akhirnya dia menerima meskipun harus mengalahkan egonya yang tinggi karena perusahaan membutuhkan dana besar itu. "Bagaimana, Bu Ellen? Tentunya kami akan memberikan keuntungan besar, yang jelas di sini kami membutuhkan bantuan perusahaan Halim Grup," ujar Derrick. Bersambung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN