Bab 7. Rencana Balas Dendam Ellen

1028 Kata
Happy Reading. Ellen menyimak penjelasan Derrick yang menerangkan tentang kerjasama dengan perusahaannya. Kini Ellen paham dengan situasi yang dialami oleh perusahaan mantan suaminya itu. Ingin rasanya Ellen membalas sakit hatinya karena telah diusir layaknya sampah tidak berguna oleh pria di hadapannya ini. Akan tetapi, setelah mendengar segala permohonan yang diucapkan oleh Derrick dari mulutnya sendiri dan juga masalah yang dihadapi oleh pria itu timbul rasa iba yang ada di hati Ellen. Ellen bukanlah wanita yang kejam dan bisa dengan mudah melemparkan kata-kata kotor atau makian karena Derrick mendapatkan masalah. Bisa saja dia langsung menertawakan Derrick karena telah mendapatkan karma dari Tuhan dengan cobaan keuangan yang memburuk. Tetapi, Ellen akan dengan elegan membantu perusahaan Derrick dan menerima tawaran kerja sama tersebut. Dia akan menghancurkan Derrick dengan cara yang berbeda. Cara yang sangat lembut, selembut ketika dulu dia selalu meminta haknya dan akan ditinggalkan begitu saja setelah dia puas. Ellen akan meniru caranya bermain, dia akan dengan mudah membuat Derrick bertekuk lutut di kakinya dan juga permohonan pria itu berhasil membuat sisi batin Ellen puas. "Terima kasih karena sudah berkenan bekerja sama dengan perusahaan kami, saya harap Ell–maksud saya Bu Ellen bisa membantu saya dengan memberikan investasi untuk proyek itu, saya benar-benar berterima kasih," ujar Derrick. Dia benar-benar menurunkan engine untuk kepentingan semula. Bukan hanya kepentingan pribadinya, tetapi juga kepentingan ratusan karyawan yang saat ini berada di bawah naungan Adelard Grup. "Sama-sama, Pak Derrick," jawab Ellen tersenyum tipis, sangat tipis dan sedetik kemudian bibir itu kembali datar seperti sedia kala. Setelah meeting dengan membahas kerja sama juga sambil makan siang, akhirnya sudah waktunya Ellen untuk kembali ke perusahaan. Dia juga langsung menandatangani kerja sama itu dan membuatnya selangkah berada di atas Derrick. Entah kenapa dengan bisa membantu pria itu membuat Ellen berbangga hati. Bukankah sama artinya kehidupan Derrick berhasil dia genggam? "Kami permisi pak Derrick," ujar Ellen sopan berpamitan, kemudian dia berdiri. Derrick yang mengetahui hal itu langsung menahan Ellen. "Bu, Ellen. Maaf, saya ingin bicara berdua dengan Anda. Stevani tolong tinggalkan saya dah Bu Ellen di sini," ujar Derrick kemudian menatap Rika. Seakan memberitahu jika dia ingin ditinggal berdua dengan atasannya. Stevani yang langsung paham situasinya langsung mengangguk dan mengajak Rika segera keluar. Ellen hanya bisa menghela napas, apa lagi yang diinginkannya mantan suaminya itu. Kenapa sekarang Derrick malah menahannya di sini? "Ellen, duduk lah. Aku ingin bicara denganmu secara pribadi, bukankah meeting kita sudah selesai, jadi izinkan aku meminta waktu tidak lebih dari 15 menit untuk ngobrol," ujar Derrick. Ellen melihat jam dipergelangan tangannya, kemudian dia menatap Derrick dan mengangguk. "baiklah, apa yang ingin Pak Derrick bicarakan dengan saya?" Derrick tidak suka dengan panggilan dari Ellen yang masih saja formal padanya. "Ellen, beberapa Minggu tidak melihatmu, sekarang penampilan mu sudah sangat berubah dan bagaimana bisa kamu menjadi CEO dari sebuah perusahaan besar? Apakah selama ini kamu memang menyembunyikan identitasmu yang sebenarnya?" tanya Derrick menatap Ellen dengan tatapan yang sulit diartikan. Derrick merasa kesal karena ternyata Ellen wanita yang cerdas dan mampu membantunya mengatasi permasalah di perusahaannya. Sungguh kalau bukan karena memikirkan perusahaan yang sudah diambang kebangkrutan, Derrick juga tidak mau melibatkan Ellen. Namun, entah mengapa satu sudut sisinya merasa senang jika dia mengadakan kerjasama ini. Itu artinya, dia bisa lebih sering bertemu dengan sang mantan istri yang selama ini begitu dia rindukan. "Siapa yang menyembunyikan? Aku tidak menyembunyikan apapun, sebenarnya aku memang pewaris sah dari keluarga Halim, bukankah kamu tahu namaku Ellen Halim?" "Tapi kamu tidak pernah cerita, bahkan selama ini setahuku kamu hanya seorang cleaning service, apa tujuanmu sebenarnya?" Derrick bertanya dengan tatapan mengintimidasi. Dia benar-benar merasa geram karena selama ini ternyata Ellen telah membohonginya dengan berpura-pura menjadi wanita miskin. Ellen menghela napas bosan, terlihat jelas dari raut wajahnya jika dia tidak nyaman mengobrol dengan Derrick seperti ini. Akan tetapi, sepertinya pria itu memang harus tahu kebenarannya. "Aku tidak punya tujuan apapun. Kenapa aku tidak memberitahumu karena kamu tidak bertanya, kalau aku cerita padamu waktu itu, apakah kamu akan percaya jika aku adalah pewaris Halim Grup? Padahal awal pertemuan kita saat itu aku sedang memakai pakaian cleaning service. Aku tidak bermaksud membohongimu Derrick. Kamu tahu, semuanya hanya karena kesalahpahaman dan itu sudah semakin jauh jadi aku membiarkannya saja, toh aku tidak pernah merugikanmu selama ini," jawab Ellen panjang lebar. Dia memang harus menjelaskan masalah itu pada sang mantan agar di kedepannya tidak ada lagi yang akan dipertanyakan oleh Derrick. Derrick terpaku mendengar semua ucapan Ellen. "Jadi, waktu itu apa tujuanmu memakai cleaning service?" "Aku sedang menyamar, menyelidiki seseorang di hotel itu dan asal kamu tahu, hotel berbintang lima itu adalah hotel ku. Namun, saat itu aku tidak tahu jika kamu ada di dalam kamar dan tiba-tiba menyerang ku begitu saja," jelas Ellen. Setelah itu dia bangkit dari duduknya karena merasa jika dia sudah cukup lama mengobrol dengan mantan suaminya. "Sudah lima belas menit, aku harus kembali ke kantor. Permisi!" Kali ini Derrick tidak menahan Ellen pergi. Sudah cukup baginya mendengar penjelasan dari sang mantan istri. "Jadi, apakah waktu kamu makan siang dengan pria asing itu juga tengah mengadakan kerjasama?" gumam Derrick melihat pintu yang sudah tertutup. *** Ellen tidak bisa untuk tidak memikirkan Derrick setelah pertemuan mereka. Selama tiga tahun menjadi istrinya, dia benar-benar mencurahkan segalanya untuk pria itu. Akan tetapi, dia tidak pernah mendapatkan balasan perasaan. Dan sekarang Derrick datang dan meminta bantuannya, entah kenapa ada rasa senang melihatnya terpuruk. Rasa benci karena telah diceraikan hanya karena Calista masih jelas tercetak di hatinya. "Gimana rasanya, kamu mengemis dan memohon pertolongan padaku?" Jika Ellen semakin benci pada pria itu, berbeda dengan Derrick yang merasakan sebaliknya. Setelah kerjasama dengan PT Halim Grup terjalin, Derrick semakin semangat bekerja dan memberikan banyak energi positif di perusahaan. Biasanya dia sering uring-uringan karena banyak masalah yang menerpa, tidak dengan sekarang. Di samping dia sudah mendapatkan investor dari Halim Grup, bisa sering bertemu dengan Ellen adalah salah satu tujuan Derrick selanjutnya. Rasa cinta untuk sang mantan istri perlahan tumbuh subur begitu saja di dalam hatinya. Seperti saat ini, dia mengganti foto yang berada di meja kantornya dengan foto Ellen. Yang tadinya foto dirinya dan Calista sudah Derrick buang ke tempat sampah. Memandang wajah Ellen benar-benar membuatnya semakin semangat. "Ellen, apakah aku salah jika jatuh cinta padamu setelah menjatuhkan talak padamu?" Bersambung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN