Mansion Keluarga Buana
“Mikaela, hari ini saya yang akan jaga Selena”, Marcel meminta izin untuk menjaga anaknya sementara Mikaela bekerja.
“Marcel, papa rasa kamu harus kembali menjalankan Perusahaan kita”, Elmand berbicara sebagai perintah buat putranya.
“Iya nak, sudah waktunya bagi kamu ambil kendali Perusahaan Keluarga Buana”, tambah Ribka menyetujui perkataan suaminya.
“Bukan masalah ma. Aku akan bawa Selena ke kantor sekalian menjaganya”, jawab Marcel.
“Ah, tapi Selena akan bosan dikantormu”, Mikaela merasa kalau tidak cocok seorang balita dibawa ke kantor.
“Saya akan bawa dia ke taman saat jam istirahat. Tenang saja”, Marcel masih berusaha supaya bisa bersama Selena hari ini.
“Eumm…baiklah. Jaga dia baik-baik ya”, pesan Mikaela pada Marcel.
“Oh iya, aku mau antar sarapan buat Michael dulu ya”, Marcel berdiri membawakan sepotong roti buat adiknya itu. Tadi dia sudah mengajaknya sarapan bersama, tapi Michael menolaknya. Saat membuka pintu kamar adiknya, dia melihat adiknya berbicara sendiri dengan selembar foto.
“Michie, kamu kapan kesini? Aku sangat merindukanmu?”, Michael berbicara sendiri dan Marcel bisa menebak foto siapa itu.
“Michael, ini kakak bawa sarapanmu”, Marcel membawakan sepiring roti dan segelas s**u untuk adiknya itu. Michael tersenyum lalu menyembunyikan foto Michelle dibalik bantalnya.
“Kakak…”, panggil Michael.
“Apa?”, jawab Marcel.
“Lihatlah! Ini foto Michelle! Kakak harus cari dia ya! Secepatnya kak! Aku benar-benar tidak bisa hidup tanpanya”, kata Michael mengeluarkan foto Michelle dan menunjukkannya kepada kakaknya. Tadinya dia menyembunyikannya karena takut yang masuk ke kamarnya adalah ibunya. Michael merasa kalau ibunya masih sangat membenci Michelle.
“Kakak tau? Foto ini kuambil saat hari anniversary kami yang pertama. Dia begitu bahagia kan kak?”, kata Michael lagi. Marcel memandang foto itu. Foto Michelle memegang sebuket bunga mawar yang indah dengan senyuman diwajahnya. Marcel hanya bisa diam sembari tersenyum tipis melihat wajah bahagia Michelle di foto itu.
“Aku jadi kembali mengingat masa indah itu kak”, Michael berucap lagi.
FLASHBACK
“Mike! Hati-hati bawa motornya”, Michelle berteriak dari belakang karena Michael membawa motornya sambil mengebut.
“Sebentar lagi sampai! Kau akan melihat sesuatu yang indah”, jawab Michael. Merekapun sampai disebuah jalan yang dikelilingi pohon bunga. Di bulan itu, pohon itu selalu menjatuhkan bunganya yang berwarna kuning dan beraroma wangi. Jadi, Michael sengaja memelankan motornya. Michelle yang melihatnya langsung berdiri dan merentangkan tangannya untuk merasakan sensasi bunga itu.
“Mike, ini serasa di Jepang ya”, ujar Michelle.
“Kok Jepang?”, tanya Michael.
“Iya, bunganya berjatuhan dan indah. Seperti pohon Sakura. Sebenarnya, aku penasaran sekali loh dengan wujud asli pohon Sakura itu”, jawab Michelle.
“Nanti aku akan bawa kamu ke Jepang buat Honeymoon deh”, goda Michael membuat Michelle memanyunkan bibirnya.
“Apaan sih? Baru juga setahun pacaran. Lagian, kita baru 21 tahun”, balas Michelle.
“Aku akan pastikan kamu jadi milikku! Dan kau hanya akan menikah denganku Michie, lihat saja!”, janji Michael. Mendengar itu, Michelle sangat bahagia sambil memeluk leher Michael dari belakang.
“Janji ya”, bisiknya ditelinga pria itu. Michael tersenyum bahagia karena berhasil membuat gadis itu bahagia. Lalu, mereka berhenti disebuah taman dan Michael membawa Michelle ke tengah taman yang sudah dia persiapkan memang untuk merayakan anniversary mereka.
“Bunga ini tidak lebih indah daripada dirimu. Tapi bunga ini asli seperti cintaku padamu”, gombal Michael membuat Michelle tersenyum malu dan menerima bunga itu dari Michael.
“Mike! Ini mawar terindah yang pernah aku lihat. Makasih ya”, Michelle berterima kasih sambil memandangi bunga pemberian kekasihnya itu. Jujur, dia sangat bahagia karena Michael selalu membuatnya bahagia.
‘CEKRIK’
Suara kamera mengalihkan perhatian Michelle dan melihat Michael memegang kamera. Ternyata, tadi pria itu memotret dirinya yang tengah memandangi bunga itu.
“Kenapa kamu foto aku? Aku kan belum siap, Mike”, kesal Michelle.
“kamu cantik banget, lho. Serius deh, lihat ini!”, Michael menunjukkan foto candid Michelle yang memang sangat indah.
“Aku akan simpan foto ini selamanya karena aku ingin terus melihat wajah kamu sebahagia ini”, ucap Michael membuat Michelle tersenyum lagi. Lalu, Michelle mengecup pipi pria itu dan membuat Michael terdiam.
“Terima kasih ya”, bisik Michelle membuat Michael langsung salah tingkah.
End Of Flashback
Marcel hanya diam mendengar adiknya itu bercerita tentang masa lalunya bersama Michelle. Marcel pun teringat tentang statusnya kini dengan Michelle. Memang, dia sudah memutuskan untuk berpisah dari Michelle. Tapi, sampai detik ini juga Marcel masih belum mengurusnya. Dia enggan bertemu dengan Michelle karena malu dan merasa bersalah pada wanita itu. Sebenarnya, pernikahannya dan Michelle tidaklah sepenuhnya sah. Marcel membuat surat pernikahan palsu hanya untuk formalitas di masyarakat. Kalau mereka mendaftarkan pernikahan mereka, maka mereka bisa dengan mudah dilacak keluarganya dan awak media. Karena itu, Marcel tidak tahu kalau keluarganya memanfaatkan status pernikahannya yang belum jelas untuk mendaftarkan pernikahannya dengan Mikaela.
“Kakak? Kenapa kakak melamun?”, Michael bertanya karena melihat Marcel melamun.
“Ah, bukan. Kakak hanya memikirkan bagaimana kamu sangat mencintai wanita itu”, jawab Marcel berbohong.
“Iya kak, aku sangat mencintainya. Oh iya kak, terima kasih untuk sarapannya. Aku juga tadi sudah minum obatku. Aku mau sembuh kak, karena kakak ada disini memberikanku kepastian untuk bisa bersatu dengan Michelle. Kakak tau? Aku sangat percaya sama kakak”, Michael berujar sambil tersenyum karena memang dia sangat memercayai sang kakak.
“Terima kasih, kakak mau pergi ke kantor. Jangan lupa makan siang dan minum obatmu. Kakak sudah suruh orang buat menemukan Michelle. Jadi tenanglah”, jawab Marcel sambil keluar dari kamar adiknya membawa nampan untuk sarapan Michael tadi.
‘Maafkan kakak. Kakak adalah orang yang membuat kamu terpisah dengan Michelle. Maafkan kakak’, Marcel membatin menyesal. Setelah itu, Marcel bersiap ke kantor sambil mengajak Selena. Ya, bagaimana pun dia memang harus kembali memegang kendali atas Perusahaan sang ayah.
PT. BUANA JAYA, Podomoro City, Jakarta Barat
“Selamat pagi semuanya, hari ini saya ingin mengenalkan kalian kepada pimpinan baru Perusahaan Buana Jaya, Putra sulung saya, Marcel Arya Buana. Dulu dia adalah Manager tetapi 3 tahun yang lalu, saya mengirimnya ke Singapura untuk mengurus cabang disana. Dan sekarang dia resmi menjadi pimpina baru menggantikan saya”, Elmand dengan bangga menyerahkan posisi Predir kepada Marcel. Dan semua pegawai bertepuk tangan menyambut pimpinan baru mereka. Marcelpun membungkuk kearah para karyawan yang menyambutnya.
“Nak, jangan hancurkan kepercayaan papa. Karena kamu juga sudah punya seorang anak, papa tanpa ragu kasih semua milik ayah kepadamu. Tentu saja, ayah juga akan bagi ke Michael. Papa sebenarnya sangat ingin dia sembuh. Disini banyak yang membutuhkanmu, nak. Papa, Mama, Michael, Mikaela, Selena dan Perusahaan. Jadi, ayah mohon jangan berpikir untuk meninggalkan kami lagi”, mohon Elmand dengan sepenuh hati. Pria itu baru ini mengeluarkan kata-kata sepanjang ini. Marcel tahu kalau ayahnya memang sangat membutuhkannya.
“Iya, Pa! Aku akan berusaha untuk menjaga kepercayaan ayah”, Marcel menjawab dengan penuh keyakinan.
Universitas Esa Unggul, Jakarta Barat
“Jadi, hari ini kamu adalah kepala rektor kampus yang baru, Kaela. Karena kakak sudah naik jabatan menjadi Direktur yayasan”, Anyelir menyerahkan posisi sebagai Kepala di Kampus kepada Mikaela. Sebenarnya, 60% saham Kampus ini adalah milik keluarga Djuanda. Ya, pantas sajalah orang-orang dalam yang menjadi pimpinannya.
“Baiklah kak. Aku akan berusaha menjalankan tugasku dengan baik”, Mikaela menerima jabatannya dengan senang hati.
“Oh iya, hari ini akan ada Dosen baru. Dia adalah Doktor ahli pendidikan dari Amerika dengan gelar Ed.D, Ph.D. Katanya lulusan Harvard tapi dari Negara kita”, jelas Anyelir.
“Wah, dia pasti sangat jenius. Tapi kenapa dia pilih kerja di Indonesia ya, padahal kan dia bisa dapatkan posisi bagus di Amerika. Lulusan Harvard lagi”, Mikaela kagus dengan prestasi Dosen baru itu.
“Entahlah, mungkin dia cinta pada tanah airnya. Bukannya begitu bagus ya?”, Anyelir memberi pendapat diangguki masuk akal oleh Mikaela.
“Oh iya, siapa namanya?”, tanya Mikaela lagi.
“Ahh…eumm kakak lupa, siang ini dia datang. Kamu lah yang akan bertemu dia nanti, kakak akan urus surat-surat kenaikan posisi kamu”, jawab Anyelir lalu pergi dari ruangannya. Mikaelapun lanjut mengajar sampai pada tengah hari, dia keluar dari kelasnya dan turun kebawah. Tiba-tiba dia melihat dari atas, banyak mahasiswi yang heboh sambil berbisik.
‘Ada apa ya?’, pikir Mikaela penasaran. Diapun turun karena ingin tahu apa yang terjadi.
“Astaga…ganteng banget ciptaan Tuhan”, bisik seorang mahasiswi.
“Kayaknya dia bukan mahasiswa baru deh, mungkin aja dosen”, balas mahasiswi lainnya.
“Gila! Bisa adem nih kelas kalau ada dosen seganteng dia”, tambah mahasiswi lainnya.
Tak lama, Mikaela melihat seorang pria dengan perawakan tinggi dan tampan berjalan di kampus dan menjadi bahan perhatian para mahasiswi. Para mahasiswa juga kesal karena sang pria mengalihkan perhatian pacar mereka karena memang tampan. Saat melihat pria itu, mata Mikaela terbelalak. Napasnya terasa sesak dan tiba-tiba air matanya menetes. Sesungguhnya, Mikaela sangat ingin berlari dan memeluk pria itu saat ini juga, tapi statusnya sebagai istri dari Marcel Buana sangat tidak memungkinkannya melakukan itu. Apalagi dengan citranya sekarang yang adalah kepala Kampus.
“Cassie!!”, suara itu berasal dari sang pria. Dia berjalan menuju Mikaela yang mematung. Senyuman hangat pria itu masih terukir dibibir tipisnya.
“Aku merindukanmu”, ucapnya lagi pada Cassie yang adalah Mikaela. Sebenarnya, waktu kuliah di Amerika dulu, Mikaela dipanggil Cassie yang diambil dari nama tengahnya Cassandra.
“Wi---Willy? Apa kamu Dosen baru yang melamar disini?”, tanya Mikaela hati-hati
“Ya, itu aku. William Simon, Ed.D, Ph.D. Aku sengaja pilih kampus ini karena kampus ini adalah yang terbagus disini. Dan aku kesini untuk cari kamu, eh ternyata kamu Dosen juga?”, tanya Willy pada Mikaela.
“Aku Kepala Rektor Kampus yang baru. Sebenarnya, sebagian besar saham kampus ini adalah milik keluargaku. Jadi, akulah yang dipilih sebagai Kepala Rektornya.”, jawab Mikaela sedanya. Sejujurnya jantungnya berdegup sangat kencang tetapi dia berusaha bersikap normal. Tiba-tiba Mikaela mendengar bisikan-bisikan para Mahasiswa dan mahasiswi.
“Itu ibu Mikaela kok kayak akrab ya?”
“Iya, mungkin sekampus kali, soalnya kan ibu Mikaela alumni Harvard”
“Tapi mereka cocok loh! Ibu Mikaela yang cantik dan pak Dosen baru yang ganteng”
“Hushh!! Ibu Mikaela dah menikah tuh”
Mendengar bisikan-bisikan itu, telinga Mikaela jadi panas sendiri. Diapun mengajak Willy ke ruangannya untuk membicarakan soal pekerjaan tentunya.
“Ternyata senior sudah buat pernyataan untuk bekerja disini semenjak 3 bulan lalu ya. Dan kak Anyelir udah susun jadwal untuk senior mangajar”, Mikaela memberikan beberapa file mengenai pekerjaan Willy.
“Kamu kayak kaku gitu? Kamu…gak rindu aku?”, tanya Willy melihat Mikaela yang kaku tapi sebenarnya wanita itu gugup.
“Ten-tentu saja rindu, bahkan sangat”, jawab Mikaela jujur.
“Biasanya kamu akan langsung memelukku jika kita sudah lama gak jumpa. Kenapa kamu berubah? Apa aku sudah gak pantas buatmu lagi?”, tanya Willy dengan nada sedih. Mikaela mengepalkan tangannya lalu memberanikan diri menatap Willy.
“Kamu sangat…sangat pantas untuk mendapatkan…yang lebih baik daripada aku”, jawab Mikaela tanpa sadar air matanya jatuh.
“Kenapa Cassie?”, Willy gak mengerti alasan Mikaela bicara seperti itu. Mikaelapun mengangkat tangan kanannya dan menunjukkan sebuah cincin, “I’m married”. Jawaban itu membuat dunia Willy hancur seketika. Mikaela tidak dapat menahan tangisannya karena sedih mengecewakan pria yang sangat dia cintai bahkan hingga detik ini.
“Kenapa?”, tanya Willy lagi.
“Aku dijodohkan 3 tahun yang lalu. Dan sekarang aku sudah punya seorang putri dengan suamiku”, jawab Mikaela dengan nada sendu.
“Kamu bahagia?”, tanya Willy lagi membuat Mikaela tercengang. Lidah Mikaela kelu ingin jawab apa. Tapi, jujur untuk saat ini bukanlah pilihan yang tepat.
“Tentu saja”, bohong Mikaela.
“Jadi, kenapa kamu menangis?”, tanya Willy lagi.
“Aku…aku hanya sedih melihat kedatanganmu dan aku gak bisa nepatin janji aku buat menunggu kamu. Aku…aku sudah mengecewakan kamu”, sesal Mikaela.
“It’s okay. Kalau begitu, akan kutunggu jandamu”, canda Willy membuat Mikaela terkejut. Oh, ayolah bagaimana dia bisa mencerna candaan seperti itu saat ini?
“Kenapa diam? Ya, mau bagaimana lagi? Kita bisa jadi teman kan?”, tawar Willy diangguki oleh Mikaela. Sungguh Mikaela merasa sangat sedih saat ini. Sekeluarnya Willy dari ruangan Mikaela, dia akhirnya menangis karena dia sudah menahan air matanya sejak Mikaela mengakui bahwa dia sudah menikah.
“I’m sorry Wil…hikss”, Mikaela juga menangis didalam ruangannya.
FLASHBACK
“Wil, aku mau balik ke Jakarta karena Papa gak bisa terlalu jauh dari aku. Papa juga bilang kalau lebih baik aku kerja disana aja. Tapi, gimana dengan hubungan kita?”, tanya Mikaela pada Willy.
“Aku tidak mungkin ke Indonesia. Aku harus meneruskan beasiswaku sampai selesai, Cassie”, jawab Willy.
“Kalau begitu apa kamu mau menyelesaikan hubungan kita?”, tanya Mikaela sedih.
“Tidak mungkin! Aku sangat mencintaimu! Kamulah warna satu-satunya dalam hidupku. Bisakah…kamu menungguku sampai nanti aku datang dan melamar kamu? Kamu tahu kalau beasiswa ini adalah jalan menuju mimpiku, tapi aku juga gak bisa mengabaikan hubungan kita. Jadi keputusan ada ditanganmu Cassie”, Willy menjawab.
“Kalau kamu benar-benar berjanji untuk datang ke Jakarta dan melamarku., aku akan tunggu seberapa lamapun itu. Tapi, kalau sampai kamu bohong, aku akan habisi kamu”, balas Mikaela. Willy sangat bahagia mendengar jawaban kekasihnya itu. Diapun memeluk Mikaela sebagai pelukan terakhir mereka sebelum perpisahan panjang mereka.
End Of Flashback
“Ternyata akulah yang mengingkari janjiku. Ah bukan aku, tapi lebih tepatnya sepertinya takdir tidak mengizinkan kami bersama. Menyedihkan sekali kamu Mikaela”, Mikaela bergumam karena menyesali segalanya.
‘Tapi, kalau aku memaksa Marcel menceraikanku masih ada kemungkinan kan? Tapi, bagaimana perasaan Selena? Astaga!! Jangan berpikir demikian, lihat saja kedepannya, apa memang hubunganku dengan Marcel akan baik-baik saja atau memang akhirnya akan berpisah. Demi Selena, aku harus menurunkan egoku’, Pikir Mikaela lagi. Entah kenapa, Mikaela merasa pernikahannya dengan Marcel hanya akan sementara. Tapi, dia memang harus memberikan sedikit kesempatan kepada Marcel demi Selena.
Disebuah Desa terpencil, Yogyakarta
Disebuah Desa terpencil di Yogyakarta, seorang wanita tengah membereskan barang-barangnya. Dia ingin pergi menyusul suaminya yang tak kunjung memberi kabar. Perasaannya kian tak enak dari hari ke hari.
“Mas, apa kamu akan kembali? Kenapa kamu gak kasih kabar sama sekali? Bukannya disana mengirim kabar bukanlah hal yang sulit? Aku harus kesana untuk memastikannya sendiri! Aku harus dapat kepastian dari kamu tentang hubungan kita”, gumam Michelle sembari mengunci pintu rumahnya. Dia berjalan kaki keluar desa dan mencari angkutan ke kota supaya bisa naik bus ke Jakarta.
“Kamu benar-benar sayang aku kan mas. Kamu dulu sudah buktikan ke aku. Aku yakin kamu gak bakal ninggalin aku gitu aja”, Michelle berusaha meyakinkan dirinya sendiri lagi.
FLASHBACK
Michelle POV
3 tahun yang lalu…
Mas Marcel sudah berulang kali mengirimkan chat dan surat kepadaku, tapi aku tidak mau menemuinya. Aku sangat takut kalau akhirnya bakalan sama seperti hubunganku dengan Michael dulu. Aku gak bisa bayangkan apa aku masih bisa hidup setelah kehilangan orang yang aku cintai lagi. Setelah kematian ayah, rasanya seluruh duniaku hancur apalagi Michael meninggalkanku begitu saja tanpa kabar.Sakitnya bahkan masih sangat terasa hingga detik ini. Bagaimana bisa aku sanggup menghadapi rasa sakit yang sama lagi?
Akupun membuka surat yang dikirim Marcel seminggu yang lalu, itu adalah surat terakhirnya. Dia bilang bahkan rela melakukan apapun asalkan aku kembali padanya.Dia bilang keluarganya salah dan cinta kita tidak salah. Dan akan memperjuangkan cinta kami apapun yang terjadi lalu terus memohon supaya aku kembali.
‘Bisakah aku percaya padamu, Marcel?’, batinku
“Aku akan memberimu kesempatan Mas. Tolong jangan kecewakan aku”, ucapku lalu menghidupkan ponselku. Akupun menghubungi nomer Mas Marcel dan dia langsung cepat menjawabnya.
“Michelle!! Bagaimana kabarmu? Kenapa beberapa minggu ini kamu gak mau menemuiku? Aku akan jelaskan semuanya”, suara Marcel langsung terdengar membuat Michelle senang. aku bahagia karena Marcel masih mengingat diriku.
“Ini hari pernikahanmu, aku hanya ingin memberi selamat”, aku berucap sendu.
“Jangan begitu Michelle. Setelah lama menghindariku, kamu menelponku hanya untuk mengucapkan itu? Kamu tahu aku tidak ingin menikah karena aku tidak mencintainya”, balas Marcel lagi dengan penuh kesedihan.
“Kalau begitu batalkan pernikahanmu dan nikahi aku”, pintaku membuat orang disebrang sana terdiam sesaat.
“Kenapa? Mas keberatan? Aku gak mau dicap pelakor kalau sampai kamu bercerai untuk menikahiku. Maka, nikahi aku sekarang juga mas”, lanjut Michelle lagi menuntut keseriusan dari Marcel.
“Dimana kamu sekarang? Kita akan pergi dari sini dan hidup bersama tanpa gangguan siapapun”, Marcel berkata dan membuatku sangat bahagia sampai menangis haru. Ternyata Marcel memang sangat mencintainya.
Tak sampai sejam setelah aku mengirimkan lokasiku, Marcel sudah tiba. Dia menyuruhku untuk membawa barang-barang yang diperlukan untuk pergi. Marcel masih menggunakan suit jasnya lengkap. Pria itu menar-benar meninggalkan acara pernikahannya demi aku.
“Kita gak bisa keluar negeri karena semua surat-suratku tertinggal. Kamu gak keberatan kalau kita pergi ke desa yang jauh dari sini. Karena ditempat seperti itulah mereka akan sulit menemukan kita”, katanya dan aku langsung mengangguk.
“Kemana saja asal denganmu aku siap mas”, aku sudah siap melakukan apapun demi bersama mas Marcel. Kedatangannya sekarang memang sangat meyakinkan diriku akan keseriusannya. Marcel datang dengan seadanya tanpa membawa apapun. Kami membuang ponsel kami supaya tidak terlacak keluarganya. Dia juga menjual jam tangan mahalnya dengan harga yang tak sewajarnya supaya kami bisa pergi secepatnya.
‘Aku tidak bisa meragukanmu mas. Ketika kamu sudah buat keputusan, kamu memang akan melakukan keputusanmu tanpa keraguan’, batinku tersentuh
End Of Michelle POV
End Of Flashback
“Aku akan datang mas. Kamu pasti juga merindukanku kan?”, Michelle bertanya pada dirinya sendiri berusaha meyakinkan hatinya bahwa Marcel pasti akan mempertahankannya.
***