Tidak Tertahankan

1175 Kata
Ada yang paling ditakutkan oleh Denis ketika tinggal bersama dengan Renata, yaitu dia tidak bisa mengontrol dirinya untuk tidak menyentuh Renata sebab mereka sering berada di ruangan yang sama. Berada di satu sofa lalu dengan begitu pandainya Renata menjelaskan tentang desain yang ditugaskan oleh Denis itu. Ya seperti sekarang ini, dia mengguyur dirinya di kamar mandi setelah dibuat menjadi orang yang sudah diluar batas normal karena Renata. Denis itu pria normal yang memang bisa merangsang jika berhadapan langsung dengan seorang wanita. Ia bukan tipe pria b******k yang pernah merusak wanita lain, bahkan beberapa teman wanitanya pernah mengajaknya melakukan itu. Tapi tidak pernah dituruti oleh Denis sebab ia tidak pernah berkeinginan untuk melakukan hubungan itu diluar pernikahan. Meski sekarang ia melihat ke arah bawah yang begitu tegang dan ingin segera masuk ke dalam lubang yang sedang dicarinya. Tapi tetap saja jika Denis ingin melakukan itu dengan istrinya. Kepala yang sakit, kejantanan menegang. Mau tidak mau dia mengguyur dirinya sampai lebih dari sepuluh menit karena kejadian tidak terduga tadinya di ruang tengah dan Renata malah menyentuh miliknya sampai mengeras. Denis sudah pindah dan berbeda tempat tidur dengan Renata. Tapi tetap saja dia masih gila seperti sekarang ini karena Renata. Dia tidak boleh melakukan ini meskipun sedang tidak tahan untuk melakukannya. Sumpahnya pada pengantin kecilnya belum bisa dia ingkari begitu saja. Satu jam lebih mengguyur dirinya di kamar mandi lalu berpakaian santai dan keluar ke ruang tengah. Renata menoleh ketika Denis duduk di dekatnya, tangan pria itu bahkan terlihat keriput karena terlalu lama mandi. “Kakak sampai segitunya mandi,” kata Renata saat dia sedang makan martabak telur ayam yang ada di atas meja dipesannya dari aplikasi online. Tatapan dingin dari pria itu melihat ke arah Renata yang sedang asyik makan. ‘gara-gara kamu’ dia marah di dalam hatinya kepada Renata sebab memang wanita ini yang menyebabkan dia terus menjadi pria kalang kabut saat Renata menjebaknya dengan nafsu yang menggila. ‘andai kamu yang menjadi pengantin kecilku. Kamu nggak bakalan dapat ampun dariku’ sambungnya tapi tidak mengatakannya secara langsung karena masih menahan diri. Denis mengambil martabak yang ada di atas meja lalu memakannya juga. “Re, kamu nggak masak?” “Masak, kan kakak bilang udah makan,” “Buatin mi goreng, yang pedes,” “Samyang mau?” Denis mengernyitkan dahinya. Dia tidak pernah mendengar nama itu. “Apaan?” “Mi juga, pedes kok,” Denis melambaikan tangannya. Dia sudah kalang kabut entah mau menghilangkan rasa kesalnya karena kejadian tadi. “Cepetan sana!” Renata langsung beranjak dari ruang tengah sambil membawa satu potong martabak dan pergi ke dapur membuatkan Denis mi instan. Pria itu biasanya tidak pernah ingin makan pedas bahkan kalau masakan Renata sedikit saja lebih pedas pasti akan protes karena terlalu pedas. Namun malam ini cukup membuat Renata terkejut. Ya yang dia tahu samyang adalah mi yang pernah dia makan paling pedas. Ia sedang menunggu mi itu lembek sedangkan ia sudah menuangkan bumbunya ke dalam piring. Dia menyediakan mi pedas karena sewaktu-waktu jika dia menginginkannya dia akan memasak sendiri tanpa ada Denis di sana. Bisa dibilang selama tinggal bersama dengan Denis ia tidak pernah melihat Denis makan makanan seperti itu. Renata malah berkeinginan membuat mi instan juga yang kemudian dia memasak belakangan. Setelah membuatkan satu porsi untuk Denis ia keluar dari dapur dan membawakan satu piring mi istan itu untuk Denis. Pria itu menoleh, “Kamu nggak makan?” “Itu lagi masak juga, nunggu lembek. Agak lama sih lembeknya,” Denis langsung mengambil piring yang berisikan mi instan yang tampilannya sangat menggugah selera dan tercium aroma sangat pedas. Tapi tidak masalah baginya karena sekarang yang dia butuhkan itu memang makanan pedas untuk membuat otaknya sedikit lebih panas. Renata pergi dari ruang tamu kembali ke dapur. Sedangkan Denis mencicipi mi itu dan langsung merasakan sengatan dilidahnya. “Sialan,” umpatnya karena makanan ini terlalu pedas untuknya. Tapi mau bagaimanapun juga Denis masih terngiang ketika Renata jatuh dan malah tangan wanita itu mengenai juniornya. Denis menahan rasa pedas yang sekarang dia makan. Ditambah lagi ketika dia memakan martabak itu sebagai pereda pedasnya. Renata ikut bergabung dan mengaduk mi instannya dengan sumpit. Renata menoleh ketika wajah Denis begitu merah karena kepanasan. Renata meletakkan mi yang dibuatnya di atas meja lalu kembali lagi ke dapur entah untuk mengambil apa Denis tidak tahu itu. Dia mencium aroma mi instan Renata yang berbeda dari yang dia punya. Dia pun mencicipinya dan rasanya tidak menyengat seperti yang dia punya. Ketika menoleh ke arah dapur dia masih melihat Renata sibuk. Denis menukar mi itu dan memakannya langsung, entah ini dia sendiri yang meminta tapi ketika Renata menurutinya malah dia menukar mi itu. Renata tiba di ruang tengah memberikan air minum untuk Denis. Tapi ketika melihat mi yang dia buat itu berbeda, “Kakak tukar?” “Pedes tau,” Renata tertawa karena Denis sendiri yang meminta dibuatkan oleh Renata. Ia sadar bahwa kejadian ini mungkin ada kaitannya dengan dirinya yang tadi jatuh dan mendorong Denis sampai ikut terjatuh, tangan kanannya malah mendarat pada juniornya Denis sampai terasa keras waktu itu sampai membuat pria itu memejamkan matanya dan menyingkirkan Renata begitu saja meskipun Renata juga merasakan sakit. Tapi dia melihat Denis seperti tadi sudah sangat mengerikan. Mereka itu dua manusia yang berbeda jenis kelamin dan benar jika saja Denis tidak menahan diri sudah pasti Renata sendiri akan kehilangan perawannya dengan orang yang sudah membantunya. Denis menyebalkan. Tapi dia begitu baik. Denis itu sangat tampan. Tapi tidak pernah menceritakan tentang wanita yang dia pacari bahkan tidak ada yang datang mengunjungi Denis sama sekali. “Renata, kamu sengaja kan?” Wanita itu menggeleng. “Kakak yang minta,” “Tapi nggak harus pedas seperti itu kan?” Renata terkekeh, “Kan kakak pengin yang paling pedas,” “Gara-gara kamu,” jawab Denis sampai Renata terdiam ketika Denis mengakui bahwa kejadian itu diakibatkan oleh dirinya. Ya memang bahwa jika seorang pria sudah menginginkan itu terjadi tapi masih dia tahan maka akan berakhir di kamar mandi. Sedangkan Renata sendiri memang tidak berniat melakukannya karena Denis adalah orang yang sangat baik. “Lain kali kamu jangan seperti itu!” “Aku nggak sengaja kak, sumpah,” “Tetap aja itu menyakitkan,” Renata malah merasa sangat bersalah ketika Denis tadi sempat menegang karenanya. Sebenarnya bisa saja dia melakukannya, tapi Renata sendiri juga sedang menunggu orang yang pernah ditemuinya dulu. “Re,” panggil Denis ketika dia sedang bengong. Renata hanya tidak ingin semakin hari bersama dengan Denis dia melupakan orang yang dulu pernah dia temui. “Ada apa kak?” Pria itu menarik napas panjang. “Kamu jangan bikin aku gila kayak tadi, jarang ada pria yang mau jujur kalau dia nggak tahan. Kamu lain kali harus hati-hati dan pasti udah dewasa tahu risiko kalau itu terjadi,” Renata yang tadinya mau tertawa tapi melihat ekspresi Denis yang sedang serius membuatnya seketika mengangguk. “Udah kamu makan nanti keburu dingin,” “Kakak nggak marah kan?” “Nggak.” Jawaban Denis sangat dingin. Renata memakan mi itu dengan santai sementara Denis menyisakannya karena tidak tahan lagi. Bayangkan saja dia sudah benar-benar merangsang karena Renata tadi tapi dia berusaha untuk menahannya. “Ya udah kamu beresin ini nanti. Aku mau balik kerja,” pamit Denis ke kamar. Sampai kamar dia malah berbaring di tempat tidur karena sakit perut. Dia tidak tahan dengan makanan pedas tapi mencobanya. Terlihat seperti orang bodoh sekarang ini. Entah kapan dia bisa mengajak Renata keluar dari apartemen walaupun hanya jalan-jalan. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN