Maafkan Aku

2585 Kata
Marcel mengajak Michelle ke mansion keluarga Buana. Saat masuk, Ribka dan Elmand melihat Michelle dan wajah mereka langsung berubah tegang. Tetapi, Ribka mengesampingkan egonya dan menyamperin Michelle. “Michelle, akhirnya kamu datang juga! Saya sangat senang akhirnya kamu bisa mengerti bagaimana keadaan Michael saat ini”, sambut Ribka membuat Michelle diam. Dia tidak datang untuk Michael tetapi untuk Marcel. “Apa kamu mau lihat keadaan Michael?”, tanya Marcel lembut diangguki pelan oleh Michelle. Ribka ingin ikut dengan mereka tetapi Elmand menahan istrinya. “Aku diam bukan berarti aku menerima wanita itu! Kalau Michael sembuh, akan kusingkirkan wanita itu bahkan melenyapkannya”, ucap Elmand dengan nada sombongnya. “Mas, kamu gak pernah berubah. Kesombongan masih menjadi sifat utama kamu. Maaf mas, aku menyesal sudah mendukung kamu dulu. Tapi sekarang, kebahagiaan anak-anakku lebih penting”, balas Ribka lalu menyusul Marcel dan Michael. Sembari berjalan menuju kamarnya Michael, Michelle hanya terdiam. Sejujurnya, dia agak merindukan pria itu. Bagaimanapun, Michael adalah cinta pertamanya dan pria yang dulu selalu mendukung serta melindunginya. Michelle sangat percaya padanya sampai akhirnya, Michael meninggalkannya tanpa sepatah katapun dan tanpa kabar apapun. ‘Apa Michael menyesali keputusannya dulu? Tapi buat apa menyesal, toh juga semuanya sudah lewat dan hubungan kami sudah lama selesai’, pikir Michelle. ‘KRIEET’                    Marcel membuka pintu kamar adiknya lalu terlihatlah Michael yang sedang tertidur sambil memeluk foto Michelle. Keadaan Michael sudah lebih baik sekarang tetapi secara mental dia masih harus perlu perawatan. Michelle tak dapat menahan tangisnya. Ternyata, dia memang merindukan pria itu. Dia ingin sekali bertemu Michael dan melontarkan banyak pertanyaan padanya. Marcel hanya diam ketika Michelle maju dan berjalan mendekat kearah Michael. “Mike? Bagaimana kabarmu?”, ucap Michelle sontak membuat Michael terbangun dan langsung mencari sumber suara. Matanya terbelalak tak percaya melihat wanita yang sangat dia cintai kini ada tepat dihadapannya. “Michie? I-ini nyata kan? Bukan hanya mimpi kan?”, Michael menampar dirinya sendiri karena berpikir ini mimpi. “Kamu gak mimpi. Ini aku, Michelle Prasasti”, jawab Michelle dan langsung saja Michael memeluk Michelle. Melihat itu, d**a Marcel terasa sangat sakit. Ternyata merelakan orang yang kita cintai demi kebahagiaan sang adik tidak semudah yang dia pikirkan. Tentu, dia bahagia melihat Michael bahagia, tapi hatinya sakit melihat Michelle bersama orang lain sekalipun itu adiknya sendiri. 'Marcel, ini demi Michael! Jangan pikirkan perasaanmu sendiri. Adikmu lebih membutuhkannya’, Marcel membatin berusaha menguatkan dirinya sendiri. “Mike, lepasin aku. Hubungan kita sudah berakhir”, ucap Michelle membuat Michael melepaskan pelukannya dan menatap tak percaya kearah wanita itu. “Maafkan aku, Michie. Dulu aku meninggalkanmu demi melindungimu. Percayalah padaku, aku tidak bisa hidup tanpamu”, jawab Michael berusaha meyakinkan Michelle. “Tapi tetap saja semuanya sudah selesai. Kamu tidak boleh tenggelam dalam masa lalu, Mike”, balas Michelle lagi membuat Michael menggeleng. “Kamu gak tahu apa yang terjadi sebenarnya! Aku tersiksa hidup tanpamu! Aku melakukan semuanya demi kamu! Kumohon jangan begini, Michie! Demi Tuhan! Beri aku kesempatan sekali lagi”, mohon Michael dengan sangat sampai-sampai pria itu meneteskan air matanya. Michelle yang melihat Michael menangis langsung mengusap air matanya karena tak sanggup melihatnya menangis. “Aku akan jelasin semuanya! Ini salah keluargaku! Mereka egois!”, ucap Michael lagi. Michelle hanya mengangguk pertanda setuju untuk mendengarkan penjelasan Michael. “Oh iya, Kakak pergi ke kantor dulu. Sudah hampir telat, aku permisi ya, ma”, sela Marcel langsung keluar dari kamar Michael karena tidak sanggup melihat Michelle besama adiknya. Dia tidak benar-benar bisa melepaskan Michelle ternyata. ‘Apa yang kau pikirkan, Marcel? Sekarang fokuslah pada rumah tanggamu dan kebahagiaan Michael! Jangan egois!’, Marcel terus menekan dirinya sendiri dalam hatinya. “Apa mama tidak akan tersinggung bila aku menceritakan kebenaran yang terjadi 5 tahun yang lalu?”, tanya Michael kepada Ribka sebelum menceritakan segalanya kepada Michelle. “Putraku, jangan sungkan. Ini semua memang salah ibu dan ayah. Michelle, saya mohon maaf atas segalanya. Saya benar-benar menyesalinya. Sungguh”, ucap Ribka sendu. FLASHBACK “A-apa? Beasiswa saya dicabut?Kenapa pak? Bukannya nilai saya terus meningkat pak? Lagipula ini semester terakhr saya pak. Kenapa bisa begini?”, Michelle menuntut penjelasan dari bawahan Kepala rektor Universitas Esa Unggul. Pria itu diam saja tak memberikan penjelasan apapun lalu meninggalkan Michelle. “Pak! Jangan begini dong pak!”, teriak Michelle frustasi. Dia sedih karena dia kehilangan beasiswa yang dia perjuangkan mati-matian selama ini. ‘Bagaimana masa depanku setelah ini?’, pikir Michelle sedih. Diapun pulang dengan langkah gontai di depan kontrakannya. Michelle berusaha membuka pintu kontakannya namun terkunci. “Pak! Bapak didalam?”, pabggil Michelle pada ayahnya yang seingatnya masih ada didalam rumah. Dia heran, biasanya ayahnya akan menelponnya jika akan keluar rumah. “Maaf nak, kontrakan ini udah dibeli orang. Maaf ya, ibu baru kasih tahu kamu. Mau gimana lagi, orang itu beli kontrakan kecil ini dengan harga tinggi, tentu saja gak bisa ibu tolak. Jadi, ibu langsung kosongkan saja hari ini”, tiba-tiba sang pemilik kontrakan berbicara begitu pada Michelle. “Bu? Ibu kok tega sih bu? Ja-jadi bapak saya kemana?”,Michelle gak habis pikir dengan apa yang terjadi hari ini. Beasiswanya dicabut, rumah kontrakannya sudah dijual dan ayahnya… “Nak Michelle! Gawat nak! Tadi, bapakmu kecelakaan dan sekarang ada di Rumah Sakit! Bapak tadi yang bawa bapakmu tapi Rumah Sakit minta walinya segera datang untuk isi data administrasi. Jadi Bapak buru-buru kemari”, Pak Jajang berbicara dengan terburu-buru karena habis berlari. “Bapak!!!”, teriak Michelle langsung bergegas ke Rumah Sakit diikuti pak Jajang. Rumah Sakit Taman Sari “Dokter, saya Michelle putri dari pasien Hendra Prasetya”, kata Michele dengan nada panik ke suster disitu. “Oh, bapak yang kecelakaan tadi ya? Sebentar ya mbak, dokter tengah melakukan pemeriksaan. Sebelumnya, tolong lengkapi administrasinya”, sang suster memberikan formulir untuk dilengkapi oleh Michelle. Segera saja, dia melengkapi formulir itu. Tiba-tiba ponsel Michelle bordering. Diapun langsung mengangkat panggilan tersebut. “Michie, kamu dimana? Gak jadi kita jalan hari ini?”, tanya seorang pria yang adalah Michael. “Gak bisa, aku dirumah sakit sekarang, Mike. Bapak kecelakaan hikss”, jawab Michelle sambil menangis. “Rumah sakit? Yang mana?”, tanya Michael lagi. “Rumah Sakit Taman Sari”, jawab Michelle sambil mengisi formulir administrasi Rumah Sakit. “Aku kesana”, jawab Michael dan lansgung bergegas. Sesampainya disana, Michael langsung mencari keberadaan Michelle dan menemukan gadis itu didepan IGD. “Michie? Apa yang terjadi?”, tanya Michael sambil berusaha menenangkan Michelle yang menangis tersedu-sedu. “Mike, bapak! Bapak kecelakaan! Tadi dokter suruh aku tanda tangani surat kuasa untuk operasi hiks…bapak…tapi…aku gak bisa bayangin berapa biayanya setelah ini”, jelas Michelle sambil menangis. Michael memeluk gadis itu sambil mengusap kepalanya lembut. “Aku akan bantu, tenang saja”, Michael berusaha menenangkan Michelle. “Orang tuamu…bagaimana kalau orang tuamu tahu? Hari ini sangat s**l bagiku hiks…beasiswaku dicabut sepihak, rumah kontrakan ada yang beli dan sekarang bapak hiks…tolonglah Mike, jangan tambah masalah lagi dari orang tuamu hiks…”, Michelle menolak bantuan Michael karena merasa akan mendapat masalah dari keluarga Buana setelah ini. Mendengar penjelasan Michelle, Michael jadi teringat ancaman sang ayah beberapa waktu lalu. ‘Kalau kau tetap keras kepala, kau akan melihat gadis itu hancur. Dan kau akan menyesal lebih memilihnya daripada mendengar orang tuamu’, kata-kata sang ayah terngiang dipikirannya membuat emosi Michael berkecamuk. “Ayah! Tega sekali!”, gumam Michael dengan nada marah. Michelle yang mendengarnya langsung menengadah kearah pria itu dengan tatapan bingung. “Mereka pelakunya, Michie! Ternyata mereka gak ada puasnya menyakiti kamu”, kata Michael lagi dengan sangat kesal. “Kenapa? Kenapa mereka setega itu, hiks…”, ucap Michelle tak menyangka keluarga Buana sangat kejam. Dulu orang tua Michael selalu mengancam bahkan mencelakai Michelle. Sekarang perbuatan mereka lebih kejam lagi dengan mencabut beasiswa dan mencoba mengusir mereka dari kontrakan bahkan mencelakai ayah Michelle. “Kamu tenang saja, aku akan selesaikan semuanya dengan keluargaku. Aku akan buat merekea berhenti menyakiti kamu, Michie. Aku…aku pergi dulu. Jadi dirimu ya”, ucap Michael sambil bergegas tapi Michelle menahannya. “Siapa yang akan menemaniku? Kamu mau meninggalkanku sendirian, hiks…? Apa aku akan melewatinya sendirian, Mike?”, tanya Michelle sendu tak rela melepas kepergian Michael. Perasaannya mengatakan kalau dia tidak boleh membiarkan Michael pergi saat ini. “Tenanglah, aku pasti kembali setelah menyadarkan mereka. Kamu gak sendirian! Dalam segala hal, aku akan terus bersama kamu. Tenang saja ya”, bujuk Michael berusaha menguatkan Michelle. Michaelpun pergi menuju mansion keluarganya. “Apa maksud semua ini, pa?”, marah Michael dari luar ketika akan masuk ke ruang kerja sang ayah. “Kau sudah bisa melihat yang bisa papa lakukan, bukan?”, balas Elmand dengan nada santai tanpa rasa bersalah sedikitpun. “Tidak punya hati! Kenapa kalian tega!”, marah Michael lagi. “Kenapa berteriak begitu pada papamu? Jangan melawan orang tuamu,nak! Lagipula, yang dilakukan ayahmu juga adalah akibat dari kekeras kepalaanmu sendiri. Kalau orang tua bilang tidak berarti tidak. Ya, ini akibatnya kalau kamu gak mendengarkan kita”, ucap Ribka pada Michael. Michael tak habis pikir bahwa ego keluarganya sanagt tinggi dan benar-benar tidak memedulikan orang lain. “Ma …aku tahu ibu orang yang baik. Tolong bicara pada papa. Aku…sangat mencintai Michelle, ma. Tolong berikan Michelle kesempatan”, mohon Michael pada ibunya namun diacuhkan oleh sang ibu. “Kami melakukan ini demi kebaikanmu. Jangan melawan”, Ribka tak mengindahkan permohonan putranya itu. “Papa! Aku akan melakukan apapun, tapi kumohon…kumohon…jangan sakiti Michelle lagi! Hiks…!”, Michael akhirnya berlutut dihadapan kedua orang tuanya sambil menangis. Dia sudah tidak tahu cara membuka mata kedua orang tuanya lagi. “Sudah menyerah ya? Sudah papa bilang, diantara cinta dan rasa takut, maka rasa takutlah yang akan menang. Itu hukum alam, Michael. Kau berjuang, namun terus kalah, bukan? Jadi sekarang tinggalkan gadis itu selamanya”, kata Elmand dengan sombong melihat putranya menyerah. “Baik. Tapi, berjanjilah kembalikan semua miliknya dan jangan sakiti dia lagi. Aku…akan melakukan permintaan kalian”, pasrah Michael. “Bukan itu saja, kami sudah mengurus visa untukmu ke London. Kamu akan kuliah disana dan bertunangan dengan salah seorang anak kolega bisnis papamu. Kau harus benar-benar meninggalkannya”, tambah Ribka membuat Michael terkejut bukan main. Ternyata kedua orang tuanya sudah merencanakan semuanya sedemikian rupa. Tapi Michael tidak ada pilihan. ‘Maafkan aku, Michie. Dunia ini begitu kejam seakan tak ada tempat untuk cinta kita. Kumohon jangan pernah membenciku’, batin Michael sedih. “Lakukan semau kalian”, Michael menyerah dan kedua orang tuanya tersenyum menang. Beberapa saat setelah hari itu, Michelle termenung disamping makam ayahnya. Ternyata, nyawa ayahnya tak bisa diselamatkan. Tapi, semua biaya rumah sakit sudah lunas begitu saja. Kontraknpun diberi atas namanya dan beasiswanya kembali. Kematian ayahnya seakan bayaran mahal untuk masa depannya. “Bapak…! Hiks…! Maafkan Michelle pak…Michelle belum sempat membahagiakan bapak”, sesal Michelle. Tapi, kemudian Michelle mengambil ponselnya dan mencoba menelpon seseorang. Tapi tetap saja, orang itu tidak pernah mengangkap panggilannya. “Michael…kamu kemana?”, tanya Michelle. Sudah berhari-hari dia mencoba menghubungi kekasihnya itu. Setelah pergi hari itu, Michael sama sekali tak kembali dan memberi kabar. Michellepun berdiri dan berjalan gontai keluar pemakaman. Hari terus berlalu, Michelle masih terus memikirkan Michael yangtak kunjung kembali. Saat ini, gadis itu tengah melakukan kerja paruh waktunya di sebuah restoran untuk melanjutkan hidupnya. Saat melayani satu meja, dia terkejut siapa yang datang. “Apa gadis seperti ini yang akan menyandang nama keluarga Buana? Cih! Tak pantas”, ejek Ribka saat melihat Michelle bekerja sebagai waitress disitu. “A-apa pesanan anda nyonya?”, Michelle berusaha tenang. “Aku kehilangan selera makanku disini. Oh iya, ini tip buatmu.”, Ribka memberikan beberapa lembar uang sambil berdiri dan pergi. Michelle diam tak mengambil uang itu. Tapi, Ribka belum keluar dan memberhentikan langkahnya. “Jangan berharap pada Michael lagi. Dia sudah pergi dan bertunangan dengan wanita lain. Harusnya kamu sadar kalau dia pacaran denganmu cuma main-main saja. Jangan berpikir kamu itu penting buatnya”, ujarnya lalu benar-benar pergi. Mendengar itu, Michelle merasa seluruh dunianya hancur seketika. Ayahnya sudah meninggalkannya untuk selamanya dan kini kekasih yang sangat dia cintai dan percaya juga pergi darinya. Michelle langsung lari ke kamar mandi dan menangis sekuat-kuatnya. “Mike! Kenapa kamu ninggalin aku, Mike! Hiks…Bagaimana aku melanjutkan hidupku setelah ini? Hu..hu..hu..hu”, tangisnya. “Kamu berjanji tidak akan meninggalkanku dan selalu ada disisiku hiks…tapi kenapa kamu ninggalin aku? Hiks…”,Michelle terus meratap karena mengetahui Michael memutuskan untuk meninggalkannya tanpa sepatah katapun. End Of Flashback “Maafkan saya, Michelle. Saya akui saya sangat egois waktu itu.” , Ribka meminta maaf lagi pada Michelle. “Mike, kamu melakukan itu demi aku? Aku…aku sungguh gak tahu harus bilang apa. Tapi… semuanya sudah berlalu, Mike. Setiap orang berhak untuk melanjutkan hidupnya. Tapi, aku sangat berhutang budi padamu. Kau rela melakukan apapun demi melindungiku. Terima kasih banyak, Mike. Kamu sudah memenuhi janjimu.”, Michelle terharu dengan kebenaran yang sebenarnya. Dia sama sekali tak membenci Michael seperti dulu, karena waktu itu dia berpikir Michael hanya mempermainkannya saja. “Michie, aku mau kita bersama seperti dulu lagi. Aku sangat mencintaimu, Michie. Apa kamu gak percaya pada cintaku?”, pinta Michael membuat Michelle tak dapat menahan air matanya. “Mike…aku sudah melanjutkan hidupku setelah kamu meninggalkanku. Tidak bisakah…hiks…kamu merelakan aku?”, tanya Michelle sendu. “Kamu jatuh cinta lagi? Dengan siapa? Apa dia bisa mencintaimu sebesar aku? Michie, aku akan buktikan bahwa akulah yang paling mencintaimu di dunia ini. Sungguh, aku tidak bisa tanpamu, Michie.Hiks! Tolong beri aku kesempatan, hiks…kumohon!”, Michael terus memohon sambil memegang tangan Michelle. ‘Tidak mungkin aku mengatakan bahwa Marcel adalah pria yang kucintai saat ini. Bahkan, kami sudah hidup bersama selama 3 tahun. Cinta Marcel juga tak kalah besar dari cintamu, Mike. Tapi, apa mungkin cinta Marcel padaku akan kalah dengan cintanya sebagai seorang kakak?’, Michelle berpikir dalam hatinya. Entah kenapa, dia mulai membandingkan cinta kakak beradik itu pada dirinya. “Michelle, tante mohon sama kamu. Michael sangat membutuhkanmu,nak. Hanya namamu yang dia sebutkan setiap hari. Tante akan melakukan apapun yang kamu mau asalkan Michael bisa sembuh”, pinta Ribka. Michellepun menatap Michael lalu tersenyum. “Mike, aku akan bantu kamu. Aku akan disini sampai kamu lebih baik”, ucap Michelle dibalas pelukan erat oleh Michael. Setelah itu, Michelle pamit pada Michael dan keluar dari kamarnya bersama Ribka. “Nyonya, tadi anda mengatakan bahwa anda akan melakukan apapun asal saya membantu Michael sembuh”, ucap Michelle diangguki Ribka. “Kalau begitu, saat Michael sudah sembuh dan menerima segalanya, saya minta status dan kehormatan saya yang semestinya saya terima sebagai menantu keluarga Buana”, minta Michelle membuat Ribka terkejut dan diam. “Apa tante keberatan?”, tanya Michelle melihat kebungkaman Ribka. “Tante akan tanya pada Marcel soal ini. Kalau Marcel memutuskan memilih dirimu maka tante akan mendukungmu. Jangan khawatir soal suamiku, aku bisa mengusahakannya.”, jawab Ribka dibalas anggukan oleh Michelle. Diapun keluar dari mansion itu dan pergi menuju rumahnya dulu. ‘Apa yang membuatmu harus memilih, mas? Apa wanita itu itu?’, Michelle terus berpikir disepanjang perjalanannya. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN